Jejak adalah penyemangat author:-)
.
.
.
.
.
.Syifa hanya dia mematung melihat kepergian Bastian. Kecewa? Itu sudah pasti yang dirasakan oleh Syifa. Bukan hanya kecewa Syifa juga bingung kenapa sikap Bastian menjadi cuek dan bisa dibilang dingin.
Sedangkan Fauzan? Tidak usah ditanya lagi, tentu saja dia sangat senang melihat Bastian mengacuhkan Syifa, apalagi yang lebih menyenangkan selain sainganmu mengalah mundur dengan sendirinya tampa harus campur tangan untuk membuatnya mundur.
'Waw, hahaa ... Ini luar biasa! Lebih dari dugaanku haha .... Terimakasih Bastian selangkah lagi kau membuat jarak dengan Syifa' batin Fauzan sambil tersenyum puas.
Melihat Syifa yang hanya menatap sayu kepergian Bastian, Fauzan mulai melancarkan rencananya untuk mendekati Syifa.
"Syifa, Bastian kenapa mendadak pergi gitu tampa ada sepatah kata pun?" tanya Fauzan pura-pura tidak mengetahui apa-apa. Padahal Fauzan tahu alasan Bastian pergi karena cemburu dan kecewa dengan ucapan Syifa waktu pulang sekolah.
"Aku juga gak tau Zan," ucap Syifa pelan namun masih didengar oleh Fauzan.
"Ohh ..., mmm yuk kita pulang," ajak Fauzan mengalihkan pembicaraan karena melihat Syifa yang sedih atas perlakuan Bastian tadi.
Sejujurnya Fauzan tidak tega melihat Syifa sedih tapi mau bagaimana lagi ia juga merasa kesal karena Syifa terus saja memikirkan Bastian tampa melihat dia yang terus memperjuangkan cintanya.
'Kapan kamu peka Syifa? Aku di sini mencintai kamu tapi, kenapa kamu mencintai Bastian?' batin Fauzan tersenyum getir mengingat Syifa yang menganggapnya hanya sebatas teman biasa.
"Iya," ucap Syifa tanpa semangat.
"Kok gak semangat gitu sih, tadi pengen banget pulang pas diajak pulang malah kayak gini. Apa kita jalan ke tempat lain pulangnya nanti aja?" tanya Fauzan.
"Gak pa-pa, yaudah ayuk kita pulang!" tegas Syifa yang benar-benar merasa risih bersama Fauzan. Beda kalo dengan Bastian, ia selalu merasa nyaman dan betah bahkan Syifa selalu merasa waktu berjalan terlalu cepat jika dia dan Bastian.
"Yaudah ayuk," ucap Fauzan mengajak Syifa ke tempat di mana motornya di parkir.
Syifa hanya mengangguk dan mengikuti langkah Fauzan.
Setelah Fauzan mengelurkan motornya dari sederetan mator yang rapat di tempat parkir, ia lalu menyuruh Syifa untuk naik, dan lagi Syifa hanya menurut.
***
Dalam perjalanan pulang mereka sama sekali tidak berbicara. Bosan dengan suasana sepi Fauzan mencoba mengajak Syifa berbicara namun, Syifa hanya menjawab dengan kata 'ya' dan 'oh' tanpa ingin menjawab lebih banyak kata.
Kesal dengan respon Syifa, Fauzan meninggikan laju motornya dan itu membuat Syifa terkejut. Hampir saja Syifa jatuh kebelakan, tapi itu tidak jadi karena Syifa dengan cepat memegang bahu Fauzan.
Sadar Syifa memegang bahunya dengan kencang Fauzan mengurangi laju motornya.
Syifa berdecak kesal dan langsung minta di turunkan.
"Gak!" ucap Fauzan tegas menolak permintaan Syifa.
"Aku mau turun Zan," ucap Syifa makin kesal.
"Aku gak mau Syifa! Maaf aku tadi gak sengaja bikin kamu kaget dan hampir jatuh." Fauzan berusaha membujuk Syifa.
"Udahlah Fauzan aku mau naik angkot," ucap Syifa.
"Plis Syifa maafin aku, aku gak akan ngebut lagi kok, aku antar kamu pulang yaa," mohon Fauzan tanpa memberhentika motornya.
"Ya," ucap Syifa sambil memalingkan wajahnya.
"Makasih," ucap Fauzan lalu melajukan sedikit gas motornya.
Selang beberapa menit akhirnya mereka sampai di depan rumahnya Syifa. Syifa langsung pergi dan Fauzan hanya menitip salam untuk Ibunya Syifa disaat Syifa mulai berjalan tanpa menghiraukan ucapan Fauzan. Fauzan langsung menancap gas motornya dengan kencang karena kesal.
Bersambung ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia_Takdir (END)✔️
Novela Juvenil💜ketika hatimu terlalu berharap pada seseorang maka Allah timpakan ke atasmu pedihnya sebuah pengharapan. Supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia, maka Allah menghalangi kamu dari pada perkara tersebut ag...