Maafin kalau ada typo ya.
***
Pengidap Agoraphobia akan merasa cemas dan takut berada di tempat yang ramai maupun sepi. Rasa takut dan cemas itu muncul ketika si penderita beranggapan bahwa dia berada dalam situasi yang berbahaya dan merasa bahwa tidak ada yang bisa menolongnya.Bergantung pada orang lain adalah salah satu dampak dari agoraphobia hingga membuatnya tidak bisa melakukan apapun tanpa orang lain.
Agatha tidak pernah menyadari penyakitnya karena layaknya hidup tanpa adanya arahan, ia tumbuh menjadi remaja yang tidak mengerti apa-apa.
Ia menganggap bahwa semuanya hanyalah kebetulan, di mana dia merasa tidak nyaman berada di tempat ramai dan ketakutan yang dialami karena belum terbiasa pada tempat terbuka tanpa dia tahu bahwa akibat jika dia lalai adalah kehilangan nyawa.
"Langsung ganti baju ya, hari ini kita ke lapangan." Dika berujar dengan suara beratnya. Pemuda itu menatap satu persatu siswa di kelasnya kemudian berhenti pada Agatha yang tampak juga menatapnya sembari tersenyum kecil.
Menyadari itu, Galak berdecak dan menyenggol lengan Agatha agar tidak menatap lagi pada guru muda itu.
"Gue tebas pala lo kalau sempat ganjen ya," ancam Galak membuat Agatha mengerjap pelan namun tak urung gadis itu tetap mengangguk dan kini menunduk dengan seragam olahraga yang dia pegang di atas meja.
"Galak? Apa boleh izin gak ikut olahraga?"
Galak mengernyit. "Kenapa? Lo sakit?"
Agatha menggeleng pelan namun tangan gadis itu tampak gemetar membayangkan dirinya di tengah lapangan nanti. Selama ini, dia tidak pernah ikut upacara dalam artian dia selalu diusulkan oleh Dika ke UKS. Apa sekarang bisa seperti itu?
"Terus?" Galak bertanya. Kali ini ia menyentuh kening Agatha dan bernapas lega ketika suhunya normal. "Nanti gue izinin tapi Lo tetap harus ganti baju karna peraturannya emang gitu. Lo boleh duduk nanti di pinggir lapangan."
"Makasih Galak."
"Hm." Galak berdiri ketika beberapa siswi mulai keluar dari kelas untuk mengganti seragam. Sudah menjadi kebiasaan cowok yang ganti seragam di kelas.
"Oi bendahara!" panggil Galak pada Anggita yang hendak berjalan ke luar kelas.
"Ngapa?"
"Bentar, jangan pergi dulu," katanya pada Anggita lalu menoleh pada Agatha. "Sana gih ganti baju bareng Anggita."
"Kenapa gak sama Galak aja?"
Andrey yang berada di depan meja mereka sontak menoleh kemudian memberikan senyuman paling menyebalkannya. "Temenin Lak, temenin."
Galak menatap datar pada Andrey. "Muka lo lama-lama mirip Ruki."
"Ruki siapa anjir?" Andrey berdecak kesal.
"Sana bareng Anggi," suruh Galak tanpa menggubris Andrey. Ketika Agatha hendak protes, Galak lebih dulu berujar, "jangan ngebantah.""Oke." Agatha langsung berdiri menghampiri Anggita yang masih setia menunggunya.
"Gue curiga Pak Dika naksir sama Agatha Lak," ujar Daniel sembari berjalan menuju meja Galak. Cowok itu menyandar lantaran dia sudah selesai mengganti seragam.
"Ho'oh." Rifai mengangguk setuju dengan ucapan Daniel karena dia juga bisa melihat Dika sedari tadi memandang ke arah meja mereka. Hanya ada Agatha satu-satunya perempuan di barisan mereka dan itu membuat kecurigaan Rifai semakin besar.
Letare mendengkus. "Ya udah sih kalau naksir. Toh juga Agatha gak naksir, kan? Cepat pada ganti baju, jangan gibah mulu kayak cewek. Di dengar Pak Dika baru tau rasa lo pada."
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAK
Teen Fiction(GARUDA SERIES 1) #teenfic-romance "Memang mau nikah." Bentar. Galak tarik napas dulu. Galak mungkin masih mimpi atau memang mau nikah cuma dia ikutan diundang sebagai tamu spesial meskipun perasaannya sudah tidak tenang. Lagi pula Galak masih sekol...