Part 35

234 24 0
                                    

Vote
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bastian sudah sampai di depan rumahnya. Ia membuka kenop rumah dengan perlahan lalu mengucapkan salam.

Ayah Bastian yang tak sengaja berpapasan dengan Bastian saat hendak naik ke atas tangga langsung mengajukan pertanyaan.

"Bastian  kamu kenapa, Nak. kok mukanya murung gitu?" tanya pak Santoso.

"Gapapa kok yah, Bastian hanya kecapean aja," ucap Bastian berbohong sambil menunjukkan senyum terpaksanya.

"Beneran kamu cuma capek?" tanya pak Santoso memastikan.

"Iya, Ayah. Udah dulu Bastian mau istirahat," ucap Bastian masih enggan untuk jujur.

"Yaudah kamu istirahat aja yaa jangan lupa makan, ayah mau pergi ke kantor ada urusan penting." ucap pak Santoso sambil mengelus puncuk kepala  Bastian.

Bastian hanya mengangguk sambil tetap menunjukkan senyum yang dipaksakan.

"Assalammu'alaikum," ucap Santoso lalu pergi setelah Bastian mencium dan menjawab salamnya.

Bastian langsung saja melangkah cepat ke kamarnya dan menutuhnya dengan kasar.

***

Di sisi lain Syifa sudah minta izin dengan Ibunya dengan alasan tak enak hati menolak ajakan temannya apalagi saat ini temannya terlihat sedih dan memerlukan teman curhat atau jalan-jalan untuk menghilangkan rasa sedihnya.

Dengan alasan Syifa, Ibunya pun merasa kasihan dengan ceritanya akhirnya Ibu syifa memberi izin tapi hanya sebentar.

*Kamar

Syifa sudah siap dengan pakain gamis ber
warna biru muda dan hijab yang senada. Syifa terlihat begitu cantik dan angguk dengan sedikit polesan bedak tipis dengan bibir mungil yang berwarna merah cery tanpa ada polesan lipstik.

---------------

Hanya menunggu beberapa menit Fauzan sudah sampai, setelah menerima kiriman pesan di Wa dari Syifa yang sekaligus memberikan lokasi rumahnya.

"Assalammu'alaikum," ucap Fauzan mengetuk rumah Syifa. Bisa terdengar dengan jelas jawab salam dari dalam rumah.

"Wa'alaikumsalam," jawab wanita tadi yang tak lain adalah Ibunya Syifa.

"Temannya Syifa, ya?" tanya Ibunya Syifa.

"Iya tante," jawan Fauzan ramah.

'Jika dilihat Ibu Syifa cantik juga pantesan Syifa cantik mirip seperti Ibunya cantik' batin Fauzan.

"Kok malah bengong? Ayo nak masuk ke dalam Ibu panggilin Syifa dulu yaa, kamu tunggu aja di ruang tamu." ucap Ibunya Syifa yang dibalasi anggukan oleh Fauzan.

Lalu Ibu Syifa berjalan meninggalkan Fauzan di ruang tamu dan naik ke atas tangga untuk memanggil Syifa di kamarnya.

----------

Wanita paruh baya itu telah sampai di depan pintu kamar anaknya.

"Syifa, teman kamu udah datang nak." ucap Ibunya Syifa sambil mengetuk pintu kamar itu.

Tidak lama pintu itu terbuka dan terlihat wajah cantik Syifa tapi dengan raut wajah yang kurang menunjukkan pancaran bahagia ataupun hati yang berbunga.

Melainkan hanya ada rasa malas untuk berjalan dengan Fauzan, tapi mau bagaimana lagi? Dia benar-benar tak tega jika melihat wajah sedih dan kecewanya Fauzan jika dia menolak ajakkan Fauzan.

"Mukanya kenapa muram gitu nak?" tanya Ibunya Syifa yang melihat tak sedikitpun Rona kebahagiaan di wajah Syifa.

"Enggak papa kok Bu," ucap Syifa langsung menunjukkan senyum termanisnya walaupun itu ia paksakan.

"Yaudah, sekarang turun yuk kasihan temanmu lama nunggunya," ucap Ibunya Syifa yang dibalas anggukan oleh Syifa dan keduanya pun turun beriringan dari lantai atas menuju lantai bawah dan menghampiri Fauzan yang duduk diruang tamu.

"Fauzan, yuk sekarang kita jalan," ucap Syifa setelah berdiri di hadapan Fauzan.

Seketika Fauzan yang tadinya menunduk langsung mendungakkan kepalanya ke atas dan mendapati gadis cantik yang sudah berdiri di hadapannya.

Mata Fauzan sama sekali tak berkedip memandang wajah yang cantik dan menggemaskan.

"Zan," panggil Syifa sambil melambaikan tangan di depan wajah Fauzan.

"Hah! Eh, iya Syifa," ucap Fauzan tersadar dari lamunannya.

"Gapapa, kita jalan sekarang ya?" tanya Syifa.

Fauzan hanya mengangguk.
"Tante kami pamit dulu." ucap Fauzan lalu menyalami tanganya Ibu Syifa dengan sopan dang diikuti Syifa mencium tangan Ibunya. Sedangkan Ibunya Syifa hanya mengangguk dan berkata.

"Perginya jangan lama-lama dan jagain Syifa," ucap Ibunya Syifa sambil beralih menatap Fauzan.

"Iya tante aku akan jagain Syifa dan gak akan pergi lama banget kok," ucap Fauzan sambil tersenyum ke arah Ibunya Syifa.

"Yaudah kalo gitu Syifa sama Fauzan berangkat yaa bu, assalammu'alaikum," ucap Syifa dan Fauzan.

"Wa'alaikumsalam," jawab Ibunya Syifa sambil berdiri di depan pintu menunggu Syifa sudah naik di atas motornya Fauzan.

Syifa sudah di bonceng oleh Fauzan, sebelumnya berakat keduanya melambaikan tangan yang dibalas lambai tangan dari Ibunya Syifa.

***

Syifa dan Fauzan sudah berada di mall. Fauzan terus saja berjalan di samping Syifa layaknya seorang pengawal Yang menjaga sang putri.

"Aduh Zan, jangan kayak gini gak enak dilihat orang, coba kamu jaga jarak lebih jauh dikit dari aku." ucap Syifa mulai risih dengan Fauzan yang makin mendekat.

"Ngapain mikirin orang sih Syifa, orang kita jalan biasa aja gak gandengan tangankan. Aku takit kepisah aja sama kamu di sini 'kan ramai gimana kalo kamu nyasar," ucap Fauzan memberi alasan agar terus dekat dengan Syifa.

Syifa hanya membalas jawaban Fauzan dengan berdehem tanpa ingin berkata sepatah katapun.

"Syifa, ke sana yuk," ajak Fauzan saat melihat banyak hijab yang bagus.

"Ngapain?" tanya Syifa.

"Aku mau beliin kamu hijab," ucap Fauzan semangat.

"E--nggak usah Zan, lagian di rumah juga aku masih punya hijab banyak," tolak Syifa.

"Udah gak usah nolak, ayo Syifa kita ke sana," bujuk Fauzan sedikit memaksa.

"Yaudah ayo." ucap Syifa malas sambil berjalan mengikuti Fauzan.

Mereka sudah sampai di tempat penjualan hijab. Macam-macam jenis dan warna hijab terlihat begitu cantik. Jujur saja Syifa juga merasa tergiur pada salah satu hijab yang berwaran hijau muda yang terlihat begitu indah warna dan coraknya menurut Syifa. (Maaf yaa kurang jelas tentang bahan dan gayanya, ana gak terlalu ngerti fashion:v)

Fauzan yang melihat Syifa memperhatikan Syifa yang dari tadi memandang hijab itu lalu tanpa bertanya dengan Syifa ia langsung mengambil dan membelinya untuk Syifa.

"Inikan yang kamu pengen dari tadi, ini udah aku beleiin apa ada yang lain lagi yang kamu suka?" tanya Fauzan.

'Kok Fauzan tahu aku suka hijab ini? Apa dari tadi dia melihat aku terus melihat hijab ini?' batin Syifa bertanya.

"Ehh, malah bengong ini ambil," lanjut Fauzan sambil menyondorkan hijab yang sudah dibungkusi tadi.

Bersambung ....

Rahasia_Takdir (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang