jangan lupa vote and comment <3
---
"Dion" Panggil Jeffrey sambil mengancingkan kancing dilengan kemejanya, lalu kembali berkaca disalah satu lemari diruangannya. Dengan bias pantulan kaca transparan ia bisa melihat dirinya sempurna dengan kemeja batik.
"Ya Pak?"
"Kabar yang lain?" Jeffrey menoleh kearah Dion yang menantinya di ujung pintu, sama seperti dirinya juga tampak Dion sudah sempurna dengan batiknya.
"Ya pak, semuanya sudah perjalanan menuju Kantor pusat menkominfo" Jeffrey mengangguk setelahnya mengambil keperluan yang ia butuhkan lalu keluar dari ruangannya diikuti dengan Dion.
BMW Series 7 terbaru berwarna hitam mengkilap telah menanti dilobi depan, ia memasuki mobil yang belum pernah ia tumpangi sebelumnya. Selama Jeffrey di Indonesia dia hanya mengendarai Range Rover miliknya kemanapun dia pergi, menolak untuk dijemput oleh mobil kantor. Selain privasi ia hanya merasa kurang efektif.
Sedan buatan jerman tersebut meluncur membelah jalan ibukota tak kala Jeffrey telah nyaman di bangkunya.
Dalam perjalanan, Jeffrey memandangi jalanan ibukota. Untuk pertama kalinya setelah beberapa minggu baru menginjak kaki di Indonesia. Nitranya dimanjakan pemandangan Jakarta yang sangat kompleks setelah selama ini ia hanya fokus pada jalanan saja. Kekompleksan Ibukota dilihat bagaimana lingkungan yang telah modern berselingan dengan lingkungan yang masih perlu perbaikan. Semuanya tampak memberikan kesan tersendiri bagi Jeffrey. Hingga sedan berhenti di persimpangan, Jeffrey terdiam.
Ada seorang ibu yang berpakaian lusuh menggendong balita di punggungnya, salah satu tangannya menggandeng bocah yang menangis sedangkan tangan lain tampak sibuk mengais tumpukan sampah.
Sekelebat bayangan memori melintas di otaknya. Potongan memori itu samar mengisi seluruh pikirannya
Isakan diam-diam, suara keras barang yang terjatuh, teriakan emosi yang saling bersahutan, bantingan pintu, bisikan pilu "Jeffrey, Jeffrey, maafkan ibu."
Nafas Jeffrey tak beraturan, sesak ia rasakan. Bayangan itu terus bermunculan. Membuat rasanya ada yang mencekik lehernya kuat-kuat, salah satu tangan Jeffrey mencoba untuk membuka kancing teratas kemeja yang ia pakai.
"Pak Jeffrey"
tidak ada balasan, Jeffrey menghiraukan panggilan Dion yang duduk dikursi depan sebelah supir, kembali Dion dengan tenang memanggil nama atasannya sambil mencondongkan dirinya kearah Jeffrey yang tatapannya tak beraturan, tubuhnya bergetar dengan nafas yang cepat.
"Air, minum-O-obat, minum, Dion" Dion cekatan mengambil yang diperlukan takkala Jeffrey tampaknya mencoba untuk tetap sadar.
"Pak, saya akan hentikan mobilnya" Tanpa mendapat jawaban dari Dion, si supir menepikan mobil setelah lampu lalu lintas menunjukan warna hijau.
Sedari mobil menepi, Dion menyerahkan sebotol air mineral beserta obat yang biasa Jeffrey konsumsi yang langsung dirampas oleh si pemilik.
Setelah menegak habis isi botol, Jeffrey menengadah kepalanya sambil mencoba mengatur nafasnya untuk lebih stabil.
"Pak Jeffrey, ijinkan saya untuk membatalkan pertemuan dengan Kominfo sekarang juga, melihat kondisi--"
"Tidak Dion, Bapak Menteri sudah secara langsung mengkonfirmasi pertemuan kita. Kita tidak bisa membatalkannya begitu saja hanya karena saya seperti ini. Pak, maaf. Mohon lanjutkan perjalanannya."
"Tapi pak--" Jeffrey mengangkat tangannya tidak ingin Dion membantah ucapannya, si supir yang menunggu keputusan dari Dion akhirnya menjalankan lagi mobil setelah mendapat persetujuan dari Dion.
KAMU SEDANG MEMBACA
pulang • jaerose
Romance[END - Belum direvisi. Warn!Typos] Permasalahan yang terjadi di perusahaan miliknya menjadi alasan seorang Jeffrey harus kembali ke Indonesia. Namun apakah hanya alasan itu saja yang membuat Jeffrey dengan mudah berpulang setelah meninggalkan tanah...