GALAK|39

8K 905 259
                                    

Sorry for typo.


***

Galak memejamkan mata, berusaha mengingat-ingat bagian mana yang salah soal hari ini. Ia tidak betah berada di ruang yang sama tapi hanya berdiam seperti ini. Ketika ia berbicara, Agatha hanya menanggapi dengan anggukan dan gumaman.

"Lo masih marah soal Syelin?" Galak memberanikan diri bertanya.

Lagi. Gadis itu hanya menggeleng. Tak mengeluarkan sepatah kata pun. Pada kenyataannya, Galak juga bisa benar-benar lelah menghadapi sikap istrinya ini. Diamnya Agatha membuatnya semakin kesal dan tidak tahu harus melakukan apa.

"Lo tunggu di sini aja." Cowok itu berucap dingin. Menoleh lagi pada Agatha yang duduk bersandar sembari memandang jalanan. Tak ingin meledak, Galak beranjak keluar dari mobil memasuki konter guna membeli ponsel baru.

Butuh waktu lima belas menit lamanya hingga transaksi benar-benar dilakukan. Galak kembali memasuki mobil dan mendapati Agatha yang sudah terlelap. Lantaran tidak mau mengganggu, Galak melajukan mobil menuju rumah orang tuanya karena masih banyak barang-barang mereka yang tertinggal di sana sebelum kembali ke rumah mereka.

"Udah sampai ya?" Untuk pertama kalinya semenjak mereka keluar dari hotel, Agatha mau berbicara. Galak mengulas senyum kecil lalu mengangguk dan keluar dari mobil disusul Agatha yang mengekor di belakang.

"Baju gue nggak usah dimasukin ke koper, cuma baju lo aja,"

Agatha mengangguk kecil, ia menatap punggung Galak yang memasuki dapur dengan helaan napas panjang. Sedari tadi Agatha tidak bisa tenang, ucapan Agam benar-benar sanggup membuat dadanya sesak memikirkan banyak hal.

Ceklek

"Syelin?" Agatha berucap pelan melihat Syelin berbaring di atas kasur sembari memeluk bonekanya.

Syelin berangsur duduk dengan decakan malas. "Lo ngapain ke sini?" tanyanya mengundang tatapan kesal dari Agatha.

"Harusnya aku yang nanya. Kamu ngapain di kamar aku?"

"Ini kamar Galak, mohon maaf."

"Ini kamar aku juga."

"Jalang lo?" kesal Syelin bukan main.

Agatha mendekat, hendak merebut boneka jumbo itu tapi Syelin menahan. "Ini punya aku!"

"Ini punya Galak. Yang beli Galak dan uang Galak."

"Tapi Galak belinya buat aku."

"Nggak."

"Ini punya aku!" sentak Agatha sudah benar-benar kesal sembari menarik boneka jumbo itu.

"Apa sih?" Syelin menggerutu kesal. "Ini tuh yang beliin Galak. Tante Ratna aja nggak protes."

"Nggak mau." Agatha berucap lirih, tak suka miliknya di sentuh. Tapi dasarnya Syelin lumayan bar-bar, ia malah menarik boneka itu dari jangkauan Agatha.

"TANTE! AGATHA PELIT!!!" teriak Syelin.

"Ini punya aku tau!"

"Tante Ratna bilang kalau ini Galak yang beli!" kata Syelin tetap kekeuh.

"Galak belinya buat aku."

Baik Agatha maupun Syelin menoleh ketika mendengar suara langkah kaki. Terlihat Ratna berjalan tergesa-gesa menghampiri keduanya.

"Tante, masa Agatha marah waktu aku nyentuh bonekanya? Kan, cuma nyentuh," adu Syelin dengan wajah memelas.

"Kamu masuk ke kamar orang sembarangan." Agatha bertutur pelan. "Ini kamar aku sama Galak."

GALAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang