"Hi, malam, aku perlu taksi sekarang juga" Kurang dari setengah jam dari kesadarannya yang membuatnya hampir histeris, ia berhasil keluar dari kamar yang menjadi saksi bisu kejadian dimana Rose masih mencoba untuk mengingat-ingat.
Maka disinilah Rose berada sekarang, di depan meja resepsionis lobi hotel yang luas dan sepi mengingat jam menunjukkan pukul setengah 3 pagi.
"Malam juga ibu, baik akan segera saya bantu dalam memesan--" belum sempat resepsionis hotel tersebut menyelesaikan kalimatnya, suara lain menginterupsi dengan sopan.
"Bu Roseanne?"
Rose yang sebenarnya masih sedikit panik, menjawab dengan cepat "Ya?" kepada seorang laki-laki tak dikenal yang menyebut dan mempertanyakan namanya.
"Saya Dion, saya mendapat tugas untuk membawa anda pulang dengan selamat"
Rose menatap sejenak lalu menatap resepsionis berharap resepsionis dapat menjelaskan sesuatu, namun resepsionis memberikan ekspresi serupa dengan Rose, kebingungan.
"Tetapi saya tidak mengenal anda,"
"Baik tetapi saya ditugaskan dari seseorang yang mengenal anda dan mungkin anda juga mengenalnya."
"Apa? Aku tidak mengerti"
"Anda akan mengerti nantinya. sekarang apakah anda akan--"
"Tentu saja tidak" Rose menghentikan pertengkaran singkat antar pria bernama Dion yang cenderung kaku dengan dirinya sendiri, "Itu menakutkan, saya akan pulang sendiri"
Tak ada balasan, Dion terlihat berfikir lalu kembali berucap, "Saya akan menelpon dan bertanya terlebih dahulu"
"Terserah" Rose sedikit geram, tiba-tiba saja ada seorang pria kaku tak pernah ia temui sebelumnya menawarkan diri untuk mengantarnya pulang pada dini hari. Itu menakutkan, sangat.
Pria kaku itu menjauh dari meja resepsionis sambil sibuk dengan ponselnya dan mulai menelpon dengan serius.
Rose mengabaikan dan kembali melanjutkan keperluannya ke resepsionis yang dari tadi hanya menyimak.
"Kumohon pesankan taksi untukku."
---
"Apakah dia sudah pulang dengan selamat?" Suara barrington mengisi heningnya suasana kamar dipukul dini hari, pemilik suara tersebut terdengar tidak tenang walaupun pertanyaannya telah dijawab sesuai dengan yang ia mau.
"Bu Roseanne sudah memasuki lobi apartemen, saya akan menunggu hingga sekiranya tidak ada sesuatu yang mengkhawatirkan Pak Jeffrey" jawab sosok diseberang sambungan panggilan.
Jeffrey si pemilik suara barinton membuang nafas lega, "Terima kasih Dion, maaf merepotkanmu malam-malam, dan kamu boleh beristirahat setelahnya"
"Tidak Pak Jeffrey, ini memang bagian dari pekerjaan saya. Baik, saya akan menutup panggilan. Selamat malam"
Jeffrey membuang sembarangan ponsel ke ranjang setelah nada panggilan terputus. ia mengusap mukanya kasar lalu menatap langit-langit.
"Apa yang sudah kamu lakukan Jeffrey?" ucapnya dalam hati.
---
Empat jam yang lalu
Jeffrey duduk bersama ketiga teman lamanya di sebuah bar and resto elit tengah kota. Johnny, Mark, dan Yonggi mereka adalah ketiga sahabat Jeffrey semasa kuliah dan masih berteman dengannya hingga sekarang. Malam ini mereka ingin merayakan kepulangan Jeffrey yang telah lama tinggal di negeri paman sam dengan berkumpul sambil meminum wine sampai puas dibar tersebut.
