13

42 4 0
                                    


.
.
.
.
.
.
.
......

Setelah pemakaman neneknya, Risa dan keluarga kembali ke Jakarta. Saat sampai di rumahnya ia langsung menuju kamarnya. Ia lelah, lelah menangis. Ia menangisi kepergian neneknya yang begitu tiba-tiba. Baru kemarin rasanya ia bercanda dengan neneknya, baru kemarin ia curhat dengan neneknya, baru kemarin rasanya ia bermanja-manja dengan neneknya.

Ia menghela nafas berat. Bukan ia tidak merelakan, ia hanya tidak siap. Risa masih butuh kehadiran neneknya itu. hanya neneknya yang bisa menjadi tempat keluh kesahnya. Ia tidak bisa lagi curhat kepada neneknya karena Tuhan lebih menyayangi neneknya itu. Ia tidak tau lagi mau curhat kemana, kesahabatnya tidak mungkin, bagaimana ia akan bercerita kepada orang yang heboh, orang yang polos, bahkan kepada orang yang begitu datar. Kepada abangnya atau Fatur lebih tidak mungkin lagi, Rian? rasanya ia tidak ingin menceritakan keluhannya kepada Rian. Bukan karena ia tidak percaya pada Rian, tapi ia hanya tidak ingin jika Rian menjadi terbebani dengan semuanya.

Drrtt drrtt...

Ponsel Risa berdering, ia segera berjalan ke meja belajarnya tempat ia menaruh ponselnya tadi. Setelah ia melihat siapa penelepon itu senyumnya langsung terlukis indah pada bibirnya.

"Halo assalamualaikum sayang." sapa seseorang di seberang sana.

"Waalaikumsalam sayang." jawab Risa malu-malu.

"Ciee sayang-sayangan." Goda Rian. "Kamu udah di Jakarta?" lanjutnya.

"Iya aku udah di Jakarta" jawab Risa.

"Ohhh, jadi kamu lagi ngapain sekarang?"

"Mmmm gak ngapa-ngapain sih cuma rebahan aja"

"Yaudah tunggu aku disana ya"

"Kamu mau kesini emangnya"

"Iya sayang, tunggu yaa, aku panggil bunda sama papa dulu" ujar Rian lalu berteriak memanggil ayah dan bundanya.

"AYAH......BUNDA......" teriak Rian.

"Apasih Yan? teriak-teriak gitu, ini udah malem" omel Sinta.

"Taunih gak tau apa papa lagi nyantuy?"

"Aduh Pa, Bun, aku jangan ngomelin aku dulu, aku lagi telponan ini sama pacar aku, Papa sama Bunda gak mau kan kalau kalian lagi pacaran terus ada orang yang ngomelin kalian?"

"Ha?"

"Aduhh, Rian tuh lagi telponan sama Risa, Risa bil......"

Belum sampai Rian menyelesaikan ucapannya, Adi segera memotongnya "Helleh, udah gak jaman itu pacaran lewat telepon. ayo kita ke rumah Risa Papa juga mau ketemu sama Adi sama Farah"

"Nah gitu dong Pa, jadi papa itu harus peka pada kemauan anaknya" ujar Rin bangga.

"Yaudah tunggu apalagi, ayo kita berangkat"

"Eh, sayang udah dulu ya, aku mau ke rumah kamu. Tunggu pangeranmu ini assalamualaikum pacar Rian"

"Iya iya Rian. Waalaikumsalam"

Tut......

Tak lama kemudian, Rian datang bersama Adi dan Sinta. Risa lalu menyalimi mereka berdua lalu mengajak mereka memasuki rumahnya.

"Eh Risa, emang kamu beneran mau ngomong sama Bunda?"

"Eh" Risa terkaget dengan penuturan Sinta.

"Iya Bun, mau minta restu dari Papa sama Bunda katanya" celutuk Rian.

"Wahh yang bener? Risa gak usah tanya lagi deh, pasti Bunda restuin kalian" ujar Sinta membuat Risa tersenyum malu-malu.

"Ya jelas lah Papa restuin kalau kamu sama Risa"

"Ris, kalau Rian sakitin kamu bilang ke Papa ya, biar Papa yang kasih pelajaran sama dia"

"Iya Risa, betul tuh kata Papa, kalau Rian nyakitin kamu, bilang sama Bunda biar Bunda cincang Dia"

"iya Om, Tante. Tapi Rian gak pernah kok nyakitin Risa, dia baik sama Risa" Tutur Risa membuat Rian tersenyum mengejek pada kedua orang tuanya.

"Nah, Papa sama Bunda udah denger kan? aku tuh gak bakalan nyakitin Risa. Gak ada gunanya aku nyakitin orang yang Rian sayang"

"Rian udah, tuh liat pipi Risa udah merah"

"Risa tamunya siapa sayang?"  tanya mama Risa yang baru saja datang.

"EHHH SINTAAAA" pekik Farah.

Mendengar teriakan Farah, Adi dan Radit tiba-tiba datang dengan wajah paniknya.

"Mama kenapa" tanya mereka bersamaan, sedangkan yang ditanya hanya menyengir tak berdosa.

Melihat itu, Radit dan Adi lalu mengelus dadanya lalu menghela napas lega. Sedangkan Dirga, Sinta dan Rian tertawa terbahak-bahak di tempat duduknya.

"Lo Dirga kan?" tanya Adi memastikan.

"Iya ini gue , Adi!"

"Wahh gak nyangka gue kalo kalian ternyata orang tuanya Rian. Kamu kenapa gak pernah cerita Rian?"

"Ehh anu Om, Rian baru tau kalian sahabatan itu waktu Om sama Tante itu kecelakaan trus Bunda nanya siapa nama orang tua Risa trus aku bilang deh kalo Om sama Tante, jadi gitu Om ceritanya, trus kenapa aku gak bilang? karena aku biarin Om sama Tante aja yang tau sendiri supaya gak garing"

"Sin, aku kangen sama kamu. udah lama ya kita gak ketemu. Dulu terakhir kali waktu kita sama-sama hamil sekarang kita ketemu saat anak-anak kita udah pada dewasa. Dan yang buat aku lebih bahagia, anak aku sama anak kamu pacaran Sin" tutur Farah menggebu-gebu

"Iya Far, tadi tuh kata Rian, Risa mau minta restu sama kami lohh" 

"Jadi gimana? aku udah restuin Risa sama Rian loh"

"Aku juga udah restuin mereka Far" tutur Sinta membuat kedua sejoli itu salah tingkah.

Melihat tingkah Risa dan Rian yang salah tingkah itu membuat mereka tertawa terbahak-terbahak. 








Hello Guysss......................................

Rian sama Risa udah direstuin tuh. Kalian kapan? Upsss.... hehehehe.

Segini dulu ya guys. Maafin aku kalau ada typo nya ya.

Salam Hangat...........

R I S A (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang