GALAK|10

10.4K 1.2K 466
                                    

Aku gercep kalau kalian antusias sama ceritanya.

Jadi jangan lupa spam komen ya. 250 heheh.

Kawal GALAK sampai ending.

***

Galak selalu menyiapkan masker di mobil. Tidak tanggung-tanggung. Di sana ada sekotak masker meski harga dua ribuan tapi saat ini sangat berguna. Ia memberikan satu lebih dulu pada Agatha yang sedari tadi berusaha menutup hidungnya dan selanjutnya memberikannya pada Dara supaya gadis itu yang membagikannya. Ini yang Galak tidak suka ketika teman-teman Andrey ikut dengan mereka. Rokok dan minuman beralkohol tidak pernah bisa lepas.

Kalau perempuan yang bersama mereka mungkin sudah terbiasa. Lain cerita dengan enam perempuan yang merupakan pacar atau gebetan mereka.

Galak mau marah sebenarnya. Tapi menghargai keberadaan mereka adalah satu-satunya yang bisa dia lakukan.

"Gue kesinggung loh kalau kalian make masker gitu," ujar salah satu dari mereka. Namanya, Bryan.

Galak mendengus. "Pacar gue gak tahan asap rokok."

Bryan mengangguk samar. Ia memperhatikan Agatha yang duduk di samping Galak dengan senyuman mengembang. "Bagi-bagi lah Lak. Bening juga."

"Gue gak suka bagi-bagi btw."

Agatha menoleh pada Galak. Raut wajah cowok itu sedang tidak bersahabat. "Galak," bisiknya. Ia menurunkan maskernya.

Galak menoleh seraya tersenyum kecil. "Kenapa?"

Secepat itu raut wajah cowok itu berubah. Agatha yang melihatnya menyandarkan kepalanya di bahu Galak namun Galak malah membawa gadis itu ke dalam pelukannya untuk dia dekap erat-erat--- menunjukkan pada semua orang di sana bahwa Agatha hanya akan menjadi miliknya.

Bryan yang melihatnya berdecih kemudian merangkul gadis yang sedari tadi duduk di sampingnya.

"Lak, sini!" Galak menoleh di mana Letare dan Stevent tengah membakar ayam. Ia beranjak, tidak lupa mengajak Agatha.

"Loh lihat tuh dua curut." Stevent menunjuk pada Andrey dan Rifai yang tengah sibuk dengan ponselnya. Stevent berdecak. "Sial banget dari tadi cuma kita yang repot. Pala si Andrey pengen gue pecahin sumpah."

"Biarin aja. Nanti kita langsung pulang biar si Andrey yang beresin semuanya." Daniel tiba-tiba saja muncul membawa cabai yang sudah digiling bersama bumbu lainnya.

"Kita jadi kayak babu anjir." Stevent menyelutuk lagi.

Sementara Letare mengembuskan napas tidak peduli. Cowok itu terlihat membolak-balik ayam sesekali meniupnya memastikan bahwa matangnya merata.

"Lo duduk aja. Capek lo kalau diri terus," kata Letare pada Agatha yang masih setia berdiri di samping Galak. "Itu ada kursi." Cowok itu menunjuk kursi yang tidak jauh dari mereka.

Agatha menoleh pada Galak menunggu persetujuan cowok itu. "Lo gak papa sendiri? Atau---" Galak mengedarkan pandangannya. "Dar!"

"Kenapa Lak?" Dara sedikit berteriak karena dentuman musik mulai terdengar.

Galak membawa Agatha dari sana tapi sebelumnya gadis itu menoleh pada Letare seraya mengucapkan terima kasih.

GALAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang