GALAK|22

8.1K 1K 545
                                    

Sorry for typo.

***

"Lo gak pernah cinta sama gue. Perasaan lo ada cuma karna lo takut sama gue.
Bukan begitu Agatha Seraphina?"

Agatha mengerjap samar. "Kenapa Galak bilang gitu?"

"Karna lo selalu tertutup Agatha!" Suara Galak meninggi membuat Agatha tersentak. Bola matanya memanas disusul dengan bibirnya yang mulai bergetar karena tak suka dengan nada suara cowok itu. "Lo selalu buat gue mikir, sebenarnya gue itu apasih di hidup lo???"

"Gal---"

"Stop natap gue gitu!!!" Galak tersulut emosi melihat bola mata gadis itu yang berkaca-kaca.

Agatha menunduk, tak berani menatap cowok itu. "Maaf Galak."

Galak berdecih, "Kenapa? Yang gue bilang bener? Lo gak pernah cinta sama gue???"

Agatha beranjak berdiri. "Kalau Galak mikirnya gitu, y-ya. Anggap aja gitu."

Galak menatap cangkir di depannya dengan gamang. Genggaman pada benda tersebut semakin erat dengan rahang mengeras. Ucapan gadis itu menyentil egonya membuat sesuatu di dadanya terasa sesak.

"Lagian Galak juga gak pernah ada rasa, kan, sama Atha? Jadi gak papa," tambah Agatha lagi. Kali ini gadis itu menahan tangis.

"Lo bener," ucap Galak dengan kedua tangan terkepal. "Gue juga terpaksa nikahin lo. Kalau pun ortu gue gak bangkrut, lo gak mungkin ada di rumah ini sekarang dan kita terpaksa nampung lo."

"Gal---" Agatha menatap cowok itu tidak percaya. Napasnya seakan berhenti detik itu juga. "Kenapa Galak ngomong gitu?"

"Karna itu yang sebenarnya terjadi. Gue terpaksa."

Lutut Agatha melemas. Tungkainya sudah tidak bisa lagi menahan bobotnya. Pertahanannya runtuh seketika. Gadis itu menunduk dengan air mata yang terus mengalir. "Harusnya Galak enggak perlu jujur. Atha gak papa kalau Galak bohong tapi--- jangan bilang gitu ...."

Galak bangkit berdiri, tak lagi selera dengan secangkir kopi buatan gadis itu. Ia memasuki kamar, tak lupa membanting pintu hingga membuat Agatha merasakan dadanya pengap berkali-kali lipat.

Ya--- Agatha terlalu bahagia bersama cowok itu sampai lupa, kalau kehadirannya tidak akan pernah diterima dengan baik bahkan kemanapun kakinya melangkah, terutama menetap.

***

Semilir angin berembus begitu menenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semilir angin berembus begitu menenangkan. Gadis itu mendongak menatap langit malam yang dipenuhi dengan taburan bintang. Senyuman kecilnya terbit begitu saja meski menahan rasa sesak di dada.

GALAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang