Part 33

233 24 0
                                    

Vote
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Hmm, menurut pandanganku Fauzan itu tampan, baik, ramah, sopan santun, pria idola juga termasuk," tutur Syifa sambil membayangkan sesosok Fauzan.

"Kamu sempat suka gak sih sama Fauzan?" tanya Aira lebih mendalami cara pandangan Syifa tentang Fauzan.

"Sebenarnya awal bertemu tanpa sengaja aku tabrakan sama Fauzan, aku ngerasa gugup detak jantungku berpacu sangat cepat saat tangannya tanpa sengaja menyentuk tanganku. Apalagi saat mataku tak sengaja menatap indah manik matanya yang tajam degup jantungku bukannya berkurang malah semakin laju. Sempat sejenak saat dia menolong kita waktu di kantin aku berpikir mulai dari situ aku menyukainya," ucap Syifa sambil terus mengingat kejadian saat pertama bertemu Fauzan.

Deg!

Ada rasa sakit yang Aira rasakan seperti ada sesuatu yang menggores hati ketika mendengar cerita Syifa tentang Fauzan.

Ia tak menyangka Syifa menyukai Fauzan, padahal waktu itu Syifa mengaku menyukai Bastian lalu sekarang Fauzan. Ada apa ini! Apa Syifa menyukai kedua-duanya?

Tak perduli dengan kelupak matanya yang sudah menggenang Aira tetap ingin melanjutkan pertanyaan walaupun ia tahu akan lebih sakit jika lebih lama mendengarkan cerita Syifa yang mendalam seperti sekarang.

Syifa yang tak menyadari akan yang Aira rasakan tanpa sadar dia terus menatap lurus menceritakan tentang Fauzan, Syifa tidak tau ada sebuah hati yang tergores saat ia membayangkan wajah tampan Fauzan.

"Lalu bagaimana dengan Bastian? Waktu di perpustakaan kau bilang menyukai Bastian dan sekarang Fauzan. Apakah kau menyukai kedua-duanya?" tanya Aira menahan sesak mencoba menetralkan suaranya walaupun sebenarnya bibirnya bergetar hebat menahan tangis.

"Tunggu, aku belum selesai bercerita." ucap Syifa tetap menatap lurus ke depan.

'Hmm' ucap Aira hanya berdehem.

"Aku berpikir selama beberapa hari aku menyukainya, tapi ternyata aku salah aku tak menyukainya hanya saja selama ini aku menganggumi kepribadiannya."
'Mengagumi bukan berarti mencintai' melainkan mengagumi itu hanyalah hal bisa saja yang bukan berarti istimewa. Itu hanya kekaguman akan sifatnya, sedangkan Bastian aku merasakan hal yang beda aku bukan hanya merasa kagum akan sifat Bastian yang sekarang jauh dari luar dugaanku, jujur aku berpikir dia seperti preman atau anak nakal saat pertama bertemu tapi setelah beberapa kali bertemu aku tahu sekarang ternyata Bastian bukan anak nakal dia anak yang baik. Entah sejak kapan yang jelas Aira, aku menyukai Bastian aku menginginkan Bastian bukan Fauzan! Tidak ada rasa untuk Fauzan selain rasa sebatas kagum dan teman bagiku. Tapi untuk Bastian dia amat berarti bagiku sangat-sangat spesial." lanjut Syifa tersenyum mengingat tatapan mata tajam Bastian.

'Aku harap kamu jodohku Bastian' batin Syifa.

Setelah mendengar perkataan Syifa entahlah Aira harus merasa senang atau sedih yang jelas hatinya merasa bimbang antara sedih dan senang.

Ketika Syifa cuma menganggap Fauzan hanya sebatas teman ia hanya sedikit merasa kelegaan mendengar Syifa begitu menyukai dan mengininkan Bastian.

"Hmm , ciee yang lagi jatuh cinta ama Bastian." Ledek Aira mengalihkan mengalihkan pembicaraan tentang Fauzan.

"Ihh! Apaan sih Aira, udah deh entar kalo orang ada lewat didengerin ' kan aku malu." ucap Syifa menundukkan menahan rasa malunya.

"Hahaa ... Iya deh, iya, aku gak akan ngeledikin kamu calon makmumnya Bastian," Aira tertawa renyah sambil menggoda Syifa.

"Udah ah Aira!" ucap Syifa cemberut dan mencoba menyembunyikan pipinya yang memanas bak kepiting rebus.

"Tu pipi napa Fa, merah merona bak kepiting rebus?" kekeh Aira masih menggoda Syifa.

"Aira, udah dong," rengek Syifa yang semakin malu oleh godaan Aira.

"Baiklah aku akan berhenti godain kamu, tapi dengan satu syarat!" ucap Aira.

"Apa?" tanya Syifa

"Suatu saat nanti kau harus menyatakan perasaanmu pada Bastian." ucap Aira serius.

"Tapi--" ucapan Syifa terpotong.

"Gak ada tapi-tapian nanti dia diambil orang gimana? Walaupun gak pacaran setidaknya Bastian harus tahu suatu saat nanti jika kamu mencintainya." ucap Aira serius.

'Aku hanya tak ingin kau mengalami apa yang kurasakan Syifa. Aku gak mau kamu jadi pengecut seperti aku yang hanya mampu memendam rasa tanpa mengungkapkannya' batin Aira.

"Yaa jangan diambil oranglah, iya deh, suatu saat nanti aku akan mengungkapkannya pada Bastian." ucap Syifa mantap.

"Siip deh," ucap Aira sambil menunjukkan jempolnya.

'Sahabat tetaplah sahabat, dan cinta tetaplah cinta. Aku tak ingin menghancurkan persahabatan hanya karena cinta semu ini  untukmu Fauzan' batin Aira.

***

bel masuk sekolah berbunyi

Semua siswa-siswi masuk ke kelas masing-masing termasuk Aira  dan Syifa.

Setelah selama 2 jam belajar akhir lonceng pulang sekolah pun berbunyi.

Setelah selesai bersiap-siap dan berdo'a siswa-siswi segera keluar ingin pulang ke rumah masing-masing.

Syifa dan Aira berjalan beriringan sambil sesekali bercerita.

Aira dan Syifa berpisah di parkiran motor Aira pergi karena dia dijemput oleh kakaknya sedangkan Syifa ia sekarang mengendarai motor miliknya sendiri.

Saat Syifa ingin menjalankan motornya Fauzan menghentikannya dan mensejajarkan letak motornya dengan Syifa.

"Syifa, jalan yuk," ajak Fauzan.

"Kemana?" tanya Syifa.

"Ke mall, aku traktir mau yaa sekarang aja," ucap Fauzan membujuk Syifa.

"Mm maaf Zan, kayaknya aku gak bisa deh aku langsung pulang aja." Tolak Syifa halus.

Ada sedikit raut kekecewaan pada wajah Fauzan setelah mendapat penolakan dari Syifa.

"Yahh, sebentar aja Syifa," rengak Fauzan.

Syifa mendadak menggaruk kepalanya yang tertutup oleh hijab, sudah pasti kepala Syifa tidak gatal hanya ia bingung dengan sikap Fauzan. Dari hari makin hari sikapnya seperti anak kecil saja yang minta perhatian dari orang tuanya.

"Aduhh gimana yaa?" Syifa bingung.

"Ayolah, Syifa pliss." Mohon Fauzan menatap mata Syifa dengan tatapan memelas supaya Syifa luluh.

Belum sempat Syifa menjawab ada seseorang yang sudah menjawab perkataan Fauzan.

"Kalau orang gak mau jangan dipaksain, lagian ini lagi pulang sekolah dia capek dan gak minta izin sama orang tuanya, masa ngajak anak orang jalan pake baju sekolah tanpa izin orang tuanya lagi, gimana kalo orang tuanya khawatir." ucap seseorang tadi.

Bersambung ....

Rahasia_Takdir (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang