Thirty-Nine

5.8K 689 43
                                    

jangan lupa vote and comment <3

---

kalau kita saja belum bisa saling memahami..

Jeffrey tak pernah habis untuk memikirkan kalimat terakhir yang dikatakan Roseanne semalam. Pria itu sekarang sadar bahwa, selama ini hanya Roseanne lah yang mengerti tentang dirinya, sedangkan dirinya sendiri belum mengerti mengenai gadis itu.

Ia pikir dengan memberikan perhatian penuh cukup untuk membuat Roseanne tetap disisinya. Nyatanya salah-yang gadis itu inginkan adalah memahami satu sama lain. Dan Jeffrey tidak melakukan itu.

"Roseanne menolak lamaran gue."

Jeffrey menoleh kearah kedua sahabatnya yang hampir berbarengan tersedak minuman sedangkan satu yang duduk disebelahnya hampir teriak bertanya padanya "Siapa?"

"Roseanne? Cewek yang kita temui di bar dulu banget itu?"

Jeffrey mengangguk pada Yonggi.

"Cewek mana yang menolak lamaran lo Jeff" heran Mark

"Oh jadi ini alasan kenapa tiba-tiba ajak kumpul dirumah lo?" ujar Johnny sembari mengelap sisa air yang membasahi kaosnya

"Seorang Jeffrey Oetomo curhat bro" goda Yonggi tak lupa dengan senyuman miring manisnya.

Ketiga sahabatnya satu persatu mengomentari Jeffrey yang bersikap tidak biasanya. Jeffrey berdecak lalu mengacak rambutnya kasar.

"Ya iyalah bro, lo ditolak kan lo udah bikin dia you know hampir-"

Jeffrey menatap Mark sebelum akhirnya menggeleng setelah memahami apa maksud sahabatnya itu "Enggak, Roseanne setelah dia bangun dari masa kritisnya, dia sama sekali gak pernah menganggap itu kesalahan gue, sampai sekarang dia gak pernah bahas itu lagi."

"Baik banget cewek lo" respon Mark

Jeffrey tersenyum tipis dan mengangguk-angguk.

"Terus lo tau nggak alasannya kenapa dia nolak?" Tanya Johnny

"Dia bilang.. kalau kami sama-sama belum bisa ngerti"

"Dan lo setuju dengan statement itu?"

"Ya. Dia bener- kami terutama gue belum sepenuhnya paham tentang dirinya. Gue selalu mengatur semuanya sendiri tanpa berpikir tentang apa yang dia pikirkan-karena gue selalu mikir dia pasti suka, dia pasti setuju. Tapi ternyata dia bukan gadis yang seperti itu, dia sangat sederhana dan gue terlalu berlebihan baginya."

"Terus sekarang lo mau nya gimana?" Jeffrey menoleh kearah ketiga sahabatnya bergantian sebelum akhirnya menarik nafas dan menjawab pertanyaan yang diajukan Yonggi.

"Seperti permintaannya, gue mau jadi apa adanya didepan dia"

---

"Bu Roseanne gak ngerasa canggung gitu kalau rapat satu ruangan sama Pak Jeffrey?" Roseanne menoleh kearah Bara yang berjalanan disisinya.

"Kenapa harus canggung?"

Bara mengedikkan bahunya, "Kan Pak Jeffrey pacar Ibu." gumam Bara masih dapat didengar Roseanne.

"Baraa, dia bukan pacar saya. Dia cuman klien okay? Capek saya ngomong gini terus" sungut Roseanne membuat Bara beringsut menjauhnya, "Sekarang saya minta kamu duduk manis disini dan berdoa supaya hasil survei dan bahan kita disetujui"

Bara mengangguk, lalu merelakan Roseanne seorang diri memasuki salah satu ruangan di perusahaan aplikasi terbesar di Indonesia.

"Selamat sore, Pak Jeffrey" sapa Roseanne setibanya ia membuka pintu ruangan yang pernah ia singgahi sebelumnya. Senyuman cantik yang biasa ia sungging untuk kliennya terukir diwajahnya, membuat sosok dibalik meja kerja mengeratkan genggamannya pada bolpoin yang ia pegang-menahan godaan untuk merengkuh tubuh mungil gadis yang sekarang berdiri dengan profesional ditengah ruangannya.

pulang • jaeroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang