Part 48 Sebuah Keputusan

235 26 0
                                    

Vote
.
.
.
.
.
.
.

Dengan langkah yang masih gontai Bastian masuk ke kelas. Dia terus menggerutu merutukki dirinya dalam hati.

'Badoh kamu Bas, bodoh! Gimana kamu bisa seyakin ini Syifa mencintaimu. Dia tidak mencintaimu dia mencintai Fauzan! Camkan Bas, berhentilah berharap dan bersedih karena cinta!' batin Bastian sambil tangan mengepal kuat menahan sakit dan emosi karena merasa diri sendirilah yang bersalah sehingga menyebabkan sakit yang teramat dalam.

"Bas, kamu kenapa?" tanya Andre dan Niko yang baru menyadari mata Bastian memerah seperti habis menangis.

"Gak papa," jawab Bastian dengan dingin.

"Kamu baik-baik ajakan?" tanya Niko.

'Hmm' jawab Bastian hanya berdehem.

"Bagaimana tadi berhasil gak?" tanya Andre yang sudah tahu bahwa hari ini Bastian nembak Syifa.

"Syifa udah milik Fauzan, jadi jangan bahas lagi!" tegas Bastian dengan wajah datar.

"Maksud lho, Bas?" tanya Andre dan Niko penasaran.

"Maksudku Syifa ternyata menyukai Fauzan tadi .... " Bastian bercerita panjang lebar soal kejadian tadi.

Andre dan Niko hanya menatap sedih raut wajah Bastian yang jelas kacau dan terluka.

"Malang banget kisah cinta pertamamu Bas," ucap Andre.

"Hus, dasar bodoh! Jangan ngomong gitu Bastian tambah sedih nanti." ucap Niko sambil menjitak kepala Andre.

"Udah-udah gak papa. Aku minta tolong jangan pernah lagi ada yang bahas tentang Syifa ataupun Fauzan!" tegas Bastian.

"Iya," ucap Andre dan Niko masih menatap Bastian dengan iba.

Selama pelajaran dimulai Bastian hanya diam. Dia masih diam-diam melihat wajah Syifa yang memperhatikan pelajaran yang guru berikan.

Semakin lama Bastian melihat Syifa semakin sakit hati Bastian.

***

Lonceng pulang sekolah berbunyi.

Dengan kecepatan tinggi Bastian membelah jalan kota jakarta yang kebetulan tidak macet, dengan motor kesayangannya Bastian sampai di depan rumahnya.

Ia segera masuk dan langsung pergi ke kamar.

Bastian melaksanakan sholat dan mengadu kepada Allah tentang rasa sakit yang ia rasakan.

.
.
.
.

Setelah melaksanakan sholat Bastian mencari ayahnya di ruang kerja.

Kebetulan Ayah Bastian sudah ada di dalam ruangan kerjanya.

"Ayah, Bastian ingin berbicara sesuatu," ucap Bastian lalu duduk di sopa.

"Membicarakan apa Nak?" tanya Santoso lalu berpindah duduk di sebelah Bastian.

"Soal perjodohan," ucap Bastian.

"Ouh yah, jadi apa keputusanmu?" tanya Santoso penasaran.

"Bastian menerima perjodohan ini, karena orang yang Bastian cintai ternyata tidak mencintai Bastian." jelas Bastian dengan suara bergetar menahan gemuruh hati yang menjerit sakit.

"Sudah jangan bersedih, ayah yakin kamu akan bisa mencintai perempuan yang ayah jodohkan untukmu." ucap Santoso memberi semangat untuk Bastian.

"Iya, kalo begitu Bastian ingin ke kamar." ucap Bastian dingin lalu beranjak pergi tanpa menunggu ucapan ayahnya.

Sang ayah hanya bisa menarik nafas panjang lalu dihembuskan secara perlahan.

Bersambung ....

Rahasia_Takdir (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang