Sorry for typo.
***
"Semuanya hanya topeng. Tidak ada senyuman, semua hanya luka. Yang sayangnya sangat pandai dia tutupi."
Kening Galak mengernyit ketika tangannya meraba sesuatu di dalam lemari. Pintu lemari yang terbuka sedikit, ia lebarkan hingga kedua bola matanya menangkap keberadaan kotak kecil. Melirik sejenak ke pintu kamar mandi namun belum ada tanda-tanda bahwa Agatha akan keluar.
"Bodo amat, punya istri, punya suami juga," katanya karena yakin kotak itu milik Agatha.
Dengan tangan kiri memegang kotak tersebut, Galak kembali mencari dasinya dan tersenyum senang ketika sudah menemukannya. Cowok itu beralih duduk di tepi kasur, penasaran dengan isinya karena dibungkus dengan kotak yang amat cantik, warna hitam yang tergores dengan tinta putih membuatnya tampak cocok untuk ukuran cowok.
Bersamaan dibukanya kotak tersebut, pintu kamar mandi terbuka memunculkan Agatha yang sudah rapi dengan seragamnya. Gadis itu mendekat pada Galak memperhatikan cowok itu yang masih memandang isi kotak tersebut tanpa ekspresi.
"Lo---"
Agatha menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Jamnya aku beli waktu di Jepang," kata gadis itu, lalu tatapannya beralih pada pergelangan tangan Galak dan di sana sudah ada jam tangan hitam yang terpasang membuatnya merasa bahwa jam yang dia beli tidak perlu lagi.
Galak berdecak samar. Ia memandang Agatha kemudian menarik gadis itu agar duduk di sampingnya. Ia lepas jam tangan di pergelangan tangannya dan memakai jam yang berada di kotak membuat Agatha menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan.
"Selera lo bagus juga," kata Galak memuji, ia menoleh pada gadis itu dan terpaku sesaat ketika bola mata mereka bertemu. Agatha tak hentinya menatap membuat Galak sedikit salah tingkah. "Lo--- noleh sana ah," lanjutnya seraya mendorong kening gadis itu pelan.
"Galak suka???" Setelah lama terdiam, Agatha kini bertanya antusias dan tersenyum bangga ketika Galak mengangguk. "Nggak nyangka, makasih Galak!"
"Nih anak ---" heran Galak. "Harusnya gue yang bilang makasih. Makasih ya."
Agatha mengangguk seraya menyengir bahagia. Ia beranjak dan berdiri di depan cermin untuk menyisir rambut membuat tatapan Galak tidak terlepas sedikit pun darinya hingga cowok itu menunduk memperhatikan jam di tangannya dengan senyum kecil. Galak tahu, harga boneka yang ia beli semalam hanya butiran debu dari jam yang dipakainya sekarang.
Jam yang ia lepas tadi, ia masukkan ke dalam kotak. Ia segera memasang dasi dan menyambar tas. "Gue tunggu di meja makan, nggak usah pakai pewarna bibir," katanya membuat Agatha mengacungkan jempolnya.
Galak berjalan ke dapur, menggaruk tengkuk yang tak gatal ketika melihat Ratna yang menatapnya dengan sinis. "Lebih enak janji sih Pah," kata Ratna yang tengah menyiapkan sarapan untuk Reza. "Cuma beli martabak doang padahal."
"Udah Mam, nanti Papa beliin," kata Reza lantaran tidak ingin mendengar suara cerewet Ratna, terlebih wanitanya itu berbicara tepat di sisi telinganya.
"Tapi, kan, Mama kesal!" Ratna merajuk. "Agatha dibeliin boneka besar, padahal yang janji, kan, sama Mama. Udah nungguin juga!"
Galak menarik kursi, belum sempat dia duduk, Ratna sudah lebih dulu menodongkan sendok goreng tepat di depan wajahnya. "Pulang sekolah nanti harus beliin Mama pokoknya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAK
Teen Fiction(GARUDA SERIES 1) #teenfic-romance "Memang mau nikah." Bentar. Galak tarik napas dulu. Galak mungkin masih mimpi atau memang mau nikah cuma dia ikutan diundang sebagai tamu spesial meskipun perasaannya sudah tidak tenang. Lagi pula Galak masih sekol...