Sebenarnya Jeffrey tidak terlalu suka dengan minum ditempat umum seperti ini, ia lebih suka minum ditempat yang lebih pribadi namun karena kemauan ketiga sahabatnya akhirnya ia menyetujui dan berakhirlah disini.
"Jadi akhirnya seorang Jeffrey Oetomo balik ke Indonesia" Ujar Yonggi yang setengah mabuk
"Semenjak masuk Stanford, dan sampai umur--berapa umur lo Jeff?" Mark mabuk, Jeffrey sudah menembaknya, teman satu ini toleransinya dengan alkohol benar-benar payah.
"Sama kayak kita Mark, dua sembilan" Jawab Johnny yang masih cukup sadar sama dengan dirinya.
"Ya, dua sembilan, gila hampir sepuluh tahun lebih, lo gak balik indo sama sekali" Lalu Mark membuat tepuk tangan yang lumayan kencang yang membuat Johnny dan Jeffrey lumayan malu ketika beberapa orang menatap kearah meja mereka.
"Diam Mark"
"Mark duduk"
"Mark"
Ketiganya mencoba membuat Mark tersadar dari kelakuan anehnya dikala pengaruh alkohol, sepertinya mereka sedikit menyesal mengajak Mark ketempat ini.
Mark menepis tangan Johnny yang seakan menyuruhnya untuk duduk lalu berucapa
"Iya iya, but w-wait..cewek itu sepertinya aku pernah melihatnya" Mark menunjuk kearah meja yang menyatu dengan meja bartender.
Ketiga pria tersebut menoleh kearah yang ditunjuk Mark. Meja bar yang panjang hanya diisi oleh 2 pria dan seorang wanita. Telunjuk Mark tentu saja menunjuk ke arah satu-satunya wanita yang duduk dimeja bar tersebut.
Johnny dan Yonggi yang setengah mabuk saling menatap seakan mereka memiliki jawaban yang sama lalu menatap bersamaan ke arah Jeffrey yang terdiam melihat kearah wanita yang dimaksud Mark. Wanita itu sendirian dan mabuk kepayang namun tetap terus meminum isi gelas yang wanita itu pegang.
"Benarkan? Apakah kalian mengenalnya? Mungkin karena dia cantik banget haha gue kan cuman kenal cewek cantik haha" ucapan Mark membuat ketiganya kembali fokus kepadanya, Mark benar-benar mabuk sama halnya dengan wanita itu.
"Kayaknya kita harus balik deh, Mark udah gak bisa ditolong" Ujar Yonggi, lalu pria berparas cantik tersebut menepuk kedua pipinya mencoba membuat dirinya sendiri tersadar dengan sempurna.
"Untung lo berdua gak bawa mobil" Johnny merutuki kedua pria dihadapnnya, "Jeff, lo bawa pulang Yonggi aja ya, lawan arah sama tempat gue soalnya" Jeffrey hanya mengangguk, pikirannya masih tertinggal pada sosok wanita di meja bar. Yonggi yang telah berdiri dan bersiap untuk meninggalkan meja membuat Jeffrey tersadar bahwa ia harus bertanggung jawab dengan anak manusia satu ini.
Johnny berdiri dan melangkah ke tempat Mark dan mulai memapah sebelum kedua matanya tak sengaja melihat kearah meja bar kembali.
"Jeff" Jeffrey menatap kearah Johnny dan kedua mata Johnny yang menerawang jauh ke arah meja bar memberikan penjelasan ke Jeffrey.
Jeffrey menoleh kearah yang dimaksud, begitu juga dengan Yonggi.
"Bangsat" ucap Jeffrey hampir berbisik.
-------------------------------------------
Vote, Comment, Share ya :)
Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
pulang • jaerose
Romance[END - Belum direvisi. Warn!Typos] Permasalahan yang terjadi di perusahaan miliknya menjadi alasan seorang Jeffrey harus kembali ke Indonesia. Namun apakah hanya alasan itu saja yang membuat Jeffrey dengan mudah berpulang setelah meninggalkan tanah...