Part 54 Hanya Ingin Kau Tahu

261 27 1
                                    

Enjoy
.
.
.
.
.
.

Hari ini hari di mana Syifa memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya pada Bastian. Tidak perduli apa tanggapan Bastian nantinya yang terpenting Bastian tahu bahwa Syifa sudah lama memendam rasa untuknya.

"Bagaimana Syifa, kau siapkan hari ini juga untuk itu?" tanya Aira yang sudah tahu bahwa Syifa ingin mengungkapkan perasaannya hari ini.

"Ya," jawab Syifa dengan mengangguk mantap.

"Sipp Syifa, bagus. Oke kita mulai pas istirahat nanti. Aku akan mengajak Bastian ke taman belakang sekolah." ucap Aira senang dengan jawaban Syifa.

"Tapi, kau tidak akan membiarkan aku lama-lama berduaan dengan Bastian kan? Takutnya nanti timbul fitnah," ucap Syifa sedikit cemas.

"Tenang aja Syifa, aku akan memantau dari jarak kejauhan jadi di situ tidak hanya kalian berdua melainkan ada aku yang bersembunyi di pohon dekat tanaman bunga yang tumbuh lebat dan subur." jelas Aira menenangkan Syifa.

"Hmm, baiklah aku yakin padamu." ucap Syifa tersenyum tipis.

Aira hanya tersenyum simpul dengan ucapan Syifa.

Kali ini rencana ini dibuat oleh Syifa dan Aira saja. Sedangkan Andre dan Niko tidak mengetahuinya sama sekali.

(lonceng masuk berbunyi)

***

(lonceng istirahat berbunyi)

Sesuai rencana Bastian sudah ada di taman belakang sekolah dengan Aira.

"Ada apa sih Ra?" tanya Bastian bingung.

"Ada sesuatu yang ingin dikasih tahu sama kamu, tapi bukan aku." ucap Aira santai.

"Sesuatu apa?" tanya Bastian masih dengan kebingungan.

"Ada deh, tunggu di sini yaa," ucap Aira lalu berlari meninggalkan Bastian yang penuh kebingungan.
.

.
.

.

.

Aira sekarang sudah berdiri di hadapan Syifa sambil mengatur nafasnya yang terengah-engah setelah berlari tadi.

"Bagaimana Ra?" tanya Syifa cemas.

"Semuanya beres, ayo cepat kamu ke sana aku akan memantau dari situ," ucap Aira sambil menunjukkan tempat persembunyiannya.

"Tapi ....," ucap Syifa terpotong.

"Aku takut," lanjut Syifa.

"Udah gak usah takut, ayo SEMANGAT Syifa," ucap Aira lantang lalu mendorong pelan tubuh Syifa supaya cepat mengatakan perasaannya pada Bastian.

Syifa mulai melangkah menuju tempat di mana Bastian berdiri.

Kaki Syifa gemetar saat berhadapan dengan Bastian, ia terus menunduk karena gugup bercampur takut.

"Syifa," panggil Bastian.

Syifa langsung mendongakkan kepala karena panggilan Bastian.

"Ya," jawab Syifa gugup.

"Apa kamu yang dikatakan Aira pengen ngomong sesuatu?" tanya Bastian datar.

'Kendalikan perasaanmu Bas!' batin Bastian berusaha mengontrol detak jantung yang sudah berpacu 2X lebih cepat sejak kedatangan Syifa.

"Iya," lirih Syifa hampir tidak terdengar.

"Yaudah sekarang ngomong langsung aja, aku mau pergi menyusul Andre dan Niko soalnya." tegas Bastian dengan datarnya.

"A ... a ... aku cin ... taa kamu, Bas!" gugup Syifa hingga terbata-bata.

Bastian menatap Syifa tidak percaya. Benarkah Syifa barusan menyatakan perasaannya padanya? Ah! Sungguh Bastian bahagia jelas bahagia.

'Aku juga mencintaimu Syifa, sangat mencintaimu!' sayangnya ucapan itu hanya ia ungkapkan dalam batin saja.

Sesegera mungkin Bastian mengubah wajahnya yang sumringah menjadi datar.

"Tapi maaf aku gak cinta kamu dan aku udah punya calon istri." tegas Bastian dengan datar sambil memalingkan wajah dari Syifa agar Syifa tidak melihat dia sedang terpukul karena berkata seperti itu pada Syifa.

Deg!

Bagai tersambar petir hati Syifa saat ini, rasanya kaki dan lututnya tidak kuat untuk menyanggang tubuhnya sendiri.

"Maafkan aku, aku tidak tahu kau punya calon istri. Dan maaf karena telah berani mencintai," lirih Syifa sambil berusaha menahan air mata yang ingin ke luar.

"Tidak papa," terang Bastian datar.

'Seharusnya aku yang minta maaf Syifa, maaf telah menyakitimu, maaf telah membuatmu sakit hati, maaf karena mencintaiku engkau menderita batin!' batin Bastian yang tahu bahwa Syifa sedang berusaha menahan air matanya.

"Bastian, kamu jangan salah paham tentang ini ya, sungguh aku tidak bermaksud apa-apa aku hanya ingin kamu tahu perasaanku udah itu aja." Jujur Syifa lalu berlari pergi dengan air mata yang terus mengalir layaknya air sungai yang tak henti-hentinya mengalir dengan nada kedihan.

Bastian masih bergeming dintempatnya ingin rasanya ia mengejar Syifa, mengatakan bahwa ia hanya ingin Syifa menjadi calon istrinya bukan yang lain.

Namun, lagi ... Bastian dikalahkan dengan rasa masih menginginkan ayahnya bahagia dengan cara ia menerima perjodohan ini. Mudah saja jika Bastian ingin membatalkan lagi perjodohan ini, ayahnya pasti tidak akan menolak karena baginya kebahagiaan Bastian itu yang utama.

Tapi nyata bagi Bastian kebahagiaan ayahnya adalah kebahagiaannya juga walaupun harus meluluh lantahkan sepotong hati yang ia miliki untuk Syifa.

Bersambung ....

Warning!
Cerita ini udah mendekati ending ya.

Rahasia_Takdir (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang