Thirty-Two

4.4K 662 57
                                    


jangan lupa vote and comment <3


----

Derasnya hujan, kilatan, dan suara petir yang menggelegar tiada henti membuat sosok dijalanan raya merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Didalam mobil Jeffrey merasa tidak tenang.

Ia meraih ponselnya dan mendial kontak yang selalu berada di list teratas. Nada dering tak kunjung berhenti membuat Jeffrey merasa tidak sabaran dan kalut dengan sendirinya sehingga membuat jantungnya berdetak tidak seperti biasa.

Panggilan berakhir, Jeffrey semakin khawatir dengan seseorang yang telah menunggu dirumahnya. Kembali ia membuat panggilan, lagi-lagi hanya nada dering dan suara operator yang menjawabnya.

"Roseanne." Sebuah bayangan rupa yang telah lama ia lupakan muncul kembali, kecemasan semakin terasa dibenak dan pikiran Jeffrey. Kakinya dengan spontan menekan lebih dalam pedal gas sembari terus membuat panggilan dengan kekasihnya.

Ini sudah kesebelas kalinya, nomor Roseanne masih aktif tetapi kenapa tidak ada jawaban? Tanpa berfikir dua kali ia menghubungi Dion.

"Iya p-"

"Dion, kumohon kirimkan polisi, tim keamanan atau siapalah itu untuk ke rumahku-"

"Maksud bapak?"

"Kumohon Dion jangan banyak bertanya"

"Baik pak" Sambungan terputus.

Jeffrey tahu mungkin ini hanya perasaan cemas belaka dan apabila ia menemukan Roseanne nanti dalam keadaan yang tidak seperti yang ia pikirkan, ia tidak akan menyesal telah mengirimkan tim keamanan atau polisi ke rumahnya. Yang terpenting keadaan Roseanne dalam baik-baik saja.

--

Jeffrey membuka pintu utama, dan menemukan suasana cenderung seperti tidak ada kehidupan. Ia hampir berlari kearah dapur dan menemukan barang-barang Roseanne tergeletak di meja makan begitu saja.

"Rosean-"

Kemudian telinganya mendengar suara berbisik dari lantai atas, tak butuh lama lagi kaki-kaki panjangnya melangkah lebar-lebar menuju sumber suara.

Dan ketika menyentuh anak tangga lantai tiga, suara dentuman sontak membuat Jeffrey menoleh dan mata elangnya menemukan tubuh mungil Roseanne yang berguling ditangga dengan cukup keras. Semuanya terlihat cukup jelas dimatanya, seperti film yang diperlambat, tubuh itu menghantam tiap sisi tangga dengan begitu pelan, seolah membiarkan Jeffrey menyaksikan sekaligus membuat pria itu ikut merasakan sakit yang dirasakan tubuh mungil Roseanne.Air mata menetes, terasa ada yang telah mencabut jantungnya.

Jeffrey melangkah cukup lebar agar bisa menggapai tubuh itu namun terlambat. Roseanne lebih dulu harus merasakan kesakitan ketika tubuhnya menghantam lantai kayu dengan cukup keras.

Jeffrey bersipuh didekat tubuh Roseanne, ia tidak bisa berkata-kata lagi melihat kondisi Roseanne yang begitu menyayat hatinya. Lebam ada dimana-mana, darah segar mengotori kaki jenjang Roseanne, ia merangkum tubuh basah nan lemas itu kedalam pelukannya. Bibirnya menyebut-nyebut nama Roseanne yang hanya bisa menatapnya lemah. Hanya sebentar ia menatap manik mata terindah yang pernah ia lihat itu sebelum akhirnya mata itu tertutup dengan sempurna. Meninggalkan raungan Jeffrey yang penuh penyesalan dan kesedihan.

"Apa kabar adikku Jeffrey?" Suara itu, begitu asing namun juga begitu familiar ditelinganya. Jeffrey menoleh dan menemukan sosok yang selama ini menghantuinya berdiri diujung tertinggi tangga.

pulang • jaeroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang