Pov 1.
Setelah selesai makan dan membayar makanan kami di kantin, Aira menepati janjinya mengajakku melihat lingkungan sekolah yang bisa dibilang besar dan luas.
Di tengah jalan entah mengapa aku penasaran dengan segerombolan laki-laki yang tadi ribut dengan kami.
"Aira," panggilku.
"Apa, Syifa?" tanya Aira.
"Mmm ... aku mau nanya soal tadi?" ucapku to the point.
"Soal tadi, yang mana?" tanya Aira masih tidak mengerti maksudku.
"Itu soal segerombolan laki-laki tadi yang sempat ribut denganmu di kantin," ucapku menjelaskan.
"Ouh ... soal itu," ucap Aira manggut-manggut.
"Iya, itu siapa sih, namanya? Yang dipanggil Bas tadi, kayak ketua geng mereka," ucapku serius menatap Aira.
"Tunggu dulu, kita duduk di situ aja biar enak ceritanya," ajak Aira menarik tanganku dan aku hanya mengangguk mengikutinya.
Setelah kami berdua duduk di kursi Aira langsung melanjutkan pembicaraannya tadi.
"Itu namanya Sebastian Adiwijaya anak dari seorang 'CEO' pengusaha kaya yang memiliki banyak cabang di daerah lain. Sebenarnya Bastian adalah orang baik sebelum dia berubah menjadi nakal. Dia hampir sama sifat baiknya dengan Fauzan, sama-sama menghormati dan memuliakan perempuan. Akan tetapi, entah kenapa semenjak setahun yang lalu Ibunya meninggal dia berubah menjadi nakal, perkataannya kadang kasar dengan perempuan, tetapi sifatnya masih ada seperti dulu yang tak ingin main kasar dan ribut kepada perempuan." Aira menjelaskan secara rinci padaku.
"Kenapa dia berubah kasar dan nakal?" tanyaku masih penasaran.
"Aku tidak tahu, yang aku tahu dia berubah semenjak Ibunya meninggal dunia dan ayahnya menikah lagi," tutur Aira sambil mengangkat bahunya ke atas tanda tidak mengetahui apapun selain itu.
"Dan akhirnya dia berubah nakal dan temenan sama Niko dan Andre yang suka gak jelas gitu, intinya kasarlah kurang baik sikapnya. Dan mungkin sifat Bastian berubah karena bergaul dengan mereka juga," lanjut Aira.
Sedangkan aku hanya menganggukan kepala dengan cerita Aira.
----------------
Tiba lonceng masuk berbunyi.
Aku dan Aira segera ke kelas.Sambil berjalan menuju kelas aku berbicara lagi dengan Aira.
"Aira nanti lanjut lagi ya kita lihat lingkungan sekolah," pintaku pada Aira.
"Asiap, Syifa!" ucap Aira dengan mengangkat tangannya memberi hormat padaku layaknya hormat waktu upacara berlangsung.
Melihat sikap Aira menimbulkan gelak tawa kami berdua tertekeh dengan sikapnya.
Lalu kami sampai di depan kelas dan masuk mengikuti pelajaran yang berlangsung.
Bersambung ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia_Takdir (END)✔️
Novela Juvenil💜ketika hatimu terlalu berharap pada seseorang maka Allah timpakan ke atasmu pedihnya sebuah pengharapan. Supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia, maka Allah menghalangi kamu dari pada perkara tersebut ag...