GALAK|04

12.7K 1.3K 94
                                    

Senyuman Galak tidak luntur barang sedikit pun ketika tatapannya mengarah pada cermin di depannya. Sesekali tangannya terulur menyugar rambutnya yang masih sedikit basah. Cowok itu sudah rapi dengan seragam khas SMA Garuda lengkap dengan almamater yang disampirkan di pundaknya.

Sembari menunggu Agatha yang masih berada di dalam kamar mandi, ia menyemprotkan parfum ke bagian atas tubuhnya. "Ganteng banget anjir," ucapnya bangga seraya menaik-turunkan alisnya dan menatap bayangannya di cermin tersebut.

Galak mengulum bibir ketika mendengar suara decitan pintu kamar mandi terbuka dan membuatnya spontan menoleh. Ketika sosok Agatha muncul garis wajahnya langsung menurun. Senyumannya menghilang seketika diganti dengan dengusan pertanda rasa kesal.

"Gak ada seragam lain?" tanya Galak, tersirat nada tidak suka di dalamnya.

Agatha mengerjap pelan sembari berjalan kecil menuju Galak. "Ini seragam aku dulu," katanya takut ketika melihat perubahan raut wajah Galak. "Atha--- gak usah sekolah?"

Kemeja ketat dan rok setengah paha membuat Galak mengembuskan napas kesal. Cowok itu berlalu dari hadapan Agatha membuat Agatha menggenggam erat sisi roknya. Agatha tidak berbohong, seragam ini adalah seragamnya dulu. Dia tidak tahu kalau Galak akan bersikap seperti itu padanya.

"Galak---" Agatha memanggil ketika melihat Galak menenteng sepatunya dan keluar dari kamar begitu saja. Gadis itu menghela napas panjang dan memilih duduk di tepi kasur. Ia meraih sisir dan menyisir rambutnya dan membiarkannya terjuntai di punggungnya.

Beberapa menit kemudian Agatha tersentak kaget ketika wajah Galak tiba-tiba muncul dari balik pintu. "Pakai ini," ujarnya seraya melemparkan almamaternya dan Agatha menangkapnya dengan baik. "Percuma paha mulus kalau dipamerin sama banyak orang," cibirnya lalu berbalik dan berjalan menuju ruang makan.

Agatha merenggut sendu. Kalau pun tadi SMA GARUDA memakai seragam putih abu-abu seperti sekolah di Indonesia pada umumnya dia pasti lebih memilih membelinya. Hanya saja Garuda berbeda dan seragam gadis itu menandakan bahwa dia adalah seorang siswa baru.

"Galak galak," gumamnya pelan lalu memakai almamater itu dan beranjak menuju cermin dan mengoleskan bedak di wajahnya.

"Nanti kalau ada yang nanya tentang kita, bilang aja kalau kita pacaran. Surat pernikahan kita belum diurus. Kita cuma sah di mata agama aja. Mungkin setelah lulus nanti baru gue urus. Malu gue masih SMA udah punya bini, dikira nanti gue berbuat yang enggak-enggak," katanya saat Agatha menuruni anak tangga dan berjalan menghampirinya lalu duduk di sampingnya.

Agatha mengangguk kecil pada Galak. Gadis itu memperhatikan para pelayan di rumahnya yang tampak telanten menyiapkan sarapan di atas meja. Agatha mengembuskan napas kasar kala tahu bahwa Agam menyiapkan pelayan di dapur sebanyak tiga orang. Berlebihan sekali.

"Galak---" Agatha memanggil seraya menyentuh lengan Galak membuat cowok yang hendak memasukkan nasi ke dalam mulutnya berhenti seketika. "Doa dulu---"

Galak mengerjap pelan kemudian menurunkan kembali sendoknya. Cowok itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal terlebih para pelayan terlihat menahan senyum saat menatapnya. Ia berdehem mengurangi rasa gugupnya kemudian berbisik pada Agatha. "Gue--- Lo aja deh yang mimpin doa. Gue tiba-tiba lupa ...."

"Hm?"

Galak memijat pelipisnya dan kembali menatap tiga pelayan yang berumur sekitar empat puluhan itu. "Kalian bisa kembali bekerja," ujarnya dan ketiga pelayan itu mengangguk dan berlalu dari sana membuat Galak menghela napas lega.

GALAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang