jangan lupa vote and comment <3
----
Seattle, 2020
"Apa yang kamu pikiran Jeffrey?" Andrew dengan sabar menunggu Jeffrey yang sedang merebahkan diri dikursi terapis. Laki-laki muda itu terlihat mengawang, mentalnya terlalu lelah untuk bereaksi. Psikiaternya tahu, amat tahu tentang dirinya. Ketika sesuatu telah terjadi padanya.
detikan jarum jam seolah menemani keduanya. Jeffrey tidak bergeming begitu pula dengan Andrew yang masih dengan posisinya, duduk bersebrangan dengan Jeffrey yang sama sekali belum menunjukkan gelagat untuk merespon.
"Mengenai surat yang kamu bawa. Aku tentu saja tidak mengerti apa maksudnya, apakah kamu bisa menjelaskannya padaku?" Pancing Andrew sembari mengambil surat dengan gurat kusut yang ketara dari meja kopi disebelahnya. Ketika memulai konsultasi, tanpa banyak bicara Jeffrey hanya memberikan surat tersebut lalu melewatinya begitu saja, seolah Andrew harus menganalisis sendiri apa maksud surat tersebut.
"That letter, from.. Alle" gumam Jeffrey masih cukup terdengar ditelinga Andrew yang mana membuatnya sempat terkejut.
"What did he said?"
Manik mata Jeffrey kembali terlihat mengawang lalu terpejam dengan amat pelan sembari berucap, "Menyapaku dan masih membenciku." menarik nafasnya dengan berat, "Dia tahu tentang Roseanne-dia bertemu dengan Roseanne." Kedua tangan mengepal dengan keras dan Jeffrey hampir berdecak mengungkapkan kalimat terakhirnya, "He wants to try her"
"Apa kamu pikir dia akan mencelakakan Roseanne?"
"Ya, he said some shit in there"
"Baiklah." Andrew mengangguk kecil lalu menghela nafas panjang, ia merasakan perasaan tak tenang yang ada di Jeffrey, "Apakah kamu akan menyelamatkan Roseanne?"
Hening, "Apakah kamu akan pulang untuknya?" Jeffrey membuka mata dan menatap Andrew seolah membiarkan psikiaternya mengerti apa yang ia pikirkan.
"Ini sebuah kesempatanmu Jeffrey. Berhentilah jalan di tempat, sudah waktunya untuk berjalan dan berlari ke garis finish."
"I can't"
"Why?" sejenak emosi Andrew terpancing sebelum akhirnya menyadari bahwa ia harus berkepala dingin menghadapi betapa keras ketidakmauan pasiennya, "You have to tell her, you have to safe her, Jeffrey"
Jeffrey diam saja, ia beranjak dari rebahannya tanpa sedetikpun menatap sang psikiater sebelum akhirnya meninggalkan lingkup terapi. Ia meraih mantel yang tergantung di stand hanger.
Andrew tahu Jeffrey hendak pergi, namun ia yakin Jeffrey akan mengucapkan sesuatu kepadanya sebelum pergi. Jadi Andrew tetap menunggu dengan sabar sembari terus memperhatikan Jeffrey yang terlihat murung.
Dan benar, ketika Jeffrey hendak memutar handle pintu, laki-laki itu bersuara untuk terakhir kalinya sebelum punggung lebarnya menghilang dari pandangan Andrew.
"Aku akan pulang. Tapi aku tidak ingin mengatakan kepada Roseanne tentang itu-biarkan aku mengurusnya sendiri. Karena aku tidak ingin dia ikut ketakutan, sepertiku."
Andrew tergagap. Dia jelas tidak setuju dengan dengan ucapan terakhir Jeffrey tetapi-pria itu sangat keras kepala.
Helaan nafas berhembus begitu keras, Andrew tidak bisa berbuat apa-apa, kode etik profesi psikiater seolah membatasi ruang geraknya. Isi surat itu satu dari bagian rahasia pasien, jika pasien tidak berkenan untuk menyebarluaskan, apa daya psikiater hanya bisa menurut dengan regulasi. Bahkan jika itu terkait dengan keselamatan seseorang, Andrew tetap tidak bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
pulang • jaerose
Storie d'amore[END - Belum direvisi. Warn!Typos] Permasalahan yang terjadi di perusahaan miliknya menjadi alasan seorang Jeffrey harus kembali ke Indonesia. Namun apakah hanya alasan itu saja yang membuat Jeffrey dengan mudah berpulang setelah meninggalkan tanah...