37

37 4 4
                                    

Gimana sama nilai rapor kalian?

Kali ini kita up lagi

Jangsn lupa vote, komen, dan share ke teman-teman kalian supaya Risa makin banyak yang baca

Happy Reading ❤️

"Lo itu apa-apaan, sih? Gue muak sama lo! GUE MUAK!" Rian benar-benar marah besar. Yara hanya bisa menangis karena gadis itu takut akan bentakan Rian.

"Cukup, Rian!" teriak Yara pada Rian.

Rian hendak melayangkan sebuah tamparan pada Yara, namun dengan cepat cowok itu menurunkan kembali tangannya. Mau bagaimana pun juga, Yara tetaplah perempuan. Rian tahu, Yara hanya terobsesi padanya.

"Tampar gue, Rian! Kenapa? Kenapa lo berhenti? Kenapa lo gak nampar gue?" Yara terisak pelan.

Rian menghela napas, "Andaikan lo bukan perempuan, udah habis lo sama gue!" sentaknya.

Yara terkekeh sinis, "Gue akan buat lo menyesal!" katanya.

"Silahkan! Asal jangan ganggu Risa lagi! Sudah cukup lo buat hubungan gue sama Risa hancur! Lo itu manusia gak punya hati, tahu, gak?!"

"Gue emang gak punya hati! Kalau gue gak bisa dapetin lo, itu artinya, Risa juga gak bisa dapetin lo!"

"Lo bajingan! Lo gak ngerti gimana rasanya jadi Risa, hidup dia udah tersiksa, tapi lo malah nambah penderitaan dia!"

"Terserah! Tapi kalau sampai lo macam-macam, gadis kesayangan lo itu gak bakal hidup tenang! Cukup diam dan menurut, lima hari lagi kita tunangan!" ujar Yara dengan senyum mengejek yang terpatri pada wajahnya.

.............

Plak

Risa merasakan panas pada pipi kanannya. Lagi, ibunya menamparnya hanya karena masalah sepele. Risa tidak sengaja menumpahkan kopi ayahnya yang ada pada meja depan TV, namun ibunya langsung menamparnya dengan keras. Risa tidak menyangka bahwa dirinya harus menjalani kehidupan yang pahit ini.

"Itu untuk anak gak tahu diri seperti kamu! Bukannya kerja malah enak-enakan duduk disini!" ibunya membentak Risa dengan keras. Tidak bisakah Ibunya itu memberikan nasihat padanya dengan sedikit halus?

"Udahlah, Bu! Anak kayak dia mana tahu artinya kerja keras! Manja!" ujar Elfan memanas-manasi ibunya.

Ibunya menyerahkan alat-alat yang sering digunakan oleh Risa untuk mengamen, "Sana! Kamu ngamen! Hari ini, kamu harus dapat uang tiga ratus ribu!" ujarnya.

Risa menatap ibunya tak percaya, "Tiga ratus ribu? Ini udah jam empat sore, Bu! Tiga ratus ribu itu bukan uang sedikit!" katanya.

"Itu urusan kamu! Pokoknya, jangan pulang sebelum kamu dapat tiga ratus tibu!"

Risa keluar rumah dengan isakan kecil, gadis itu menangis. Kakinya melangkah menuju trotoar yang biasa ia tempati mencari nafkah. Sudah setengah jam ia melakukan tugasnya, namun ia baru mendapatkan uang sebanyak tiga puluh ribu. Semangat, Ris! Sisa dua ratus tujuh puluh ribu lagi! Batinnya semangat.

Pukul 19.00. angin berhembus menembus kulitnya yang hanya mengenakan celana selutut dan juga baju kaos. Risa masih setia melaksanakan tugasnya, yaitu menjadi seorang pengamen. Sesuai yang dikatakan oleh ibunya, ia tidak boleh pulang kalau uang yang dia dapat belum cukup tiga ratus ribu. Uangnya sekarang baru lima puluh ribu. Menjadi seorang pengamen bukanlah hal yang mudah, banyak yang harus dilalui, terutama kalau ada preman-preman pasar yang akan meminta pajak karena telah mengamen di wilayah mereka.

R I S A (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang