***
"Bokap gue tadi subuh datang," keluh Andrey dengan napas tersengal-sengal. Cowok itu baru saja sampai di depan gerbang SMA GARUDA dan sudah menemukan Rifai dan Daniel berdiri anteng di sana karena tidak diperbolehkan masuk. "Padahal bilangnya lusa, mana rumah kayak kapal pecah."
"Terus?"
"Sialan." Andrey mengusap wajahnya kasar. Kemejanya tampak kusut karena terlalu terburu-buru. "Bisa-bisanya lo pada pergi ninggalin gue sendirian ngurus rumah. Di mana hati nurani kalian?!"
"Gue sih gak punya hati ya. Lo gimana Rif?"
"Sama Dan, gue juga gak punya hati."
Andrey kembali mengumpat. "Tapi gak apalah. Setidaknya bukan cuma gue yang terlambat," ujarnya lalu merangkul Daniel dan Rifai. "Bolos aja yuk?"
"Setan." Daniel menjauh dari Andrey. Menatap sinis pada sahabatnya itu. "Sesat amat hidup lo."
Terdengar suara helaan napas dari Andrey. Ia menampilkan raut wajah bersalahnya. "Harusnya gue gak izinin Bryan datang. Tuh anak emang suka bikin rusuh."
Rifai menyandar pada gerbang. Masih sangat mengantuk. "Malas banget gue disuruh lari nanti. Mana mau tidur. Emang ya, lo sesat bat deh Drey."
"Letare ke mana dah? Buset, gue nyebut namanya hampir aja keseleo jadi teh tareknya ankel Mutu. Bisa ya namanya gitu?" celutuk Daniel.
"Bego."
"Galak sama Stevent juga belum kelihatan." Rifai berdecak.
"BARISAN DIBUBARKAN!"
"SIAP BUBAR!"
"Alhamdulillah. Akhirnya selesai juga." Rifai bernapas lega. Tidak sia-sia menunggu selama 45 menit. Cowok itu mengintip melalu celah gerbang di mana upacara telah selesai. Semua siswa terlihat berbondong-bondong memasuki kelas.
"Kuy masuk!"
"Gerbangnya dikunci bego."
"Lewat belakang dong! Itu aja harus banget diajarin."
"Nanti kita dihukum double asu," kesal Andrey.
"Gak bakal. Lo ikutin aja gue. Gue mah udah pengalaman." Rifai menaikkan alisnya bangga membuat Andrey dan Daniel mendelik samar.
"Lah Galak tuh," tunjuk Andrey.
"Bisa gak sih jalannya dipercepat?! Gercep dikit dong."
"Maaf Galak."
Galak berdecak. "Minta maaf mulu lo."
"Anjir. Itu pacaran apa bapak sama anak sih?" Daniel menyelutuk dengan tawa kecilnya. Ia bisa melihat wajah kesal Galak dengan jelas sementara Agatha terus menunduk.
"Gara-gara lo nih ah," kesal Galak.
"Maaf Galak."
"Minta maaf sekali lagi gue lempar lo."
"Lak, ambil jalan pintas yuk!" ajak Rifai antusias.
Galak mendengus. Pandangannya beralih pada Agatha membuat gadis itu segera memalingkan wajah. Takut kena sembur lagi. Tadi Galak mengajaknya naik motor tapi dia menolak karena belum pernah menaiki kendaraan tersebut maka berakhirlah mereka di jalan yang penuh dengan kemacetan.
"Gue kesel banget sumpah." Galak mengibaskan tangannya di depan wajah kemudian beranjak mengikuti langkah Rifai yang memimpin di depan.
Agatha masih setia berdiri di tempatnya membuat Galak lagi-lagi berdecak kemudian menarik tangan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAK
Teen Fiction(GARUDA SERIES 1) #teenfic-romance "Memang mau nikah." Bentar. Galak tarik napas dulu. Galak mungkin masih mimpi atau memang mau nikah cuma dia ikutan diundang sebagai tamu spesial meskipun perasaannya sudah tidak tenang. Lagi pula Galak masih sekol...