GALAK|38

8.3K 933 333
                                    

Sorry for typo.

***

Agatha mengedarkan pandangan ke segala sudut kantin lalu menunduk menatap selembar uang merah di tangannya. Gadis cantik itu perlahan melangkah mengikuti beberapa siswa yang juga hendak membeli jajanan.

Galak sedang berlatih badminton di lapangan bawah dan kelima sahabatnya tengah menonton membuatnya merasa tidak enak jika harus mengganggu.

Tapi masalahnya, dia lapar dan tidak tahu cara memesan makanan.

"Ck. Gue duluan jir. Biasain antri dong." Agatha terkesiap ketika dua laki-laki saling mendorong. Ia spontan memundurkan langkah, menatap mereka dengan bingung.

"Heh gue mau ke ruang BK!"

"Teros???"

"Hah!" Cowok itu mengembuskan napas dan aroma asap rokok langsung mengudara. "Mau beli permen anj."

"Bangke."

"Makanya lo diem."

"Setan nggak sih?"

Agatha mengusap lengan seraya menghembus napas pelan. Ia menoleh ke belakang, ada banyak siswa yang berbaris di sana.

Brakk

"LO KALAU JALAN BIASA AJA BISA NGGAK SIH?!"

"Zen udah lah, kan, cuma sepatu doang aelah."

"APANYA YANG SEPATU DOANG???" Gadis bernama Zena itu menarik dasi gadis di depannya. "BERSIHIN PAKE DASI LO."

Agatha mengerjap pelan. Ia pikir sekolah ini sangat berbeda dengan sekolahnya yang lama. Ia kemudian menunduk, menatap tangannya yang menggenggam uang dengan sedikit gemetar. Lihat--- bagaimana orang-orang yang menyaksikannya memilih mengabaikan seolah hal ini sudah biasa.

Ia kembali melirik, gadis yang tak sengaja menabrak hingga jusnya tumpah, tengah menunduk membersihkan sepatu Zena.

"Tau kenapa dia langsung nurut?" Aurora tiba-tiba muncul hingga Agatha tersentak kaget. Adik kelasnya itu menyelip di antara barisan antri. "Kalau dia nurut bersihin sepatunya masalah bakal cepat kelar. Kalau tadi dia ngelawan, besok-besok dia bakal dibully habis-habisan."

"Apa nggak ada yang lapor?" Agatha bertanya pelan.

"Dia orkay, terus nanti juga kalau dilapor, korban juga yang kena."

"Kenapa gitu?"

Aurora terdiam sebentar. "Sekolah mihak sama mereka yang bisa bungkam pake uang."

Ia juga punya uang. Dulu satu sekolahnya tahu bahwa Agatha adalah putri dari salah satu pengusaha terkenal di beberapa negara. Tapi tidak ada yang bisa dilakukan uang ketika dia dibully.

"Hei. Giliran lo." Agatha mengusap pipi lalu terkekeh ringan. Dia sudah berdamai. Ya. Dia yakin sudah berdamai dengan masa lalu. Meskipun belum sepenuhnya tapi ia harap bekasnya tak sesakit dulu.

"Mau beli apa Kak?"

"Ha?"

Agatha memberikan uangnya pada gadis seumurannya yang juga berseragam yang sama dengannya. "Mau makan," lapor Agatha.

"Lo mesen apa?" Aurora berbisik dari belakang. Terlebih melihat pelayan itu sudah berubah masam. "Mau makan apa?" ulangnya karena tak ada respon.

"Nasi goreng," sahut Agatha.

"Oke."

"Oke?" Bingung Agatha. Ia menengadah tangan membuat Aurora maupun siswi itu menatapnya heran. "Mana nasi goreng aku? Kan, aku udah kasih uang."

GALAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang