Galak sedari tadi memperhatikan Agatha yang tampak sibuk membereskan pakaiannya. Gadis itu terlihat berjalan mondar-mandir membuat Galak jengah sendiri. Cowok itu berdecak lalu mengambil alih koper Agatha. Agatha yang melihatnya tidak enak hati. Selain ceroboh menaruh barang, pergerakannya juga sedikit lambat.
"Mending lo mandi dulu deh biar kita cari makan di luar aja," kata Galak tanpa menoleh.
Agatha mengangguk kecil dan langsung beranjak dari kasur menuju kamar mandi.
Galak memperhatikan punggung Agatha lalu menghela napas panjang. "Lo mau mandi gak bawa handuk? Ketauan banget modusnya," cibirnya. Langkah gadis itu spontan berhenti. Menggaruk tengkuk yang tidak gatal dan beralih meraih handuk yang tergantung di dinding.
"Maaf Galak," ucap Agatha pelan namun masih tertangkap di telinga Galak.
Galak bergumam dan kembali melanjutkan kegiatannya memasukkan beberapa pakaian Agatha ke dalam koper.
Hari ini mereka akan kembali ke rumah Reza untuk mengambil barang-barang Galak karena Agam telah menyediakan rumah untuk mereka tinggali. Galak tidak bisa menolak. Pun, dia juga mendukung kalau mereka akan tinggal berdua tanpa ada yang mengganggu.
Galak ingin belajar menerima Agatha dan belajar menerima kenyataan bahwa sekarang dia sudah tidak sendiri lagi.
Pintu kamar mandi terbuka memunculkan Agatha yang tampak mengusap rambutnya yang basah. "Harusnya lo tadi keluar cuma pake handuk aja biar kayak di film-film," kata Galak membuat Agatha menatapnya bingung.
Galak berdecak melihat tatapan itu. "Dah cepat sini!"
Agatha menurut. Dia menghampiri Galak lalu duduk di samping cowok itu. Sementara Galak menghela napas lega ketika telah selesai memasukkan pakaian Agatha ke dalam koper.
"Baju kotor tadi lo masukin ke plastik aja biar cepat. Gue udah lapar, sekalian sama baju gue."
"Iya."
"Iya iya mulu," gerutu Galak saat melihat punggung Agatha menjauh. Melakukan seperti apa yang dia minta.
Galak sudah absen selama dua hari dan sudah mencapai batas absen. Kalau besok dia belum kembali ke sekolah maka surat panggilan orang tua akan melayang ke rumahnya. Waktu hari ini dia gunakan sebaik mungkin supaya acara pindahnya tidak memakan waktu hingga besok hari.
"Udah?"
"Hm. Udah," jawab Agatha yang baru saja muncul dari pintu kamar mandi.
"Ya udah. Kuy!" ajak Galak seraya menyeret koper kemudian berbalik ketika menyadari sesuatu. Cowok itu memperhatikan penampilan Agatha yang sangat berantakan. "Rambut lo sisir dulu dong, masa ke luar gitu?"
"Ah iya ya," ujar Agatha menyentuh rambutnya yang masih basah. Gadis itu menyisirnya. Usai melakukan apa yang Galak suruh, kini Agatha berjalan di belakang cowok itu menuju lift yang akan membawa mereka ke parkiran.
"Kita ke mana dulu? Sarapan? Beli hape? Atau apa?" tanya Galak saat mereka sudah berada di dalam mobil. Mobil ini adalah mobil milik Reza karena Galak tahu mereka pulang tidak akan dengan tangan kosong terbukti dari koper dan plastik hitam yang sudah berpindah pada bagasi.
"Sarapan. Atha lapar," ujar Agatha pelan dengan jemari yang saling bertautan. Tidak berani menatap pada cowok itu. "Tapi terserah Galak aja."
"Oke sarapan."
Agatha tersenyum kecil. Bola matanya mengedar ketika mobil melaju dan bergabung dengan pengendara lainnya. Ia belum pernah merasakan ini sebelumnya. Rasa bahagia yang muncul entah dari mana. Efek dia baru kali ini naik mobil dengan orang lain selain Agam atau karena yang di sampingnya adalah Galak. Agatha tidak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAK
Teen Fiction(GARUDA SERIES 1) #teenfic-romance "Memang mau nikah." Bentar. Galak tarik napas dulu. Galak mungkin masih mimpi atau memang mau nikah cuma dia ikutan diundang sebagai tamu spesial meskipun perasaannya sudah tidak tenang. Lagi pula Galak masih sekol...