Part 58

295 30 2
                                    

Mendengar ada suara ketukan pintu, Bastian mulai berdiri dan membuka perlahan pintunya.

Santoso langsung masuk lalu duduk di sopa yang ada di dalam kamar anaknya.

Bastian menutup pinta kamarnya perlahan lalu berjalan mendekati sang ayah dan duduk di sisi kanannya.

"Ada apa Yah?" tanya Bastian parau karena baru saja bangun dari tidurnya setelah lelah menangisi kebodohannya yang telah membuat Syifa menangis.

Ya, soal cinta Bastian sangat lemah, walaupun ia seorang lelaki Bastian juga bisa menangis hanya karena cinta. Bukan berarti karena Bastian lelaki dia tidak bisa menangis. Dia juga bisa menangis. Karena juga sama seperti wanita memilki perasaan.

"Bukankah seharusnya ayah yang bertanya seperti padamu, Bas?" Santoso balik bertanya.

Bastian yang mendengar ucapan ayahnya mengeryitkan dahinya, dia tidak mengerti apa maksud perkataan ayahnya.

"Kenapa kau mengurung diri di kamar, apa kau punya masalah?"  tanya Santoso to the point karena sudah mengerti akan kebingungan putranya.

"Tidak ada," ucap Bastian menunduk karena tidak ingin ayahnya tahu bahwa masalahnya adalah perjodohan yang membuatnya kehilangan separuh hati yang telah pergi untuk selamanya.

"Jujurlah Bas, aku ini ayahmu aku mengenal sifatmu dari dulu." tutur Santoso lembut agar Bastian mau bercerita.

"Aku hanya tidak enak badan yah, jadi tidak perlu khawatir seperti ini ..., sungguh aku tidak memiliki masalah," ungkap Bastian masih berbohong.

"Kau tidak sedang berbohongkan, Bastian?" tanya Santoso dengan tatapan menyelidik.

"Tidak Yah," Bastian kekeh pada pendiriannya untuk tidak mengatakan apapun kepada sang ayah.

"Baiklah kalau begitu, cepat turun kita makan dan setelah itu kau istirahat biar cepat sembuh." tutur Santoso menepuk pelan pundak Bastian.

"Iya, Yah," jawab Bastian patuh.

'Maafin Bastian, Yah.' batin Bastian.

Lalu keduanya memutuskan untuk turun  ke bawah untuk makan malam bersama.

Tidak banyak hal yang dibicarakan. Ayah Bastian selalu saja mengatakan tentang perjodohan, ia betul-betul tidak sabar ingin menjadikan gadis pilihannya menjadi menantunya.

Bastian hanya sesekali tersenyum getir melihat ayahnya yang bersemangat merencanakan pernikahannya. Karena minggu depan Bastian memulai ujian sekolah.

***

Tidak terasa waktu bergitu celat berlalu. Beberapa bulan sudah berlalu dan beberapa bulan itu juga sampai sekarang Syifa dan Bastian tidak pernah berbicara sedikitpun. Mereka fokus belajar dan belajar walaupun di hati keduanya masih tersimpan nama satu sama lain.

Syifa sedikit demi sedikit bisa melupakan Bastian, namun tidak sepenuhnya dia lupa karena Bastian-lah cinta pertamanya.

Kini hari di mana hari perpisahan sekolah semua siswa-siswi mendapatkan nilai yang cukup memuaskan.

Banyak yang sibuk berfoto selvi dan menangis karena harus berpisah dengan teman seperjuangannya. Putih abu-abu itu hanya tinggal cerita kenangan saja, semuanya harus pergi demi menggapai mimpi dan impiannya sendiri.

Mungkin mereka tidak akan bertemu karena mungkin ada teman yang menikah muda, melanjutkan pendidikannya di luar negeri, berkerja atau yang lainnya. Karena dari itu perpisahan putih abu-abu itu sangatlah memilukan dibanding perpisahan SMP.

Inilah kisah sekolah yang nantinya pasti dirindukan di mana teman sebangku yang terus ngerocos tanpa jeda akan dirindukan, di mana teman yang suka melakukan keusilan akan pergi meningalkan semua kenangan.

Bukan tidak sayang hanya saja persahabatan tidak selamanya selalu bersama karena banyak yang harus digapai demi sebuah kesuksesan untuk menunjukkan hasil kerjakeras orang tua yang bersusah payah banti tulang bekerja hanya untuk masa depan anaknya.

(Sahabat mungkin kita akan jarang sekali bertemu setelah perpisahan nanti, mungkin kita akan sibuk dengan diri masing-masing, mungkin kita tidak akan seakrab sekarang jika bertemu nanti, tapi harapanku cuma satu disaat kalian sukses nanti jangan lupakan aku, disaat kalian dapat teman baru jangan abaikan aku teman lamamu, ingat kita berjuang berjalan kaki berangkat sekolah hanya untuk mengejar mimpi. See you gays setelah lulus kita akan pergi ke kota yang berbeda. Author numpang curhat.)

Disaat perpisahan ini Fauzan memantapkan hatinya untuk melamar Aira, sebenarnya sulit untuknya melupakan Syifa tapi  dia sadar Syifa tidak mencintainya dan Aira mencintai apa salahnya mencoba memalingkan hati menerima seseorang yang telah memilihmu untuk menjadi pengisi hatinya yang kosong. Fauzan dia mulai belajar mencintai Aira.

Aira tidak henti-hentinya memeluk dan menangis dengan Syifa.

"Udah Ra, gak usah lebay deh," ucap Syifa berusaha menghentikan tangisan Aira dipelukannya yang tidak ingin lepas.

"Hiks,hiks,hiks ... aku bakal rindu kamu Syifa. Kita akan memilih jalan masing-masing." ucap Aira di sela-sela tangisannya.

"Kita akan tetap bersama, jadi jangan sedih, tidak usah rindu karena aku bukan Milea yang dirindukan oleh Dilan, " ucap Syifa berusaha menghibur Aira.

"Dihh Syifa bercandamu gak lucu, aku sedih banget nih, hiks ... hiks ...." ucap Aira masih menangis.

"Udah dong Ra, bahu aku basah nih kena air matamu," ucap Syifa manyun.

"Eleh dikit doang kok basahnya," ucap Aira mulai meleraikan pelukannya pada Syifa.

"Terserahlah malas debat sama kamu Ra," ucap Syifa.

"Bilang aja kalah debat," ucap Aira menantang Syifa.

Syifa hanya menggelengkan kepalanya, malas menanggapi Aira.

Bastian, Andre dan Niko juga sedih, mereka saling berpelukan. Niko akan melanjutkan pendidikannya, ia akan kuliah di luar negeri, sedangkan Andre ia mungkin akan memilih mencari pekerjaan. Bastian? Pasti kalian tahulah setelah lulus ia tentu akan melangsungkan pernikahannya. Bastian sama sekali belum tahu siapa calon istrinya karena memang dia tidak pernah bertemu.

Suasan haru terus saja menyelimuti sekolah SMA Garuda Bangsa itu.

Bersambung ....

Gaje banget ya:v

Rahasia_Takdir (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang