Bincang

1.1K 137 31
                                    

“Kita pernah saling dekat, namun pada akhirnya saling menyakiti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kita pernah saling dekat, namun pada akhirnya saling menyakiti. Meskipun cuma aku yang merasa begitu”Larasati Ayudia Maharani.












. . .









"Bu sini atuh duduk, maaf kalo tadi kita agak ricuh— eh koreksi bu, maksudnya ricuh banget!" celetuk Abi sebagai kepala keluarga.

Eh salah maksudnya ketua dari posko kuliah kerja nyata ini, dia kan jadi ketua otomatis mau gak mau, tau tak tau, siap gak siap, musti terima konsekuensi yang terjadi nantinya.

Bu Yani tersenyum ramah sambil menyuruh mereka untuk mengambil piring masing-masing yang sudah dibawakan oleh Jaka dari dapur.

"Sok atuh dimakan— maaf ya gak pake daun pisang jadi teh gak kayak liwetan orang-orang gitu" sambil menyambar centong nasi dan diaduknya perlahan.

Satu persatu dari anak renjana tersenyum sambil menghirup aroma nasi uduk buatan sang empu.

"Wih enak banget nih bu" celetuk Vanya asal sambil nyemilin ayam goreng yang ia ambil dipiring tepat didepan matanya.

Kirana mendengus sambil menggelengkan kepalanya, "Iyalah enak tinggal makan doang, yang beli sayur kek naik haji lama banget" sindirnya sambil membagikan piring berisikan nasi ke satu-persatu temannya dibantu oleh Bagas.

Vanya hanya menyengir sambil tertawa kecil.

"Yaelah, gitu doang sensi bener buk"

"Sensi apaan keles?" tanya Kirana sambil mendudukan dirinya dibawah meja dan menaruh piringnya diatas meja.

"Sensi itu emosi, emosi itu sensi. Nah gue kasih tau tuh, sekarang paham gak kir?" tambah Naufal.

"Bukan begitu onyon, udah diem aja jangan ikut-ikutan ntar runyem" tambah Ezra.

Pandangan mata seketika menuju kearahnya, "Eh teh jangan duduk dibawah kotor, diatas aja dudukan pake bangku enak" celetuk Nio.

Ajeng mesem-mesem sambil narik lengan Kirana, "Hehehe maaf ya, temen aku yang satu ini emang rada ndeso demennya makannya ngedeprok. Jadi dimaklumin aja hehe. Maaf ya bu jadi ga sopan"

"Maklum Ni, si Kirana emang gitu. Katanya biar berasa piknik" kata Ezra.

Bu Yani yang mendengar itu hanya tersenyum, berbeda dengan Ajeng dan Kirana yang bergelut dalam diam.

Saling  mata dan adu tangan tanpa suara. Serem emang kalo dua-duaan galak berantem.

"Kir, dengerin kir orang tuan rumahnya aja diatas lu dibawah sendiri, ga enak kir!" sindir Gilang sambil makanin timun.

Nanti Kita Cerita KKN ft. 96 LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang