GALAK|14

8.9K 1K 356
                                    

"Bagus banget ya hidup lo, suami lagi ngiris bawang lo malah santai kayak kanjeng ratu," ketus Galak.

"Atha, kan, emang ratu."

"Ratu apaan?" Galak mencibir. Ia menyalakan kompor dan memasukkan bawang serta bumbu lainnya yang sudah ia siapkan ke wadah.

"Ratu di hati Galak." Agatha menyengir kaku.

Galak tidak membalas lagi. Ia membuka lemari tempat biasa mie instan disimpan. Di luar, hujan tengah mengguyur deras membuatnya berinisiatif memasak mie. Kebetulan ia tidak bisa tidur.

"Bagi Atha ya?" ujar Agatha yang tahu-tahunya sudah berdiri di sampingnya.

Cowok itu bergumam, "Cewek kalau gak bisa masak mending mati aja."

"Galak mau jadi duda?" tanya Agatha membuat Galak menatapnya sinis. Cowok itu mendorong kening Agatha supaya menjauh membuat gadis itu melenguh kecil. "Sakit tau ...."

"Minggir."

"Gak mau."

"Minggir atau gue tebas pala lo?"

"Gak mau Galak."

Galak mendengus kecil. "Keras kepala."

Mood Galak sedang buruk. Tentu saja perihal obat penenang yang tak sengaja ia temukan di UKS. Ia ingin Agatha bercerita tanpa harus dia tanya dulu. Ia juga ingin Agatha membagi masalah gadis itu kepadanya. Tapi--- Agatha seakan-akan menutup diri. Galak jadi ragu, apakah posisinya sebagai suami dianggap? Hingga masalah seserius itu tidak diberitahu?

"Gal---"

"Diem."

Galak mematikan kompor. Dua porsi mie sudah siap disantap. Cowok itu membawanya ke meja makan dan memberikannya satu porsi pada Agatha tanpa mengatakan apapun. Agatha yang sudah biasa dengan sikap Galak yang berubah-ubah tidak terlalu memperhatikan raut wajah cowok itu.

"Gal---"

"Kalau lagi makan tuh diem."

Agatha mengerjap pelan. Gadis itu berdiri lalu menggeser kursi agar lebih merapat pada Galak. Disentuhnya lengan cowok itu membuat Galak yang tengah memasukkan mie ke dalam mulut menoleh seraya menaikkan sebelah alisnya. "Galak marah ya?" tanyanya dalam sekali tarikan napas karena takut jika Galak menyahut sebelum ia selesai berbicara.

"Gak."

Gadis itu menggeleng lalu membawa wajah Galak agar menghadap sepenuhnya padanya membuat Galak menelan mienya dengan kasar. "Kalau Galak ada masalah, cerita sama Atha," ujarnya amat pelan.

"Ngaca."

"Galak---" Agatha mengembuskan napas panjang melihat raut datar cowok itu. "Atha ada salah?"

"Banyak."

"Salah apa?" Gadis itu merasa tidak berbuat apapun.

"Dah lah." Galak memalingkan wajah membuat tangan Agatha yang menangkup pipinya terlepas. "Mending lo diem, jangan bikin gue makin gak selera."

Agatha memilin jemari gugup, tak lagi berselera melihat seporsi mie di depannya. Gadis itu menghela napas panjang kemudian menggeser mangkok mienya pada Galak membuat Galak menoleh sengit. "Atha gak lapar," ucap gadis itu.

Galak bergumam, memilih mengabaikan Agatha membuat pertahanan Agatha benar-benar runtuh. Gadis itu menunduk dengan bahu bergetar, air mata sudah menetes membasahi pipinya. Dadanya pengap ketika Galak menatapnya sinis ditambah lagi setiap lontaran kalimat dari mulut cowok itu mengusik ketenangannya.

"Cengeng."

"Atha salah apa sama Galak?" tanya gadis itu dengan suara seraknya. Ia menatap cowok itu yang ternyata juga tengah menatapnya. Galak menjauhkan mangkok mienya sebelum akhirnya menghadap Agatha sepenuhnya.

GALAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang