cerita 38

238 13 1
                                    

Sebelumnya

"k..ak.k..ha..kak. hiks...t..ol..lo..ng.. enghh.." lirih gendra menatap  sayu ke dua kakaknya.
Paman wido yang melihat itu langsung menyiram air yang ia bawa tadi di dalam botol kaca seketika sosok itu berteriak...

AKHHHHHHHHHH

38

Deska dan arlo berlari ke arah gendra, dan langsung mengakat tubuh gendra membawa nya keluar.

Dijalan kini terdengar suara sirine ambulan yang cukup kecang, arli memang memanggil ambulan takut macet dan terlambat menyelamatkan adiknya.

Dan disinilah mereka di depan ruang ugd, menunggu sang adik berjuang di dalam sana.
Paman wido yang baru sampai berlari ke arah mereka.

" bagaimana, apa dokter belum keluar " tanya paman wido pada ke dua keponakannya
" belum paman " ucap arlo sedih.

Ceklek

" bagaimana dok kondisi adik saya " ucap deska pada dokter laki laki yang baru saja keluar.
" maaf kan saya.... Adik anda kritis " ucap dokter tersebut.

Saat itu juga deska benar benar menyesal entah apa yang ia sesali mungkin karena dirinya bersedia bersekutu dengan para iblis itu.

2 bulan kemudian.

Gendra masih menutup matanya diruang perawatan yang penuh bau obat obatan.
Para iblis itu sudah dilenyapkan oleh paman wido dengan bantuan usztad.

Dan rumah itu sudah deska jual, kini dia dan arlo benar benar fokus pada gendra tak pernah meninggalkan gendra kecuali ke kamar mandi itu di dalam ruang perawatan itu.

Untuk pekerjaan deska mengerjakan lewat ponsel dan laptop yang di sediakan anak buah deska di ruang rawat tersebut, untuk arlo pula tetap temannya deska mengajar ia tetap melakukan homeschooling mungkin bukan homescholing lagi tapi hospitalschooling karena arlo belajar di rumah sakit.

Ruang rawat gendra benat benar seperti rumah besar, bahkan terdapat dapur kecil di dalam ruangan bernuangsa putih itu.

Eunghh

Mendengar itu deska dan arlo yang sibuk dengan bekerja dan belajar langsung menghampiri gendra yang masih terbaring di ranjang besar itu.

Mata indah itu terbuka, mata yang lama tak mereka lihat, mereka sangat rindu mata itu mata bulat nan cerah, namun sedetik kemudian mata itu mengeluarkan air mata.

"gen ini kakak " ucap deska mengusap air mata gendra, gendra menatap sang kakak lekat namun penuh ketakutan.

"...k.akk.. Ta.kut.." ucap gendra lemah
" hei gak usah takut ada kita ya gen jangan takut " ucap arlo menyemangati sang adik.

Arlo mengusap kening gendra membuat gendra nyaman.
" kak jangan tinggalkan gen " ucap gendra lagi
" kakak janji" ucap deska berderai air mata

Hari itu menjadi hari bahagia bagi deska dan arlo sekian lama mereka menunggu akhirnya mereka dapat melihat mata yang mereka rindukan suara cempreng yang sudah lama tak mereka dengar.

Untuk penglihatan gendra memang di tutup, hal itu dilakukan supaya gendra tak dapat melihat hal hal mengerikan lagi.

Di lain tempat

" tuan saya dapat kabar baru " ucap salah seorang laki laki terhadap laki laki di depannya
" kabar apa " tanya laki laki itu
" gendra adik dari deska yang sebelumnya masuk rumah sakit dan tak sadar selama 2 bulan, kini sudah sadar tuan ." ucap laki laki sebagai anak. Buahnya.
" bagus, aku punya tugas " ucap seorang yang dipanggil tuan itu

Malam itu deska, arlo dan gendra sudah tertidur
Tak lama sura pintu terbuka menampilkan seorang dengan jas berwarna putih. Orang itu menatap seluruh ruangan, berjalan menuju gendra.
.
Ia mengambil sesuatu dalam saku nya sebuah benda kecil tetapi tajam. Benda itu sebuah suntikan yang sudah berisikan cairan di dalam nya.

Ia mendekatkan suntikan ke lengan gendra tetapi sebuah tangan menghalanginya.
" maaf anda siapa ya " tanya seorang perawat yang baru masuk ke ruangan rawat gendra
" saya adalah dokter baru, saya di tugaskan dokter yang menangani pasien ini, untuk mengeceknya " ucap dokter tersebut
" oh silakan dok, saya permisi terlebih dahulu." ucap perawat tersebut lalu pergi dari sana.

Setelah perawat itu pergi laki laki yang katanya dokter itu mau melanjutkan aksinya dengan menyuntikkan sesuatu di lengan gendra, namun gendra terbangun.

Dokter itu terkejut saat melihat gendra membuka matanya, dengan cepat dia menyuntikkan sesuatu di lengan gendra membuat gendra merintih

" akh.s..ss" lirih gendra sebelum matanya menutup sempurna

Dokter tersebut langsung melepaskan infus di tangan gendra, setelah itu dokter tersebut menutupi seluruh tubuh gendra dengan selimut setelah itu dokter itu menggendong gendra, dan membawanya pergi.

Keesokan harinya

Arlo terbangun terlebih dahulu ia menatap kanan kiri mencoba menerangkan pandangan matanya, setelah pandanganya sudah tak mengabur lagi. Ia terkejut melihat ranjang gendra yang kosong dan infus yang tergeletak.






" KAK DESKA "
  

 



.
.
.


MAD  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang