Part 23

260 28 3
                                    


Dalam perjalanan pulang Bastian tak henti-hentinya tersenyum mengingat Syifa. 'Hm, apa sedang dimabok cinta yaa? Jadi gini rasanya jatuh cinta?' batin Bastian.

Yaa sejak dulu Bastian tidak pernah mengenal apa itu cinta, yang ia tau hanya cara mencintai Ibunya karena dia merasa ayahnya tidak mencintai Ibunya.

Setelah Ibunya meninggal dia tidak terlalu memikirkan tentang hal cinta ataupun masa depannya, tapi semenjak kehadiran Syifa ia mulai merasakan benih-benih cinta kepada lawan jenis bisa dibilang Syifa cinta pertama Bastian.

Bastian sampai di depan rumah yang sangat megah, pintu gerbang yang besar dibuka menunjukkan halaman rumah yang begitu luas ditambah air mancur di sebelah kanan jalan menuju pintu rumah, bunga yang berwarna warni.

Tak lupa banyak pula pohon hijau yang ditanam menambah kesan alam yang amat sejuk dan damai, siapa saja yang datang akan tertarik pada halaman rumah yang begitu menentramkan.

Apalagi jika memasuki rumah terlihat jelas barang mahal dan ruang tamu yang begitu besar, rumah ini memiliki lantai dua, kamar khusus untuk tamu berjumlah 5.

Bastian mulai melangkahkan kaki menuju kamarnya yang berada di lantai 2.

"Bastian, kamu udah pulang nak?" tanya seorang lelaki paruh baya dengan pakaian kantornya.

Bastian menarik nafas panjang, mencoba menahan emosinya.

"Ya," jawabnya singkat.

"Ayah senang nak, akhir-akhir ini kamu sering di rumah tidak seperti biasanya yang hampir 1 jam di rumah saja setelah itu pergi," ya laki-laki patuh baya itu adalah ayahnya Bastian yang bernama pak Santoso Putra.

Ia mulai mendekati putranya, karena semenjak istri pertamanya meninggal Bastian tak pernah memanggilnya ayah, dan Bastian selalu bersikap dingin dan datar bicarapun seperti irit dengan sang ayah.

"Jangan mendekat! Aku mau ke kamar di sini sangat panas!" sindir Bastian lalu melanjutkan langkah kakinya dengan cepat menaiki anak tangga.

Santoso hanya diam mematung ia sadar itu semua pantas ia dapatkan atas perlakuan.putranya karena semenjak dulu dia hampir tak pernah memberi kasih sayang pada istri dan anaknya.

"Maafkan ayah nak," lirih Pak Santoso, lalu pergi ketempat khusus untuknya bekerja.

Pak Santoso lebih banyak memilih bekerja di dalam rumah, ia sangat jarang untuk pergi ke kantor karena berpikir ia ingin menghabiskan waktunya dengan anak satu-satunya yaitu Bastian karena dia ingin memberikan kasih sayang yang dulu tak pernah ia berikan kepada Bastian.

Namun sayang, ia menyadari hal itu disaat anaknya sudah sangat membencinya, rasa kecewa yang terlalu banyak ia berikan hingga membuat Bastian enggan mendekat dengannya bahkan Bastian hanya memanggilnya dengan sebutan 'Tuan' ketimbang memanggilnya 'Ayah' sakit itulah yang dirasakan Pak Santoso ketika anaknya enggan mengakuinya.

~~~~~~~~~~

Bastian membanting pintu kamarnya dengan kesar, tangannya sudah mengepal dari tadi menahan emosi yang sudah lama ia simpan sejak berumur 10 tahun, rasa kecewa, sakit, hancur yang diberikan Santoso membuatnya amat menyimpan penyakit hati yaitu rasa benci kepada sesosok ayahnya sendiri.

"Enak saja ngajak bicara sok peduli!" umpat Bastian sambil mengacak rambutnya frustasi.

'Astaghfirullah, yaa Allah tenangkanlah hati hamba' batin Bastian berusaha mengontrol emosinya.

'Ingat Bas pesan Ibu ingat! Hormati ayahmu!' batin Bastian mengingat nasehat Alm. Ibunya.

"Mungkin ini saatnya aku menepati janjiku pada Ibu untuk menghormati ayahku, membukan pintu maaf dan mulai berubah menjadi anak yang baik." gumam Bastian sambil merebahkan dirinya di atas kasur yang berukuran cukup besar.

"Nanti malam aku akan belajar memaafkannya walaupun sebenarnya melihat wajahnya aku tak sudi, tapi demi Ibu akan kulakukan," tekat Bastian dengan mata berbinar menatap foto Alm. Sang Ibu.

***

Di sisi lain Fauzan langsung merebahkan dirinya di atas kasur yang empuk sambil memejamkan mata untuk mencari sedikit ketenangan dalam jiwa yang dari tadi menahan emosi.

'Apa Yang harus aku lakukan? Sepetinya Syifa jatuh cinta sama Bastian, aku bisa lihat dari tatapan matanya Yang berbinar ketika memandang wajah Bastian.' batin Fauzan.

Tak terasa begitu besar harapan Fauzan menginginkan Syifa hingga membuat cairan bening lulus keluar dari pelupuk matanya.

'Apakah mencintai orang sesakit ini? Sesakit inikah sebuah pengharapan yang besar melebihi yang sewajarnya? Bersabarlah hati ... engkau tidak akan sakit lagi kita akan memperjuangkan cinta Syifa selama janur kuning belum melengkung masih bisa untuk ditikung!' lirih Fauzan sambil menghapus cairan bening yang masih menetes dari kedua pelupuk matanya.

***

Di sisi lain Aira juga melamun di teras jendela kamarnya sambil menatap jalanan kota yang dilewati kenderaan lalulalang.

'Apa sesakit ini mencintai orang dalam diam? Kenapa dia tidak mengerti dari kelas 3 SMP aku jatuh cinta dan sampai sekarang masih mencintainya! Tapi mengapa dia malah mencintai sahabat baruku 'Syifa?' tak bisakah cinta berpihak padaku untuk membuatnya membalas rasa ini?' batin Aira sedih.

***

Di dalam kamar Syifa melompat-lompat di atas kasur empuknya sambil membayangkan tatapan mata Bastian yang tajam.

'Cinta, cinta, cinta! Ahh aku sepertinya jatuh cinta, ini cinta pertamaku jatuh pada seorang Sebastian Adiwijaya!' gumam Syifa sambil menghempaskan dirinya di atas kasur setelah lelah melompat-lompat.

Bersambung ....

Hmmm kira-kira Aira mencintai siapa dalam diamnya? Bastian apa Fauzan ya? Apa cinta akan merubah Aira menjadi jahat pada Syifa atau tidak?

Rahasia_Takdir (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang