Twenty-Nine

4.6K 629 65
                                    


jangan lupa vote and comment <3

---

Setelah mengatakan kalimat yang tak dimengerti Roseanne, Jeffrey menjauhkan diri untuk merapikan barangnya. Pria tanpa ekspresi itu membuat Roseanne sulit untuk menebak-nebak apa yang sedang Jeffrey pikirkan. Ketika Jeffrey menyerahkan tangannya untuk digapai, Roseanne menurut dan diam, terus memikirkan mengenai kalimat terakhir Jeffrey, bahkan ia melupakan fakta ciuman pertama mereka.

Sejak keluar ruangan hingga mereka berhenti didepan lift, Jeffrey sama sekali tak melepaskan genggamannya pada tangan Roseanne. Membuat banyak mata melihat, berbisik terheran dan ingin tahu mengenai bos mereka dan gadis yang ia gandeng.

Roseanne tidak buta dengan semua itu, ia menghela nafas dan mencoba untuk melepaskan diri, entahlah ia tidak suka menjadi pusat perhatian. Jeffrey menoleh sebentar sebelum semakin mengeratkan genggamannya. Roseanne akhirnya hanya bisa menunduk dan merutuki lift yang mereka tunggu tidak juga terbuka sedari tadi.

"Teman kamu siapa namanya? Yang kerja disini" Tanya Jeffrey mengisi keheningan mereka

"Lisa" jawab Roseanne pelan, lalu mendapati Jeffrey menangguk-angguk dan terlihat ingin membuat sebuah percakapan untuk membuat suasana lebih baik tapi rasanya gagal karena pria disampingnya ini memang tak pandai untuk memulai percakapan. Roseanne tersenyum.

---

"Doctor, this's Roseanne, the girl that i've told before"

"Oh she is?"

"Yes" Roseanne bersalaman dengan pria paruh baya dengan mata biru yang khas.

Ketika dalam perjalanan pulang, tiba-tiba Jeffrey mengatakan bahwa ia ada janji temu dengan psikiaternya yang baru saja tiba di Indonesia. Lalu Roseanne dibuat terkejut ketika Jeffrey menjelaskan bahwa ia memang sengaja memboyong psikiater sembilan tahun terakhirnya hanya untuk konsultasi rutin, dengan alasan ia tidak ada waktu untuk menemukan psikiater di Indonesia.

"Andrew Johnson" psikiater itu memperkenalkan diri

"Roseanne Poetry, just Roseanne"

"Senang bisa bertemu dengan anda Roseanne, laki-laki muda disebelah anda ini sering menceritakan tentang anda"

"Oh benarkah?"

"Ya, sampai saya bosan dengan ceritanya yang itu-itu saja" Keduanya tertawa seakan melupakan kehadiran Jeffrey yang hanya bisa menggaruk kepalanya tak gatal sembari meringis.

"Baiklah, kita mulai saja, Jeffrey seperti biasa? Silahkan persiapkan diri bersama Kevin" Andrew mengarahkan asisten yang ia bawa dari Seattle untuk membantu Jeffrey mempersiapkan konsultasi di ruangan berbeda. Karena memiliki koneksi di salah satu rumah sakit terbesar di Jakarta, Andrew tak bingung lagi untuk dapat mendapatkan ruang terapi untuk konsultasi Jeffrey. Dan ini jadi salah satu alasan juga mengapa Andrew menerima permintaan tidak masuk akal Jeffrey.

"Have a sit miss" Roseanne duduk disalah satu kursi yang ditunjuk Andrew, sedangkan pria bule itu duduk dihadapan Roseanne lalu melipat kedua tangannya diatas meja, "Jadi bagaimana kalian bisa bertemu, lagi?"

Roseanne membeo sebentar untuk merangkai kata yang pas. Pertemuan pertama dengan Jeffrey setelah sekian lama bukanlah sesuatu yang mudah untuk dijelaskan, "Kami bertemu, begitu saja, tidak ada yang spesial"

Andrew menyipitkan matanya, lalu tersenyum penuh arti. Roseanne bodoh, dia baru sadar dengan siapa ia berbicara, "Baiklah aku mengerti. But he's the lucky one or you too?" Roseanne tertawa tersipu lalu mengangguk.

pulang • jaeroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang