Jujur pas bikin part ini saya nyesek banget, karena teringat salah satu orang terdekat saya yang lebih dulu meninggalkan dunia ini. ;.)
Oh ya, kenapa saya selalu kasih tahu judul lagu di multimedianya? Supaya teman2 dapat membaca sambil mendengarkan, atau bisa diunduh dan dicari sendiri di Spotify / mp3juice.
Anggap saja seperti Drakor, ada backsoundnya. Terlebih untuk part kali ini bakal lebih ngena kalau sekalian dengerin lagunya.
JUDUL LAGU :
NOEL : How Are You. Original Ost. IRIS Season 2.Selamat membaca ;) jangan lupa vommentnya ya ;)
***********************************
Seusai dari Departemen Forensik Hana dan Alex bergegas menuju kediaman Kakek Marta Anyelir, yang terletak di salah satu kawasan pinggiran di Jakarta Timur.Di perjalanan Hana segera menghubungi Bambang dan mengabarkan hasil penemuannya, juga Wakil AKBP Herlambang yang ditugaskan atasannya sebagai alat komunikasi dengan tim Hana. Wanita itu juga mengabari Sadam namun melalui pesan singkat alih-alih menelponnya.
Sesudahnya Hana lebih banyak bergulat pada pikirannya seraya menatap kemacetan jalan raya.
"Apa mungkin ini tiruan, jika iya untuk apa? Selama beberapa tahun terakhir aku berfikir pelakunya masih berkeliaran di luar sana dan suatu saat pasti akan beraksi. Kemudian hal ini terjadi lagi, tapi segalanya diluar prediksiku. Apa mungkin dia mengubah metode kejahatannya? Namun untuk apa?" Hana menopangkan siku kiri pada jendela, jemari telunjuknya menyentuh bibir, ciri khas setiap kali dia berpikir.
Hana ingin sekali berteriak sekarang juga. Efek frustasi.
Alex terus memperhatikan wanita itu secara seksama. "Bagaimana kalau begini, Pelaku di kejadian terdahulu berkerja sama dengan orang lain. Bisa jadi karena kondisinya saat ini tak memungkinkan dia untuk membunuh seorang diri"
Hana memutar tubuhnya sedikit ke sisi kanan, menghadap Alex. "Jadi maksudmu ada dua pelaku. Dan orang gila mana mau membantu kekejian seperti itu?" sindirnya.
"Seperti katamu tadi, 'orang gila' " ujar Alex sarkas membuat Hana terdiam. Lalu memperbaiki posisinya menghadap ke depan.
"Dan kenapa sekarang, setelah sebelas tahun lamanya?" tanya Hana lagi.
"Entahlah, mungkin karena si pelaku baru menemukan rekan yang tepat sekarang" jawab Alex kembali fokus menatap jalan raya.
Atau mungkin ada alasan lain lebih kuat. Bisik batin Alex. Sengaja tidak mengungkapkan pemikirannya ini pada Hana.
"Lalu apa arti 14? Harusnya dia menuliskan 8 alih-alih angka itu"
"Delapan?" Alex balik bertanya.
"Orang suka lupa kalau Ayahku adalah korban ketujuhnya" sahut Hana. Alex bisa menangkap kegetiran pada suaranya. Susah baginya untuk tidak merasakan sedih atas segala hal yang menimpa wanita itu di masa lalu.
Bagi Alex nasib Hana jauh lebih malang. Setidaknya apa yang menimpa Ayah Alex, pria itu yakini sebagai efek atas pilihannya sendiri. Meski pilihan tersebut juga sudah menghancurkan hidup putranya. Tapi lain soal dengan Ayah Hana.
Nyawanya direnggut tanpa keinginannya bahkan bisa dibilang sebelum waktunya. Hana juga jadi saksi mata pertama, menemukan tubuh kaku sang Ayah dalam genangan darah. Seorang diri.
Mimpi buruk semua anak adalah, melihat kematian Orang Tua mereka sendiri dengan cara tak wajar.
Terkadang Alex bersyukur karena tak perlu menyaksikan saat Ayahnya harus merenggang nyawa akibat racun yang diminumnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed Story] The Dark Desire : #01.BII Series
Mystery / ThrillerAlex : Si adonis dengan tatapan tajam. Keinginannya untuk membalas dendam pada akhirnya kalah oleh rasa cinta. Hana : Si pemikat dan pemberani. Tak pernah berhenti mencari tahu siapa pembunuh Ayahnya, dan justru terjebak dalam cinta tak diingink...