Part 39

211 26 0
                                    

Vote dan komennya :-)
.
.
.
.
.
.
.
.

Syifa masuk ke rumah sambil mengucapkan salam. Walaupun tidak mendengar jawaban dari salamnya Syifa terus berjalan munuju tangga.

Baru saja Syifa menaiki anak tangga tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya.

"Syifa, udah pulang, Nak?" tanya wanita paruh baya yang tak lain adalah Ibunya Syifa.

"Iya, baru aja nyampe Bu," ucap Syifa sambil tersenyum.

"Gimana jalan-jalannya seru gak?" tanya Ibu Syifa.

"Biasa aja Bu. Bu, Syifa mau pamit dulu yaa ke kamar mau istirahat sekalian sholat ashar," ucap Syifa.

"Yaudah kamu istirahat aja," ucap Ibu Syifa sambil mengelus kepala putrinya yang tertutup oleh hijab.

Syifa hanya mengangguk lalu berjalan lagi menaiki anak tangga.
Syifa sekarang sudah sampai di kamarnya, ia langsung masuk dan menutup pintu kamar dengan perlahan lalu menuju tempat tidur untuk merebahkan diri sambil menatap atap langit kamar.

"Huuh, apaan ini jalan-jalan yang menyebalkan! Apalagi Fauzan makin hari makin aneh dan berani sama aku, kayak memperlakukan aku sebagai seorang kekasih dan itu membuatku risih," lirih Syifa dengan kesalnya mengingat kejadian bersama Fauzan di mall.

Tak bisa dipungkiri Syifa mulai risih dengan Fauzan yang makin menjadi-jadi. Syifa yang tadi terus mengumpat emosi dengan Fauzan kembali berpaling memikirkan Bastian.

'Bastian kenapa cuek gitu ya? Apa dia masih marah sama kejadian pulang sekolah? Atau yang lainnya?' batin Syifa bertanya.

"Huuhhh ... Bastian! Kapan aku bisa memberitahu kamu aku menyukaimu Bastian, aku sedih kamu tiba-tiba cuek denganku, sampai kapan aku akan mencintaimu dalam diam? Aku ingin kamu tahu perasaanku tapi tidak sekarang mungkin nanti," lirih Syifa

Tak ingin larut dengan pikiran kepada lelaki yang bukan mahramnya, Syifa bergegas masuk ke kamar mandi dan mengambil air wudhu. Syifa melaksanakam sholat ashar berharap pikiran dan hatinya diberi ketenangan.

***

Bastian sudah sampai di rumah, ia mengucapkan salam walaupun tak ada seorang pun yang menjawab salamnya, karena salam yang diucapkan Bastian sangat pelan jadi tidak terdengar oleh penghuni rumah.

Bastian langsung berjalan menuju lantai atas di mana kamarnya berada.

Ia segera duduk di tepi ranjang sambil menahan emosi ketika mengingat kejadian di cafe tadi.

Tidak ingin berlarut dalam emosi Bastian  pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan melaksanakan sholat ashar.

Tidak ada tempat yang lebih menenangkan selain mengadu kepada Allah. Mencerita sebuah rahasia dalam hati, berlabuh dalam sujud yang menggetarkan hati.

Hanya itu yang bisa dilakukan oleh seorang hamba, disaat dia merasa tidak memiliki siapapun maka dia  akan menyadari bahwa sesungguhnya ia memiliki Allah.
Tuhan yang maha mendengar lagi maha mengetahui, apa yang terlihat dan apa yang tidak terlihat oleh manusia.

***

Syifa dan Bastian, kedua-duanya sama-sama mengadu kepada sang pemilik hati. Mereka mencurahkan apa yang tersimpan dalam tempat yang hanya dia dan Tuhan yang tahu, yaitu isi hati yang tidak bisa berdusta ataupun berbohong akan adanya sebuah perasaan.

***

#pagi hari

Hari ini adalah hari di mana sekolah diliburkan, ya hari ini hari minggu. Hari istirahat sedunia untuk melepaskan lelah.

Syifa memilih untuk membantu Ibunya membersihkan rumah.

Syifa sangat senang berada di dalam rumah, ia bukan tipekal cewek yang suka jalan-jalan. Syifa akan keluar rumah dan jalan-jalan jika itu kemauannya sendiri.

Banyak teman yang mengajaknya untuk jalan-jalan atau sekedar nonton di bioskop. Tapi Syifa selalu menolaknya dengan alasan malas atau membantu orang tua.

--------

Di sisi Bastian ia juga memilih berada di rumah, lebih banyak meluangkan waktu bersama ayahnya yang dulu tidak pernah memiliki waktu bersama ayahnya.

'Bagaimana aku mulai bercerita pada Bastian yaa? Kalau aku sudah menjodohkannya dengan gadis pilihanku' batin Santoso

Bastian terus saja bercerita dan sesekali tertawa saat ayahnya bercanda. Namun seketika tawa Bastian hilang saat mendapati ayah yang mulai melamun.

"Ayah," panggil Bastian sambil menepuk bahu ayahnya.

"Eh! Iya Nak. Ada apa?" kaget Santoso.

"Ayah kenapa beong? Apa ada masalah? Jika ada ceritakan saja sama Bastian, mungkin Bastian bisa bantu Ayah," tawar Bastian.

'Apa aku sebaiknya memberitahu Bastian atau tidak yaa? Ahh! Sudahlah aku akan membicarakan ini diwaktu yang tepat.' batin Santoso mantap.

"Gak ada kok, ayahnya hanya berpikir jika kamu lulus SMA, ayah ingin kamu belajar meneruskan perusahaan ayah," ucap Santoso menatap Bastian penuh harap.

"Tapi yah. Bastian ingin mandiri, Bastian ingin bekerja dengan kemampuan Bastian tanpa langsung mendapat pekerjaan karena anak ayah." jelas Bastian.

"Tenang Nak.  Ayah gak langsung jadiin kamu bos nya di sana. Ayah ingin kamu bekerja di perusahaan ayah dengan jabatan yang rendah, tapi jika kemampuanmu mulai meningkat maka jabatan kamu akan naik, dengan begitu kamu akan bekerja sesuai kemampuanmu, Nak. tampa ada alasan kamu anak ayah." Terang Santoso dengan lembut.

"Kalo begitu Bastian setuju yah, nanti setelah Bastian lulus Bastian akan bekerja di perusahaan ayah," ucap Bastian sensng.

"Nah, sekarang kamu harus belajar yang giat bentar lagikan kamu ulang, harus rajin belajar biar naik kelas, setelah itu lulus. Ayah gak sabar melihatmu menjadi penerus perusahaan ayah," ucap Santoso dengan senyuman.

Bastian hanya mengangguk lalu memeluk sang ayah, yang kini benar-benar sudah berubah dan menjadi ayah yang baik untuknya.

Bersambung ....

Rahasia_Takdir (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang