the Dark Desire.

261 44 7
                                    

Judul lagu multimedia:
Bruton Music : Hope to Many.
.
.
Akhirnya, kita sampai di 3 bab akhir cerita ini (Selain Epilog dan Preview ya)
.
Terima kasih..terima kasih sangat bagi kalian yang telah bersama saya sejauh ini.
.
Terima kasih atas cinta kalian. Dukungan kalian. Support kalian.
Maaf jika kisah ini masih banyak kurangnya baik dari segi penulisan atau feelnya. Nanti akan saya edit ulang agar cerita ini menjadi lebih baik lagi.
.
Selamat membaca semuanya.
Semoga kalian selalu dilimpahi berkat dan selalu merasa dicukupkan ya 💜
Warm & Regards💗
**************************

"Selama masih ada cinta, simpati, dan empati, juga loyalitas. Maka bumi ini masih patut untuk diperjuangkan"
~ Dianita Diansyah~
💗

      Hana tersentak kaget saat ia akhirnya terjaga. Kedua kelopaknya mengerjap beberapa kali, pupilnya tampak berusaha beradaptasi dengan kondisi sekitar.

    Ia menatap langit-langit tinggi, seketika langsung tersadar kalau ia sedang tak berada di kamarnya. Hana mencoba duduk, rasa pening menjalari syaraf disekitar pelipis serta leher sebelah kanannya.

     “Kamu sudah sadar?”

     Terdengar suara maskulin yang tak asing bagi telinga Hana. Mendongak, ia terkejut melihat sosok dihadapannya. “Dan..te..” bisiknya lirih. “Apa yang...” ia mencoba bicara, namun lidahnya terasa kelu, tenggorokannya juga sangat sakit.

    Telapak tangan kiri Hana terangkat untuk menyentuh keningnya. Saat itulah ia melihatnya. Perban dan luka pada lengannya membuat semua memori kejadian beberapa waktu lalu membanjiri kepalanya.

    Hana meringis, kesakitan, dan Dante mencoba membantunya. “Ini, minumlah dulu” menyodorkan segelas air putih kepada Hana.

    Yang langsung diambil oleh wanita itu tanpa pikir panjang. Dan ditegaknya hingga tandas. Dante mengulum senyum.

    “Sekarang beristirahatlah lagi” bisik Dante lembut.

    Tangannya terjulur, berusaha membelai satu sisi kepala Hana. Namun dengan sigap wanita itu menahan lengannya. Membuat Dante sedikit terkejut.

    “Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku bisa disini bersamamu? Dan dimana aku sekarang? Seingatku tadi aku sedang......” kalimat Hana terputus, rasa nyeri menekan bagian belakang kepalanya. Tempat dulu ia pernah terluka.

    “Hana, tenanglah dulu. Kamu sudah aman disini, bersamaku. Kalau terlalu memaksakan diri nanti kepalamu bisa sakit lagi. Dokter saja bilang kalau bagian syaraf belakangmu masih bermasalah meski pihak rehabilitasi sudah memastikan semua ototmu dapat bergerak dengan baik” kata Dante. Suaranya begitu tenang.

    Hana menatap Dante. Sejujurnya ia masih merasa terdistorsi, seperti ada beberapa bagian dari ingatannya hilang.

    “Apa? Tapi....” sekelebat pikiran menyadarkan Hana. “Bagaimana kamu bisa tahu apa yang dikatakan pihak Dokter dari Rumah Sakit tempatku di rehab? Aku sedang berada di Seattle saat itu dan hanya kami yang tahu? Kita bahkan jarang berkomunikasi saat itu. Lalu bagaimana bisa.....”

    Sebuah kilat gelap terpancar dari kedua netra kelam milik Dante. Sesuatu seakan menyadarkan wanita itu. Isi perutnya terasa bagai dikocok secara tiba-tiba.

[Completed Story] The Dark Desire :  #01.BII SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang