Thirty-Five

4.4K 668 50
                                    


jangan lupa vote and comment <3

---

"Bapak baik-baik saja?"

"Menurut kamu?"

Jeffrey menatap Dion yang terengah setelah berlari mencari nya diseluruh lantai rumah sakit dan menemukan dirinya berada dibalik dinding dengan keadaan babak belur. Jeffrey mengusap darah diujung bibir lalu menghela nafas ketika melihat noda darah kembali mengotori tangannya.

"Akan saya panggilkan dokter" ujar Dion lalu meninggalkan Jeffrey disalah satu lorong rumah sakit yang sepi. Jeffrey menghiraukan asistennya untuk memilih mendudukan diri dilantai. Sedikit meringis ketika merasakan nyeri ditulang pinggulnya. Ia menyandarkan punggung dan menengadahkan kepalanya menerawang langit-langit lorong yang remang-remang.

Apa lagi sekarang?

Tanyanya entah kepada siapa. Otaknya mengulang kembali kejadian-kejadian yang ia alami dalam kurun waktu kurang dari dua puluh jam sebelumnya.

Roseanne yang terjatuh. Roseanne yang tidak kunjung membuka matanya. Pertengkaran dengan kakak kandungnya, Alle. Pria itu berhasil ditangkap kembali. Pemberitaan tentang dirinya. Dokter yang mengatakan bahwa Roseanne dalam keadaan kritis. Keluarga Roseanne yang..

Jeffrey menatap kembali noda merah yang masih membekas dipunggung tangannya. Hasil perbuatan kakak Roseanne, Loey yang baru saja menghajar dirinya habis-habisan. Jeffrey merasa ini tidak cukup untuk menutupi kesalahannya yang telah mencelakai Roseanne. Loey terlalu menahan dirinya untuk tidak membunuhnya, pikir Jeffrey.

Kemudian ia teringat permintaan terakhir Loey setelah ratusan kali meninju seluruh tubuhnya yang hanya pasrah menerima--"Kalo lo beneran sayang sama adek gue. Lo harus kasih tanggung jawab besar atas apa yang telah lo lakuin ke dia. Kalo bisa lo kasih seluruh hidup lo untuk dia-jika menurut lo itu yang paling bisa menebus semua kesalahan lo."

Permintaan Loey sama persis dengan apa yang telah Jeffrey canangkan sejak awal ia menemukan Roseanne terluka--Tanggung jawab dan memberikan seluruh hidupnya untuk membalas semua perbuatan yang telah gadis itu berikan untuknya.

Tapi apa?

Otak cerdasnya sama sekali tidak mendapatkan gambaran sedikitpun tentang semua itu.

Jeffrey kehabisan ide, akal sehat, dan kewarasan otaknya. Ditambah tubuhnya lelah atas segala yang telah terjadi. Tanpa membawa jawaban selayaknya pecundang, Jeffrey beranjak dari tempatnya sembari membersihkan noda darah dipunggung tangan kanannya. Kemudian Jeffrey berhenti di setitik noda darah yang berada di jari manisnya. Pria itu terdiam.

"Pak Jeffrey, saya sudah mendapatkan dokter untuk merawat luka bapak, sekarang mari ikut saya Pak-"

"Dion"

"Ya Pak Jeffrey?" Dion yang biasa terlihat rapi dan tenang, sekarang sangat jauh dari dua kata itu-jas yang menjadi ciri khasnya entah tak tahu dimana lalu lengan kemeja yang digulung asal-asalan, ditambah raut muka tidak bisa menutupi keterkejutannya setelah mendengar kalimat yang terucap dari bibir bosnya yang sekarang menatap dirinya dengan penuh tekad.

"Saya akan menikahi Roseanne."

Dan sebelum Dion mengatur ekspresi dan menata otaknya, Jeffrey melanjutkan perkataannya dengan semangat seolah seperti mereka sedang mengatur strategi besar untuk kemajuan perusahaan yang sudah berada diujung tanduk.

"Sebelum saya melamar Roseanne, saya harus menemui si-brengsek-Alle dan pengadilan-kamu sudah menghubungi pengacara saya dan mencari pengacara untuk Roseanne? Pasti sudah. Bagaimana dengan pemberitaan Roseanne? Sudah bersih? Saya harap tim kamu bisa diandalkan-Lalu, kita ke Seattle, saya mau menutup kantor yang di Seattle, WNI yang bekerja disana kita bawa ke Indonesia, sisanya kita beri jaminan rekomendasi pekerjaan di perusahaan tetangga. Jika semua sudah beres, kita langsung pulang, saya tidak mau membuat Roseanne menunggu. Apa kamu mengerti maksud saya Dion?"

pulang • jaeroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang