prolog

959 134 96
                                    

Semangat membaca😊

BRAK

Suara pintu utama sebuah rumah mewah yang dibuka secara kasar oleh pria berusia awal 30-an membuat orang-orang di dalam rumah itu langsung tergopoh-gopoh menghampiri asal suara gaduh tersebut.

"Ada apa mas?" Tanya wanita itu dengan dengan khawatir sambil menggandeng putri kecilnya.

"Bik Parmi" tanpa menjawab pertanyaan dari sang istri pria itu memanggil asisten rumah tangganya tapi tatapannya mengarah pada istri dan anaknya yang ada di hadapannya.

"Ya tuan" sahutnya dengan nada gemetar.

"Sudah di siapkan yang saya minta?" Pertanyaan itu di arahkan kepada bik Parmi.

"Su..dah tuan" ucapnya dengan nada bergetar sekaligus bersalah.

"Ambil barang yang saya minta, saya sudah tidak sudi satu rumah dengan tukang selingkuh dan anak haram, CEPAT" perkataan kasar terucap, yang tak seharusnya di dengar anak usia 5 tahun.

"Mas ada apa? Maksud kamu siapa mas? Gak seharusnya kamu ngomong kayak gitu di depan anak kita" tanya wanita itu bingung.

"Anak kita? Maksud kamu anak kamu sama selingkuhan kamu, iya?" Perkataan itu memang tidak diucapkan dengan nada membentak tapi hati mana yang tidak sakit hati saat kesetiaannya di ragukan.

"Aku?" Tatapannya menunjukkan luka. tapi wanita itu ingin memastikan, apakah pengorbanannya selama ini tidak ada harganya? Sampai harus mendapat tuduhan sekeji itu?.

"Awalnya saya pikir itu tidak mungkin, tapi setelah melihat banyak bukti bagaimana saya bisa tidak peduli. Lihat ini, setelah itu jangan mencoba untuk menyangkal bukti yang ada, karna setelah hari ini saya tidak akan mempercayai kamu lagi" katanya dengan penuh tekanan pada setiap kata yang dia ucapkan, pria itu menyodorkan ponselnya menunjukan bukti yang dia maksud.

Wanita itu melihat apa yang di smartphone tersebut. Dan ya ada sebuah nomer yang tidak disimpan oleh suaminya yang isinya banyak kiriman foto dirinya dengan seorang pria yang merupakan teman masa SMA-nya, tapi foto tersebut banyak memperlihatkan keakraban diantara dirinya dengan si pria. Dan yang terakhir dia lihat ada sebuah video candaannya dengan teman pria masa SMA-nya itu.

"Mas aku bisa jelasin mas, kamu taukan dia itu temen SMA-ku".

"DIAM. Bahkan setelah melihat itu kamu masih mau menyangkal? Dasar perempuan murahan".

Jleb

Setelah kata-kata itu terucap dari mulut pria yang paling di cintainya, rasanya seperti ada yang mengiris hatinya, dadanya terasa sesak. Apakah ini balasan untuk keiklasannya untuk dimadu? .

"Kamu nuduh aku setelah semua yang aku lakukan buat kamu".

"Gak usah pura-pura seakan kamu yang paling tersakiti".

"TAPI ITU KENYATAANNYA" untuk pertama kalinya dia menaikkan nada suaranya pada orang yang betstatus suaminya.

"Gak usah banyak drama, sekarang kamu pergi dari rumah ini. Bawa anak haram kamu itu".

"MAS, aku terima kamu nuduh aku tapi tolong dia ini masih kecil, dia anak kamu bagaimana bisa kamu berkata seperti itu?" Suaranya terdengar putus asa, tapi dia mencoba menjelaskan.

"Dia bukan anak saya".

Wanita itu tersenyum pedih kemudian berkata "jadi ini balasan keiklasan aku, kamu yang menikah lagi tapi aku yang di tuduh berselingkuh...?".

"DIAM".

"kenapa mas, apa aku salah? Hari ini aku sadar. Harusnya setelah dihianati aku mundur, setidaknya putriku tidak mendapat panggilan anak haram dari ayahnya sendiri". Kata wanita itu dengan lirih.

"Kamu sudah selesai bicara? Apa masih ada kebohongan yang ingin kamu ucapkan lagi?".

"Aku mohon mas kamu boleh tuduh aku sepuasnya, tapi tolong percaya yang satu ini, dia anak kandung kamu mas" kalimat itu terucap dengan keputus asaan.

"Bahkan setelah liat video itu kamu masih mau menyangkal?".

"Itu cuma candaan mas kenapa kamu gak mau mengerti?".

"Sudah cukup, saya tidak mau mendengarnya lagi. Sekarang tinggalkankan rumah ini".

"Bunda kenapa ayah marah, Ara takut" pertanyaan itu terlontar dari gadis kecil yang sedari tadi bersembunyi di belakang tubuh sang ibu sambil mendengarkan perdebatan orang tuanya.

"Ngak papa sayang" hanya itu jawaban yang terucap dari sang bunda.

"Sudah? Sekarang kalian pergi!"

"Tapi mas...".

"Saya bilang pergi!" kali ini pria itu bahkan tak segan untuk menyeret anak dan istrinya dari rumah itu.

Setelah berhasil mengeluarkan anak dan istrinya pria itu membawa dua koper yang sudah di siapkan dan melempar koper itu secara kasar.

"Sekarang pergi dan jangan coba untuk menampakkan wajah di depan saya lagi".

"Suatu hari saat kamu mengetahui kebenarannya, kamu akan menyesal karna telah membuang putri kandungmu sendiri" dengan gemetar menahan tangis dia berucap untuk terakhir kalinya sebelum meninggalkan rumah yang menjadi saksi pernikahannya.

"Ayo sayang kita pergi" dengan lembut dia menggandeng tangan putrinya.

"Ayah..." panggil gadis kecil itu dengan pelan.

"Saya bukan ayah kamu anak haram" ucap pria itu kemudian memasuki rumahnya dengan langkah cepat.

Gadis kecil berjalan perlahan dengan digandeng ibunya. Tapi ada hal yang terus dia pikirkan. Apa itu anak haram? Kenapa dia bukan anak ayahnya?.

Duka DevaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang