Run Over.

219 47 4
                                    

Judul lagu : Various Artist kdrama Voice 2 : Run Over.

Bagaimana kabar kalian semua? Maaf ya saya nggak bisa tiap hari sekarang upload cerita ini, tapi minimal dua hari sekali lah.
.
Jadi, kapan hari saya cerita bukan kalau data saya hilang dan belum sempat di back up. Serta terpaksa re write lagi.
.
Sedih? Banget.
Capek? Iya. Orang ketik ulang.
.
Tapi tahu nggak, dibalik itu semua rupanya saya jadi sadar, kalau draft awal saya BANYAK SEKALI bolongnya. Dan justru dengan rewritte lagi saya bisa menutupi semua hal 'ganjil' dari cerita ini.
.
Dari pengalaman kemarin saya menyadari satu hal. Musibah tak selamanya buruk. Selalu ada sisi positif yang bisa diambil. ;)
.
Ini seperti kondisi saat ini. Kalau kita tidak pantang menyerah pada hidup, terus berusaha dan semangat, juga berbuat positif, maka saya yakin hidup akan baik juga pada kita.
.
Buat kalian semua yang sedang berduka, bersedih, merasa putus asa. Sini, mari kita sama-sama memejamkan mata sejenak, menenangkan hati, lalu berkata pada diri sendiri.
"Kamu akan baik-baik saja. Tak apa-apa. Kamu pasti bisa melaluinya"
.
Mari kita sama2 berjuang kawan2 meski masalah yang kita hadapi tidak sama. 💜

Selamat membaca. Jangan lupa taburan cintanya.
Warm & Regards.💗
*****************************

"Simpati, empati, dan pikiran positif akan lebih banyak menuai cinta dan hal baik di dunia. Berhenti menjadi racun bagi sesamamu. Kalau tidak bisa melakukan apapun, maka diam saja"
~ Bravery Hana Salim~
💗



Alex sampai di lokasi ruang tahanan Polrestabes lebih dulu, TKP sudah selesai diperiksa Forensik dan Kepolisian Divisi Jatanras, sekelompok Polisi tengah sibuk berbincang di kejauhan. Ia masih berada dalam sel tahanan yang terbuka tempat Rizal Mandala ditawan.

Ia mengamati jeruji persegi ukuran 4x4 meter itu setiap inchinya, sepasang netra setajam elangnya seakan tengah memindai hingga hal terkecil dari tempat tersebut. Alex kemudian melakukan sesuatu yang tak biasa, duduk bersila di tengah ruangan, kedua tangannya diletakkan diatas pahanya. Matanya terpejam berusaha merilekskan setiap syaraf di tubuhnya.

'Jika aku menjadi Rizal, apa yang sebetulnya terjadi semalam' katanya dalam hati.

Rizal sudah digeledah secara menyeluruh tepat sebelum dimasukkan ke dalam sel, jika ia menyimpan obat tersebut di dalam badannya maka tim harusnya sudah menemukannya. Jika ia meminumnya sebelum digeledah maka harusnya lelaki tersebut meninggal sebelum tengah malam.

Sebab menurut penjelasan Divisi Forensik, racun aconite yang diminum lelaki tersebut tergolong lambat, namun dalam dosis tertentu baru berjalan minimal satu jam setelah masuk ke dalam darah, dan perlahan-lahan menyerang jantungnya. Butuh waktu hingga kurang lebih dua jam hingga ia benar-benar merenggang nyawa tanpa efek sakit. Juga tidak menunjukkan gejala awal keracunan yang bisa di deteksi mata orang awam.

'Tidak, mustahil bagi Rizal untuk menyiapkan racun itu seorang diri, ada orang lain bersamanya'

Membuka mata, Alex memutar tubuh, tepat saat Herman, Yusuf dan dua Polisi lain datang bersama mereka. Alex segera berdiri.

"Beberapa tahanan memberikan keterangan kalau pelaku dan juga korban Rizal sempat berperilaku aneh, semalam dia sempat menjerit-jerit lalu marah-marah tanpa sebab" kata Yusuf.

"Berbicara sendiri?" tanya Alex datar.

"Itu dia, menurut keterangannya mengatakan ada Polisi yang sedang bersamanya?" jawab Herman.

Kedua alis lebat gelap Alex terangkat naik seakan membentuk jembatan. Mulai tertarik. "Polisi?"

" Agen Alex saya Kanit yang berjaga semalam" sesosok pria bertubuh tegap dan gempal, berumur sekitar awal kepala 5 angkat bicara.

Alex membaca nama dadanya, N. Jendra. "Silahkan Kanit Jendra" tukas Alex.

Kanit Jendra melirik opsir muda disampingnya yang berpapan nama Jailudin. "Semalam dialah yang bertugas jaga di ruang tahanan ini, sebaiknya anda jelaskan sendiri Opsir"

"Baik Komandan" Jailudin menelan gugup salivanya, memandang tiga Agen berpangkat tinggi Pemerintah di depannya.
"Semalam seorang Opsir mendatangi saya, dia bilang Kanit memanggil tapi ketika saya pergi ke ruangan Kanit rupanya beliau sedang pergi keluar makan, saya tunggu sampai ada sekitar 20 menit karena beliau belum juga kembali akhirnya saya kembali ke pos saya disini. Saat saya sampai, Opsir tersebut juga sudah tidak ada. Awalnya saya pikir hal tersebut tak penting, saya kira Kanit memang ingin mengajak saya untuk makan bersama karena memang begitu kebiasaan baik beliau pada anak buahnya, dan saya pikir awalnya saya sudah terlanjur ditinggal sehingga saya tidak melaporkan apapun pada beliau. Namun setelah kejadian ini terjadi saya mulai merasa aneh. Pertama karena Opsir tersebut asing bagi saya, kedua sesampainya saya di Pos saya melihat tersangka Rizal terus menangis di pojok dinding, mungkin ada sekitar setengah jam sampai membuat marah para tahanan lain sehingga terpaksa saya disiplinkan dia. Maafkan saya karena tidak bergegas memberi tahu"

Kanit Jendra menghela nafas berat. Herman dan Yusuf menatap Alex ngeri.

" Jam berapa saat itu terjadi?" tanya Alex masih berusaha tenangn.

[Completed Story] The Dark Desire :  #01.BII SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang