jangan lupa vote dan comment <3
---
"Protokol keamanan sudah kami lakukan semenjak deteksi muncul pak, 1 juta lebih data akun pribadi yang terdaftar sudah aman dan kami yakin tidak ada yang bisa menembus firewall dan teman-temannya" Jeffrey mendengarkan dengan seksama apa yang dikatakan perwakilan, sambil berjalan menuju ruangannya beberapa orang juga ikut dalam langkahnya lengkap dengan notulen dan gadget masing-masing.
"Beritahu kominfo terlebih dahulu tentang ini--"
"Tapi pak, apakah lebih baik selagi kita masih bisa mengatasi sendiri tidak usah memberi tahu kominfo terlebih dahulu karena banyak sekali telinga pers disana"
"Kita tidak tahu apakah benar besok masih bisa diatasi sendiri? Resiko telah terjadi dan kamu baru kasih tahu ke kominfo? Bikin malu."
"Saya minta maaf pak, baik akan tim humas laporkan ke kominfo saat ini juga" Perwakilan berpostur tubuh berisi tersebut berjalan sambil memanggil perwakilan humas,
"Mengenai pers bagaimana pak?" Jeffrey menghentikan langkahnya, lalu berbalik menghadap lelaki yang lebih pendek darinya, "Tidak apa-apa walau bisa menjadi boomerang, kemungkinan penyintas bisa saja akan sadar dengan tindakannya sekaligus pengguna makin bisa aware masing-masing terhadap akunnya. Itu bisa membantu pekerjaan kita untuk mengurangi resiko yang lain" lalu kembali berjalan menuju ruangan yang telah disiapkan untuknya dan meninggalkan kumpulan orang yang memberikan tanggapan beragam tentangnya.
Waktu yang singkat seakan tidak memberikan kesempatan bagi mereka untuk mempersiapkan diri menyambut dengan seharusnya pendiri perusahaan tempat mereka bekerja. Kedatangan Jeffrey seperti angin tornado, cepat dan menyapu bersih.
Mereka belum sempat bernafas tak kala perwakilan tiap divisi mengumumkan bahwa Jeffrey akan datang pagi itu. Keluar dari kotak lift dengan pakaian luar biasa santai--kaos hitam polos, celana jeans, ransel hitam dan memilih menutupi seberapa beratakan dirinya akibat kejadian semalam dengan masker dan topi hitam.
Walaupun mendapat sambutan yang cukup membuat Jeffrey terkejut karena puluhan orang menyapanya dengan sopan setibanya ia keluar, tak banyak basa basi ia memanggil beberapa jabatan yang dibutuhkan sambil berjalan sepanjang koridor mengabaikan kelanjutan sambutan resmi yang sudah direncanakan oleh kumpulan orang tersebut.
"Okay, berarti dia tipe orang nggak suka buang waktu"
"dan nggak gila hormat."
---
tok tok
"Ya, masuk Dion" Jeffrey mengenal Dion ketika pria kaku itu datang dan meminta pekerjaan kepadanya dimasa ia membangun Goujek. Dion empat tahun dibawahnya, masih mahasiswa kala itu memberi alasan bahwa ia memerlukan uang karena keluarganya tak cukup mampu menompang kehidupannya sebagai mahasiswa di Amerika. Dion yang merupakan mahasiswa baru jurusan manajemen bisnis yang belum mengerti apapun, dengan polosnya menerima lowongan sebagai asisten Jeffrey.
Karena mereka sama-sama pendiam, cuek dan saling menghargai privasi masing-masing membuat keduanya cocok hingga saat ini. Jeffrey pernah memecat secara halus Dion karena pria itu telah lulus dari Seattle Central College yang seharusnya melanjutkan karirnya di bidang yang lebih sesuai, namun Dion menolak hingga akhirnya terus menjadi asisten Jeffrey yang setia.
Dion memasuki ruangan sambil membawa ipad kebanggaanya.
"Pak Jeffrey, berikut adalah list properti hunian yang sesuai dengan budget anda" Dion meletakkan tab tersebut dan menampilkan kumpulan informasi mengenai hunian yang dibutuhkan Jeffrey. Tadi pagi atasannya ini tiba-tiba menghubungi dan menyuruhnya untuk membuat sebuah list rumah yang dijual di area dekat kantor pusat Goujek.
KAMU SEDANG MEMBACA
pulang • jaerose
Romance[END - Belum direvisi. Warn!Typos] Permasalahan yang terjadi di perusahaan miliknya menjadi alasan seorang Jeffrey harus kembali ke Indonesia. Namun apakah hanya alasan itu saja yang membuat Jeffrey dengan mudah berpulang setelah meninggalkan tanah...