GALAK|19

8.3K 1K 553
                                    

Hello??? Jangan lupa tinggalin jejak ya & spam komen juga!!!

Gue tunggu 500 komentar yaaa biar rame heeheh.

***

Acara turnamen antar sekolah berlangsung hari ini. Lapangan SMA GARUDA tampak ramai karena semester ini mereka resmi menjadi tuan rumah. Sorakan-sorakan terdengar riuh memekakkan telinga terlebih lagi ketika jagoan mereka memasuki lapangan.

Di saat semua siswa berada di tribun penonton, lain pula dengan Agatha yang berada di lantai dua. Senyuman gadis itu terukir kala melihat Galak sudah bergabung bersama timnya.

Sementara itu di lapangan sana, Galak tampak mencari keberadaan Agatha. Bola matanya mengedar tapi tak kunjung menemukannya.

Jangan harap Galak bisa konsentrasi kalau Agatha belum dia temukan.

"Lo pada lihat Agatha gak?" tanya Galak. Pertandingan dimulai sepuluh menit lagi. Siswa yang berperan sebagai wasit masih tampak berbincang dengan guru di sana.

Stevent yang kebetulan tengah mencari keberadaan Dara menggeleng tanda tidak tahu. "Gak kelihatan. Lo chat atau apalah Lak, rame bener."

Galak menghembus napas pelan. Langkah kakinya amat lebar ketika dia berjalan menghampiri ruang ganti untuk mengambil ponselnya. Cowok itu segera menghubungi nomor Agatha, tak membutuhkan waktu lama, gadis itu menjawab sambungannya.

"Lo di mana sih?"

"Atha di lantai dua Galak, di gedung IPA."

Galak mendongak tepatnya ke lantai dua gedung IPA. Ia melihat Agatha yang tengah melambai padanya. Wajahnya terlihat samar-samar karena terlalu jauh tapi Galak yakin kalau saat ini Agatha tengah tersenyum padanya.

"Kenapa di sana coba? Lo gak mau lihat gue main?"

"Maaf Galak--- tapi pusing. Terlalu ramai."

Cowok itu berdecak samar tapi tidak memaksa Agatha. Padahal Galak sangat ingin mendengar gadis itu menyemangatinya. Tapi--- sudahlah.

"Nanti kalau Galak menang, Atha kasih hadiah!!!"

"Hadiah apa?" tanya Galak. Ia beralih duduk di kursi panjang sembari menyender dengan tatapan yang terfokus pada Agatha.

"Rahasia dong! Nanti kalau Atha kasih tau bukan hadiah lagi namanya. Semangat Galak!!!"

Kan, kan, kan, Galak kesal sekali pada dirinya. Bahkan mendengar Agatha menyemangatinya saja sudah membuat pipinya memerah.

Sial. Sepertinya julukan pipi tomat pantas disematkan padanya.

"Gue tunggu hadiahnya," katanya karena yakin bahwa timnya akan menang. Usai itu Galak mematikan sambungan sepihak. Cowok itu merentangkan tangannya lalu berdiri seraya berputar-putar membuatnya mengusap wajahnya kasar sembari mendengus geli.

Suara peluit dari wasit terdengar membuat cowok itu segera tersadar. Sempat merutuki kebodohan sebelum akhirnya berlari ke lapangan utama Garuda. Tak henti-hentinya dia mendongak ke atas tepatnya lantai dua. Dari sini, wajah Agatha cukup jelas hingga bisa membuatnya melihat senyuman manis itu.

"Jangan egois. Kalau nanti suruh lempar, lempar ya." Andrey menyelutuk membuat timnya mengangguk termasuk Galak.

"Hadiahnya lumayan. Bisa dipake ngapel ke rumah pacar sambil bawain bakwan sama camer."

"Any."

Rifai menggeplak kepala Andrey cukup keras membuat Andrey mengadu kesakitan namun tidak ada yang menggubris.

GALAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang