17

40 5 0
                                    

.

.

.

.

................

Malam harinya Risa masih berada pada zona mogok ngomong ke Radit, Fatur, bahkan Rian. Sudah jam 9 malam ia belum keluar kamar bahkan dari pukul 11 tadi. Ia rasanya ingin tidur saja. Ia terlalu malas meladeni ketiga cowok yang selalu mengedor-ngedor pintunya sejak tadi hanya untuk minta maaf.

Tok tok tok

"Risa sayang kamu di dalam kan? Keluar yuk sayang kita makan malam dulu" Ujar Farah lembut.

Mendengar suara Farah yang berada di luar kamarnya Risa segera bangkit dari kasurnya meraih knop pintu lalu membukanya.

"Kamu kenapa sayang? Gak biasanya kamu kayak gini" tanya Farah.

"Aku lagi sebel Ma sama Abang, sama Fatur, sama Rian juga" gerutu Risa.

"Yaudah kita makan dulu ya, papa udah nungguin di bawah" ajak Farah lembut.

Risa mengangguk sembari tersenyum "Iya Ma."

Sesampainya mereka di meja makan Risa menatap malas abangnya yang sedang menatapnya dengan tatapan memohon.

"Kamu kenapa sayang? Tumben diem kayak gini." Tanya Adi heran dengan raut wajah Risa.

"Tanya aja sama Radit Pa" jawab Risa.

Adi mengalihkan pandangannya pada Radit sedangkan Radit mencoba bersikap tenang agar bukan ia kena omelan saat ini.

"Adek kenapa Bang?" tanya Adi tegas.

"Biasa Pa cewek kalau PMS mah gitu" jawab Radit acuh.

"Tuh kan Pa, Abang nyalahin Risa lagi." Gerutu Risa sambil melipat kedua tangannya di atas meja. "Udah ah Risa gak mau makan gak nafsu" lanjutnya.

"Bang, minta maaf sama Adek" ujar Farah dengan senyuman.

"Gak mau Ma. Orang bukan Radit yang salah. Yang salah tuh nih bocah masa Radit, Fatur, sama Rian disuruh beli pembalut. Andaikan Radit tau Rian udah beliin dia Radit gak usah ke supermarket, trus pas disana Radit malah diketawain sama mbak-mbak kasirnya karena Radit yang notabenenya cowok tampan malah beli yang gitu-gituan" omel Radit.

"Trus salah Risa gitu?" tanya Risa ngegas. "Andaikan abang gak lambat lihat pesan gue abang pasti gak bakalan beli segudang pembalut tau gak" lanjutnya.

"Segudang?" beo Farah.

"Iya ma, Radit, Fatur, sama Rian beliin Risa pembalut masing-masing 1 kantung besar dikira Risa mau jualan pembalut di lampu merah apa. Andaikan Abang balas chat aku sebelum aku tidur pasti aku bilang beli 2 aja" Ujar Risa membela dirinya.

"Huft.. sudah-sudah, Abang minta maaf sama adek ya. Mau gimanapun Abang ini kakak disini jadi papa harap Abang bisa bersikap dewasa sama adeknya ya" ujar Adi tegas sambil menepuk bahu Radit.

Radit mengangguk "Iya pa". Abang minta maaf dek" lanjutnya sambil mengulurkan tangannya pada Risa.

"Ada syaratnya" ujar Risa tersenyum miring.

"Apa?" tanya Radit.

"Besok kan hari minggu nah abang ajak Risa jalan-jalan, Traktir Risa di Mall, traktir Risa makan, intinya besok semua yang Risa mau harus Abang beliin" kata Risa tersenyum senang.

'untung adek gue' batin Radit lalu mengangguk membuat Risa terpekik senang.

"Udah baikan kan sekarang. Sekarang kita makan ya kasian makanannya udah dingin" kata Farah tersenyum.

"Iya Ma"

Setelah makan, Risa membantu Farah menyuci piring kotor. Saat selesai, Farah mengajak Risa bergabung dengan Adi dan Radit yang berada di ruang keluarga sambil menonton televisi.

"Kalian lagi nonton apa?" tanya Risa lalu duduk disamping papanya.

"Sinetron Azab" kata Radit.

"Emang temanya apa Bang?" tanya Risa lagi.

"Azab adek yang selalu buat abangnya kesal matinya sendirian di kuburan" jawabnya ngasal.

"Emang kalau abang mati ada mau nemenin apa?" tanya Risa sewot.

"Ya iyalah, secara kan abang ganteng" ujarnya bangga.

"Ganteng dari mana cantikan juga Risa" balas Risa tak kalah bangga.

"Udah-udah kalian itu cantik sama ganteng karena mama sama papa yang cantik sama ganteng" lerai Farah.

"Abang ini selalu aja jahilin adeknya kalau gini bukan adek yang kena azab tapi abang" tutur Adi membuat Risa menyemburkan tawanya.

"Nah denger tuh Bang jangan selalu jahilin Risa." Kata Risa dengan senyum mengejek.

"Dasar lo" kesal radit lalu melemparkan bantal sofa pada Risa yang dibalas balik oleh Risa. Dan terjadilah perang lempar-lempar bantal antara dua saudara yang entah kapan akurnya.

Duk

'Mampus lo Dit'

'Mampus lo Ris' batin keduanya.

Mereka berdua lalu duduk dengan pandangan kebawah tak mau menatap Adi yang sudah siap menyemburkan amarahnya itu. Bagaimana tidak marah kalau lemparan Radit dan Risa malah mengenai Adi yang sedang duduk dengan tenang.

"Udah puas mainnya? Sekarang kalian ke kamar kalian masing-masing tidur. Dan ingat uang jajan kalian papa potong sampai kalian gak suka berantem lagi" Kata Adi tegas.

"Abang minta maaf pa"

"Adek minta maaf pa"

"Masuk kamar kalian sekarang"

"Iya pa" jawab keduanya mengangguk.

"Papa heran deh sama kalian kenapa sih kalian itu selalu berantem kapan akurnya sih kalian berdua" Ujar Adi frustasi.

"Iya pa Risa minta maaf. Risa janji deh gak bakalan berantem lagi sama Bang Radit" kata Risa sambil mengangkat jarinya membentuk huruf v.

"Iya Pa Radit juga janji gak bakalan jahilin adek Radit lagi" Ujarnya sambil menunduk.

Farah menghela napasnya "Udah ya Pa. Abang sama adek ke kamar ya udah malem kan katanya besok mau jalan-jalan" Lerai Farah.

"Iya Ma. Good night Pa, good night Ma" kata Radit dan Risa berbarengan lalu berjalan ke arah kamar mereka masing-masing.

.

.

.

..............


Hello Guys.......

Aku update nihhh

Selamat Hari Raya Idul Adha ya.......

Mohon maaf lahir dan batin

R I S A (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang