3

90 5 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
...............

Hening. Satu kata yang menggambarkan keadaan di dalam mobil Rian. Pasalnya, Risa sedari tadi hanya menatap kosong jalanan. Saat ini dia tidak ingin pulang, karena dia tidak mau merasakan kesepian lagi. Gimana gak kesepian, mama dan papanya sibuk bekerja di luar kota, sedangkan abangnya sekolah di Bandung, Bi Ijah? Pasti Bi Ijah sibuk.

“Lo nggak mau ngambil mobil lo?” tanya Rian berusaha memecahkan keheningan.

“Iya kita ke jalan yang tadi, gue bisa telpon anak buah papa untuk bawa mobil gue ke bengkel” ujar Risa.

Setelah 10 menit perjalanan, Rian menepikan mobilnya kemudian turun dan berjalan masuk ke dalam bengkel, sedangkan Risa masih dengan raut wajah bingung.

“Woy Ris, lo nggak mau turun? Nih mobil lo disini” teriak Rian di dalam bengkel yang sontak membuat Risa menoleh ke dalam bengkel dan benar mobilnya sudah terparkir rapi disana. Melihat itu, Risa pun segera masuk ke dalam bengkel menyusul Rian yang sedari tadi mengobrol dengan montir bengkel itu.

“Mmm, pak kira-kira kapan mobil saya selesai?” tanya Risa.

“sebenarnya proses servis mobil kamu hanya butuh waktu 10 menit, tapi mengingat banyak mobil yang datang lebih dulu daripada mobil kamu, jadi mobil kamu saya kerja besok gak papa kan?” kata montir itu.

“Oh... iya gak papa kok pak”

“ya sudah, saya sama Risa pamit dulu ya pak” pamit Rian.

“Kita makan dulu ya, gue laper” ujar Rian pada Risa saat keduanya sudah memakai seatbelt.

“iya”

Setelah menempuh perjalanan sekitar 5 menit dari bengkel, Rian membelokkan mobilnya masuk ke pekarangan rumah yang Risa yakini ini adalah rumah cowok itu. Setelah mobil itu berhenti, Rian turun dari mobilnya diikuti Risa dengan kening yang mengerut. Hari ini, sudah dua kali dia dibuat bingung oleh Rian. Ah menyebalkan!

“Ini rumah gue, ayo masuk” ajak Rian.

“Lo kan mau makan tadi, ngapain lo ngajak gue ke rumah lo?” tanya Risa.

“Iya gue mau makan, tapi makannya itu di rumah gue” ujar Rian.

“Ya tapi kan lo gak bilang kalau mau makan di rumah lo” kata Risa sambil mengerucutkan bibirnya kesal.

“ya itusih salah lo, karena nggak nanya mau makan dimana, gue kan bingung mau ajak lo ke cafe mana, jadi gue ajak aja lo ke rumah gue, lagian masakan nyokap gue itu gak kalah enak sama masakan retoran.” Ujar Rian dengan santainya.

“Tau ah, sebel gue sama lo” katanya sambil melipatkan tangannya di depan dadanya tanda bahwa dia tengah kesal.

“udah ah yuk masuk” ajak Rian yang tanpa sadar sudah menggandeng tangan Risa untuk masuk ke dalam rumahnya. Risa yang mendapatkan perlakuan itupun kaget dan langsung menarik tangannya.

“Ah maaf” kata Rian.

“Iya gak papa” ­­­—Risa.

“ASSALAMUALAIKUM ANAKMU YANG GANTENGNYA MELEBIHI KEGANTENGAN PAPA INI PULANG. YUHUYYY” Teriak Rian saat memasuki rumahnya membuat Risa yang berada disampinya itu spontan menutup telinganya.

“Waalaikumsalam. Rian gak usah teriak-teriak ini bukan hutan dan apa kamu bilang kegantenganmu melebih kegantengan papa? Mimpi kamu” omel lelaki paruh baya yang merupakan Papa dari Rian ini yang membuat Rian mengendikan bahunya

“Bunda mana Pa?” tanya Rian

“Ke supermaket”. Jawab Dirga yang membuat Rian ber oh ria.

“Itu siapa Yan? cantik” tanya Dirga sambil menunjuk ke arah Risa yang sedari tadi diam memperhatikan interaksi antara Rian dan papanya itu. Seketika Ria iri karena dia tidak pernah merasakan bagaimana rasanya disambut oleh papanya saat dia pulang sekolah sama seperti Rian.

“Oh ini, kenalin Pa dia Risa Ketua Osis aku di Sekolah. Risa kenalin dia papa gue” kata Rian memperkenalkan keduanya.

“Risa Om” ujar Risa sambil mencium tangan Dirga—papa Rian.

“Ah iya, bisa juga kamu milihnya. Selain cantik Risa juga sopan. Kalau gini mah papa setuju kalian pacaran”

“Papa apaansih, aku ngajak Risa kesini itu untuk makan bareng karena aku gak tau selera makanan Risa seperti apa, jadi aku bawa kesini deh”

“Ohh gitu? Risa tahu nggak Risa ini perempuan pertama yang dikenalin Rian ke Om” kata Dirga yang bermaksud menggoda keduanya. Rian sudah menunjukkan muka kesalnya, jika pria didepannya ini bukan papanya maka sudah dari tadi dia mengusirnya dari rumah ini. Berbeda dengan Rian, Risa sudah setengah mati menahan malunya, pipinya mulai memanas.

Ceklek

“Assalamualaikum, Bunda pulang” ujar wanita paruh baya yang baru saja memasuki rumah itu.

“Waalaikumsalam”

“Dia siapa Rian?” tanya Sinta—Bunda Rian saat menyadari bahwa ditengah-tengah mereka ada gadis cantik yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

“Nih Bun, kenalin dia menantu kita namanya Risa, pintarkan anak kita milih cewek secantik Risa? Selain cantik dia juga sopan loh Bun” kata Dirga mendahului Rian untuk memperkenalkan Risa pada Sinta.

“Wah nama yang bagus kayak orangnya cantik” Ucap Sinta seraya menarik Risa kedalam pelukannya.

“Makasih Tante” kata Risa seraya tersenyum manis.

Entah kenapa, saat berada dalam pelukan Sinta, Risa merasakan kenyamanan dan kehangatan seorang mama. Entahlah mungkin itu hanya perasaan dia saja karena sudah rindu dengan mamanya yang sibuk bekerja. Saat melihat adegan peluk-pelukan itu, Rian merasa kesal sendiri.

“Bun, udah deh peluk-pelukannya, Rian laper nih” katanya seraya mengurucutkan bibirnya kesal.

“Bun, kayaknya sih Rian cemburu deh Risa dipeluk sama bunda” goda Dirga pada Rian.

“Apaansih Pa”

Dengan wajah kesalnya dia berlalu menaiki anak tangga menuju kamarnya untuk mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian biasa. Kesal karena sedari tadi perutnya sudah keroncongan. Kesal karena papanya selalu menggoda dia dengan Risa. Apa papanya gak tau kalau Rian berusaha mati-matian mengontrol detak jantungnya? Sial! Baru kali ini detak jantungnya berpacu begitu hebat hanya karena seorang gadis. Bahkan bersama mantan-mantannya yang dulu pun ia gak pernah merasakan desiran aneh.

Sesampainya di kamar, Rian segera membaringkan tubuhnya di kasur king size miliknya sambil memegang dada kirinya. Ia sadar bahwa ia sedang jatuh cinta pada sang Ketua Osis. Tak mau berlama-lama, ia bergegas untuk mengganti seragamnya kemudian makan siang.

 Setelah mengganti seragamnya, ia segera menuruni anak tangga menuju ke meja makan. Saat sampai di meja makan, ternyata disana sudah ada Papa, Bunda dan Risa yang sedang menunggunya untuk makan siang bersama.

..............

“Makasih ya udah nganterin gue” kata Risa seraya tersenyum manis.

Masya Allah! Senyumnya itu loh gak kuat hamba Ya Allah­. Jantung hamba serasa mau copot dari tempatnya hanya karena senyuman itu Ya Allah.—batin Rian.

“Yan, woy. Gila lo? Lagi mikirin apa sih? Pasti mikirin yang aneh-aneh kan lo?” tuduh Risa.

“Ah, eng...enggak enggak. Enak aja lo ngatain gue mikir yang enggak-enggak” omel Rian berusaha menutupi kegugupannya.

“ya, habisnya lo kayak orang gila senyum-senyum sendiri” ujar Risa seraya tertawa terbahak-bahak. “Ya udah gue masuk yah, lo pulang sana. Hati-hati di jalan. Salam sama om Dirga sama Tante Sinta. By Rian” lanjutnya dengan senyum manis yang menghiasi bibirnya itu.

Setelah memastikan Risa masuk ke dalam rumahnya, Rian menormalkan detakan jantungnya,

“Gila, ini mah bukan dia yang gue buat jatuh cinta, tapi malah dia yang buat gue jatuh cinta. Apakah nanti hanya gue yang ngerasain ini? Apakah nanti pada akhirnya cinta gue bertepuk sebelah tangan? Atau apakah dia jodoh yang engkau kirim untuk hamba Ya Allah?” gumam Rian.

Happy reading guyss
Maaf ya kalau banyak typo:(
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yah.
Salam hangat dari Author Risa

R I S A (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang