part #36

666 49 4
                                    

Typo bertebaran, mohon dimaklum🙏🙏

Happy Reading :)

***
Maaf, Yah, Bun. Geby gak tahu siapa yang jujur dan bohong. Yang jelas, untuk sekarang Geby berharap kalau Ayah sama Bunda gak bohong.

~ Geby ~

🍂🍂

Geby menghela napasnya panjang. Tatapannya tertuju pada kaca meja rias yang menampilkan sosoknya. Tangannya bergerak merapikan rambutnya yang sedikit berantakan dan menyelipkannya ke belakang telinga. Senyuman tetukir di bibirnya dengan yakin.

"Tenang, By. Kenneth cuma teman, dia gak punya perasaan sedikit pun sama kamu. Ingat kalau dia suka Rere!" tegas Geby sambil menatap pantulan dirinya dengan tatapan lekat.

"Kenneth cuma sebatas teman! Gak lebih!" lanjutnya.

Helaan napas panjang kembali keluar saat mengingat bahwa Kenneth akan menjemputnya untuk berangkat sekolah bersama. Geby melihat jam dinding di kamarnya sejenak, ini masih pukul enam pagi, tapi ia sudah bersiap-siap dengan rapi? Apa tidak salah?

"Gak papa, deh. Dari pada telat!" gumamnya.

"Pergi! Pergi kamu dari sini!"

Geby menolehkan kepalanya cepat, suara bundanya terdengar begitu keras. Siapa yang bunda usir? Kenapa bunda terdengar begitu marah?

Geby membuka pintu kamarnya dan segera berlari menuruni anak tangga dengan cepat. Saking cepatnya, ia sampai tersandung dengan kakinya sendiri. Beruntung ia terjatuh di tangga tetakhir, jadi itu tidak terlalu menyakitkan. Hanya terasa ngilu sedikit saja.

Plak!

Kepala Geby terangkat cepat, mencari dari mana sumber suara barusan. Kakinya mencoba untuk berdiri, meskipun lututnya terasa sedikit sakit karena jatuh. Namun ia tidak peduli, ia khawatir dengan bundanya.

"Tampar Ayah, Bun! Ayah rela kalau itu buat Bunda sedikit tenang," seru Reval, yang merupakan ayahnya.

Napasnya memburu, matanya menatap sang ayah dengan kecewa. "Ayah ..." gumamnya.

Kakinya melangkah dengan cepat untuk menghampiri sang bunda. Tari segera menggenggam tangan mungil Geby dengan erat. Tak lupa tangannya yang lain juga merangkul bahunya. Geby bisa melihat, mata bundanya tampak memerah dan berkaca-kaca.

"Geby," panggil ayahnya, yang membuat Geby segera memundurkan kakinya berusaha agar tidak terjangkau oleh sang ayah.

"Jangan sentuh Geby!" sentak Tari dengan sedikit membentak.

"Kenapa, Bun? Ayah juga ayahnya Geby. Kenapa Bunda gak ngizinin Ayah buat nyentuh puteri Ayah sendiri?!" tanya Reval yang yang tak terima dengan keputusan Tari.

"Ayah? Geby gak pantes punya Ayah kayak kamu! Gak perlu nyebut diri kamu ayah, kalau kamu masih main-main di belakang aku, Mas!"

"Main-main? Maksud Bunda apa?"

Geby bersembunyi di belakang Tari dengan kedua tangannya yang masih menggenggam tangan Tari dengan erat. Kepalanya tertunduk mendengar percekcokan antara bunda dengan ayahnya. Kenapa harus terjadi sekarang?

FAKE CUPU [New Version - On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang