27

37 3 0
                                    

Happy Reading
Ada typo koment yahh!!!

..........

Plak

Adi menampar pipi Risa dengan keras membuat Risa menatap papanya tak percaya.

Radit yang melihat Risa ditampar oleh papanya segera berlari mendekati Risa. Ia menarik Risa ke belakang punggungnya lalu menatap tajam papanya, "Papa apaansih? Ngapain nampar Risa?!" Bentak Radit pada Adi.

Adi menatap Radit dengan tatapan yang sulit diartikan, "Gara-gara dia mama kamu kecelakaan! Dia ngebayar orang buat nyelakain mama kamu!" Ujar Adi sambil menunjukkan sebuah pesan yang masuk beserta gambar yang dikirim pada ponselnya.

Radit tertawa sumbang, "Ini bukan Risa!" Ujarnya marah.

"Jelas-jelas ini model rambutnya anak sialan itu!" Maki Adi.

Risa yang mendengar itu langsung terisak pelan. Ia tidak menyangka kalau laki-laki yang selama ini ia bangga-banggakan, laki-laki yang ia anggap cinta pertamanya, laki-laki yang ia yakini tidak akan menyakiti hatinya itu, laki-laki yang selalu menjadi panutannya, rela menampar bahkan memakinya dengan kasar.

Bagi anak perempuan, ayah adalah cinta pertamanya. Begitupun dengan Risa. Karena ia yakin kalau papanya itu tidak akan menyakitinya. Tapi, anggapannya itu seolah-olah mengatakan bahwa ia salah. Papanya rela menamparnya tanpa mendengar sepatah kata dari Risa.

Risa melangkah mendekati papanya, ia menatap papanya dengan tatapan menyiratkan kekecewaan, "Pa!" Panggilnya.

Adi berdecih sambil memalingkan pandangannya, "Jangan panggil saya dengan sebutan papa. Saya bukan papa kamu!" Ujar Adi pada Risa.

"PA!" Radit berteriak tak terima.

"Papa tahu? Selama ini, Risa nganggap papa itu pahlawan aku, Risa nganggep papa sebagai cinta pertama aku, Risa selalu ngebangga-banggain papa di depan teman-teman Risa kalau papa adalah ayah yang terbaik. Dan papa tahu? Risa selalu ikut olimpiade karena ingin ngebanggain papa! Risa gak mau kalau papa malu punya anak bodoh, makanya Risa maksain buat belajar. Tapi hari ini, dengan teganya papa nampar Risa. Dengan teganya papa bilang kalau Risa itu anak sialan, dan bahkan papa bilang kalau Risa itu bukan anak papa.  Dan di hari ini pula, semua kepercayaan aku pada papa seolah-olah lenyap." Ujar Risa dengan nada bergetar.

"Kamu memang bukan anak kandung saya! Kamua itu saya adopsi dari panti asuhan!"

Jduarr...

Bagaikan disambar petir di siang hari. Risa tidak menyangka kalau apa yang dikatakan Yara tempo lalu itu benar. Ia bukan anak kandung Adi. Kalau begitu? Siapa orang tua kandung Risa?

"Papa bohong kan? Gak mungkin! Risa anak kandung papa! Risa adik kandung Radit!" Ujar Radit dengan nada sedikit emosi.

"Itu memang benar!" Kata Adi dengan tegas.

Ceklek

Pintu UGD terbuka, nampaklah seorang dokter yang merawat mamanya beberapa hari ini. Dokter itu tampak menghela napas dan menatap mereka bertiga dengan tatapan seolah meminta maaf.

"Maaf pak, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkata lain. Nyonya Farah tidak bisa kami selamatkan. Pasien menghembuskan napas terakhirnya pada pukul 13.20 tepat lima menit yang lalu!" Ujar dokter itu.

"Gak mungkin! Mama gak mungkin pergi! Mama gak mungkin ninggalin Risa. Mama udah janji mau ngerayain ulang tahun Risa bareng-bareng. Dokter bohong kan? Ini prank kan? Mama gak mungkin ninggalin aku!" Pekik Risa histeris.

R I S A (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang