Thirty-Three

4.3K 670 67
                                    

jangan lupa vote and comment <3

---

Pemberitaan mengenai kejadian buruk yang terjadi di rumah Jeffrey telah menjadi headline seluruh platform berita. Identitas Roseanne menjadi salah satu hal menarik yang menjadi bahan pembicaraan netizen saat ini, begitu juga dengan sosok pelaku yang seakan memperparah informasi menjadi semakin keruh karena hilir mudik informasi-informasi yang berkaitan dengan pemberitaan baik itu benar atau palsu terus bermunculan. Jeffrey sungguh tidak mengambil pusing hal tersebut, ia punya Dion dan tim tersendiri yang akan mengurus itu semua. Sebelum ia beranjak untuk membawa Roseanne kerumah sakit dan dilanjut pemeriksaan polisi, Ia hanya memberikan satu mandat kepada Dion bahwa informasi atau pemberitaan mengenai Roseanne harus benar-benar diperhatikan, itu prioritas yang utama, kalau bisa hilangkan semua pemberitaan tentang Roseanne bagaimanapun caranya.

Hanya itu langkah yang bisa Jeffrey balas untuk Roseanne. Ini sungguh tidak seberapa. Jeffrey rela untuk membayar berapapun itu untuk menutup mulut jurnalis yang menuliskan semua pemberitaan tentang kekasihnya...--apakah Jeffrey masih bisa menyebut Roseanne sebagai kekasihnya?

Jeffrey tidak tahu. Setelah kejadian buruk ini, Jeffrey sungguh merasa ia tidak pantas untuk hadir dihidup Roseanne lagi. Gadis itu sudah banyak menderita dan berkorban untuknya.

"Silahkan masuk" Jeffrey tersadar dari lamunannya, ia beranjak dari kursi tunggu dan memasuki ruangan kecil yang hanya diisi satu bangku. Didepan bangku tersebut terdapat pembatas kaca dan besi-besi dengan pola khas. Jeffrey menduduki bangku, matanya menangkap petugas yang sedang menuliskan sesuatu dibalik pembatas didepannya, lalu pintu besi terbuka memunculkan sosok itu lagi.

Kakak laki-lakinya, Alle nampak kesulitan untuk berjalan, laki-laki yang sanggup membuat emosi Jeffrey kembali memuncak itu tersenyum tanpa dosa kearahnya sembari dibantu satu petugas untuk melangkah. Setelah mereka duduk berhadapan dan hanya dihalangi oleh pembatas ruangan yang kuat, Alle mulai bersuara sambil meneliti keadaan Jeffrey

"Melihat kondisimu sekarang, aku yakin kekasihmu sudah.." Jeffrey masih menggunakan pakaian yang sama dengan sehari yang lalu. Noda darah pada kaos putihnya, rambut acak-acakan, raut muka yang kusut seakan membenarkan asumsi Alle, "Kritis? Koma? atau.. Mati?"

Jeffrey semakin mengepalkan kedua tangannya, menghiraukan rasa sakit yang timbul di balik perban yang membungkus tangan kirinya yang terluka parah.

"Kenapa lo lakuin itu semua ke Roseanne?" tanya Jeffrey singkat. Ia sungguh sangat letih, dalam waktu dua puluh empat jam lebih Jeffrey sama sekali tidak waktu untuk mengistirahatkan badannya. Untuk itu ia ingin mempersingkat semuanya, walaupun sumpah serapah sudah diujung lidahnya namun ia yakin hal tersebut hanya akan membuang waktu.

Alle terkekeh sembari meletakkan tangannya yang diborgol keatas meja didepannya dan menatap Jeffrey remeh, "Karena dia gak inget gue" jawab Alle sekenanya.

Jeffrey masih diam, menunggu penjelasan tidak masuk akal Alle, "Coba aja kalau dia bilang, iya Alle sayang aku masih inget kamu, gue gak bakal lakuin apa-apa ke dia. Yah paling cuman ciu-" perkataan Alle terputus diganti dengan tawa yang membahana tak kala Jeffrey berdiri dengan cepat hingga bangku dibekangnya terjatuh begitu saja lalu meninju pembatas ruangan dengan amat keras. Sedikit darah tertinggal diretakan kaca, buku-buku jari tangan kanan Jeffrey terluka.

Petugas yang sedari tadi mengawasi menarik tubuh Jeffrey dan bertindak tegas kepadanya. Emosi Jeffrey tersulut kembali, ia tidak bisa untuk duduk dengan tenang ketika Alle masih saja tertawa tanpa dosa.

Jeffrey melepaskan diri dari cekalan petugas kemudian berjalan lebih dekat lagi kearah pembatas, ia menekan tinju diatas meja dan menunduk untuk menenangkan pikirannya.

pulang • jaeroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang