8

47 4 0
                                    

Setelah Adi dan Farah dipindahkan ke kamar inap. Sekarang mereka saling melempar canda tawa didalam ruangan bernuansa putih itu.

"Ral, lo tau gak perbedaan lo dan gue?" Tanya Rian. Geral yang ditanya hanya menggeleng polos.

"Bedanya, gue ganteng kalo lo gak" tutur Rian yang membuat mereka tertawa ngakak termasuk Iqbal dan Ria si kutub.

"Eh eh tapi tunggu deh, kayaknya ada yang asing deh" kata Rehan membuat mereka menghentikan aksi ngakaknya.

"Apa?" Tanya mereka hampir bersamaan.

"Gue perhatiin dari tadi, kayaknya si duo kutub udah cair deh" ujarnya sambil menatap Ria dan Iqbal bergantian diikuti yang lain. Sedangkan yang ditatap hanya mengedikkan bahunya.

"Ria itu kalau didepan banyak orang dia pasti cuek banget. Tapi kalau lagi sama kita-kita baru deh dia nunjukin sifat aslinya" jelas Rasya.

Penjelasan  dari Rasya membuat Keempat cowok itu menganggukkan kepalanya pertanda mengerti.

"Kalo lo Bal?" Tanya Rian.

"Gue, permasalahan keluarga gue udah selesai. Mama gue udah pulang dan menyesali perbuatannya. So, tidak ada lagi alasan gue untuk membangun benteng yang kalian sering sebut kutub itu. Insya Allah, Iqbal yang kalian kenal udah kembali" ujar Iqbal panjang lebar.

"Alhamdulillah" ucap mereka.

"Tunggu... Tunggu. Jadi, Mama Ina kembali?" Pekik Rasya.

"Iya Sya" Kata Iqbal sambil mengacak-acak rambut Rasya.

Rasya yang mendapat perlakuan itu, lantas menitikkan air matanya lalu memeluk Iqbal sepupunya itu.

"Hiks... Hiks... Gue kangen sikap lo yang hangat ini Bal, gue kangen hikss.... Udah hampir 2 tahun lo cuek sama sekitar lo, bahkan sama gue hikss...." Ucap Rasya sembari terisak.

"Udah yah Sya gak usah nangis gue disini, meskipun dulu gue bersikap cuek sama lo, gue selalu perhatiin lo dari jauh Sya, gue gak mau lo kenapa-napa. Jadi sekarang jangan nangis ya, Rasya yang gue kenal itu pantang nangis loh. Senyum dong" ujar Iqbal sambil menarik kedua sudut bibir Rasya membentuk lengkungan.

Hal itu membuat semua orang yang berada di ruangan itu tersenyum penuh arti.

"Eh gue pulang duluan ya, bunda udah nelpon katanya Sisi demam terus manggil-manggil nama gue terus" pamit Rian pada semua orang.

"Sisi siapa?" Tanya Risa memberanikan diri.

"Ekhem,, gue batuk nih!"

"Cemburu neng?"

"Risa cemburu tuh Bang Rian"

"Wihh adek gue ternyata cemburu yah?"

"Sepupu gue tuh"

"Cinta lo gak bertepuk sebelah tangan Yan"

Mendengar itu semua, membuat pipi Risa memerah malu. 'Tunggu.. tunggu. Apa kata Rehan? Cinta Rian gak bertepuk sebelah tangan? Apa maksudnya?' batin Risa.

"Sisi adek gue yang berumur 7 tahun" jelas Rian yang membuat Risa Ber 'oh' ria.

"Yaudah gue pulang ya" lanjut Rian sambil mengelus surai panjang Risa.

Tidak tahukah Rian bahwa Risa sedang menahan dirinya untuk tidak tersenyum? Tidak tahukah Rian bahwa ia sedang berusaha mengontrol detak jantungnya? Bahkan pipinya pun sudah tidak bisa diajak kompromi. Setelah kepergian Rian pasti mereka akan menyoraki Risa. Ah! Malu rasanya.

........

Setelah memarkir mobilnya, Rian berjalan memasuki rumah dengan wajah yang berbinar senang sambil bersiul.

R I S A (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang