END

11.9K 1K 177
                                    

Ending nih, tinggalin jejak yaaaaa🧜 luv❤️ banyak-banyak buat pembaca "GALAK"

Sorry for typo.

***

"Karna setiap detik bersamamu adalah memori paling indah di dalam hidupku."

***

"Papa tinggal nggak papa?" Gadis cantik itu menganggukkan kepalanya dengan senyum kecil. Ia kembali memandang papanya yang sudah sangat rapi dengan jas hitam yang melekat di badan tegapnya. "Papa usahain pulang jam empat nanti. Ini seriusan mau jalan-jalan sendiri?"

"Serius. Nih, kan, bisa." Ia menggerakkan kursi rodanya membuat Agam tersenyum hangat.

Pria dewasa itu berjongkok di hadapan putrinya kemudian jemarinya terulur mengusap rambut panjang itu. "Semua bakal baik-baik aja. Jangan mikir berat-berat, oke? Nanti Papa panggil Dokter biar gantiin perban Atha."

Gadis bernama Agatha itu mengangguk cepat. "Tapi janji ya, setelah sembuh nanti Atha sekolah lagi?"

"Pasti."

"Atha nggak mau homeschooling. Maunya di tempat umum."

"Berarti ngulang dong?"

Agatha mengangguk kaku. Rasanya berat sekali mengulang kelas dua belas kembali. Padahal seharusnya dia sudah lulus sekarang tapi karena kecelakaan itu, semua yang sudah direncanakan mendadak terbengkalai.

"Ya udah, Papa berangkat ya."

"Hati-hati."

Agam mengusap pundak Agatha sebentar, ia memberikan senyum tulus sebelum keluar dari ruangan itu. Kala bertemu dokter yang menangani putrinya, ia segera minta tolong agar mengantikan perban di kepala Agatha dan tentunya menggunakan bahasa Jepang.

Perban Agatha sudah diganti, ia tidak hentinya memamerkan senyum manis hingga membuat beberapa perawat merasakan dadanya menghangat. Agatha menggerakkan kursi rodanya dengan hati-hati karena hari ini ia ingin sendiri tanpa bantuan suster lantaran suster di sini selalu bersikap berlebihan. Memintanya untuk tidak menunduk terlalu lama apalagi mendongak.

Dia ingin tenang.

Tanpa siapapun yang mengganggunya.

"Arigatōgozaimashita," ucap Agatha ketika seorang gadis seumuran dengannya membantu memutar kursi rodanya.

Gadis itu mengangguk kecil sebelum akhirnya berlalu dari sana meninggalkan Agatha yang kini menggerakkan kursi roda menuju taman yang biasanya dikunjungi untuk refreshing.

"Woah," serunya ketika melihat seekor kelinci putih tengah berlari dengan wortel di tangannya.

Kelinci ....

"Heem. Gue kelinci lo sekarang, makanya harus disayang-sayang."

"Nggak boleh nangis," katanya pelan. Lalu perlahan menunduk dengan jemari saling bertautan kala merasakan bola matanya memanas. "Nggak boleh ngeluh, tapi kangen."

Agatha mengusap pipinya ketika sesuatu menetes dari sudut matanya. Bibirnya bergetar dengan pengap yang semakin terasa menghantam dada.

GALAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang