30

61 4 0
                                    

Happy reading
Ada typo komen yahhh
...........

Hari ini hari sabtu, dimana semua kegiatan sekolah diliburkan. Radit sedari tadi hanya diam menatap langit-langit kamarnya. Biasanya setiap hari libur ia selalu mengunjungi kamar adiknya hanya untuk numpang tidur atau kalau tidak Radit akan menganggu Risa. Tapi sekarang semua berbeda. Semua telah berubah. Ia telah mengusir adiknya karena suatu kesalahan yang menurutnya tidak bisa diampuni.

Radit memejamkan matanya, jika boleh jujur, ia sebenarnya rindu dengan Risa. Ia sebenarnya khawatir pada Risa. Hatinya berkata bahwa ia harus segera mengunjungi Risa untuk meminta maaf dan mengajaknya pulang tapi otaknya berkata jangan.

Sebuah deringan ponsel membuyarkan lamunan pria itu. Radit lalu bangkit untuk melihat pengirim SMS tersebut. Setelah membacanya, Radit mengerutkan keningnya. Ia tidak tahu apakah ia harus percaya pada pesan itu atau tidak. Ia berada pada ambang kebingungan. Ia bingung harus bagaimana.

Radit membanting ponselnya lalu mengacak rambutnya. Ia marah, ia kesal, ia sedih, dan ia juga marah. Kenapa semua masalah ini menimpa keluarganya. Kehilangan dua bidadari yang selama ini ia jaga merupakan patah hati terhebat bagi Radit. Ia harus kehilangan mamanya dan ia juga harus mengusir adiknya karena terbukti bahwa adiknya yang telah membunuh mamanya. Siapapun tolong bantu Radit, bilang padanya kalau ini Cuma mimpi. Tapi sayangnya ini semua nyata!!!

Bagaikan mimpi buruk, kenangannya bersama Risa berputar di kepalanya. Dimana Radit memukul orang-orang yang berani mengganggu adiknya. Kenangan dimana Radit menangis saat tahu kalau adiknya itu sakit. Dimana Radit menangis saat mendengar bahwa Risa sendirian di rumah.

Ia rindu dengan adiknya. Tapi egonya lebih tinggi. Biarlah Radit menatapi kesedihannya, meratapi kerinduannya pada Risa.

..........

Waktu yang sama namun tempat yang berbeda. Suasana apartemen Rian sangat ramai karena Iqbal, Rehan, Gera, Fatur, dan juga Ria berkunjung kesini. Mereka ingin numpang makan katanya.

Sedari tadi tawa mereka tidak pernah reda karena Geral dan Rehan selalu memberikan lelucon yang membuat mereka sakit perut akibat tertawa. Berbeda dengan Ria, sekarang perempuan itu memang tertawa tapi bisa Risa lihat kalau tawa Ria sekarang adalah tawa palsu. Ada beban yang perempuan itu pikul sendiri. Dan Risa akan menanyakannya nanti.

Karena Risa sudah tidak tega melihat Ria tertawa namun sedih itu, ia segera mengajak Ria ke kamarnya. Dan Ria hanya menurut saja. Karena ia juga sedang tidak enak badan katanya.

Setelah sampai di kamar, Risa segera mengunci pintu lalu berjalan menuju Ria yang sedang duduk di sofa mini. Risa menghembuskan napasnya pelan. Ia harus bertanya pelan-pelan.

"Ria, lo kenapa?" tanya Risa dengan hati-hati.

"Gue kenapa?" tanya Ria balik membuat Risa harus menahan dirinya.

"Jujur sama gue, lo ada masalah apa?" kata Risa dengan raut wajah serius.

Ria menunduk, "Gue gak punya masalah!" ujar Ria.

Risa membuang napasnya, "Gue kenal lo bukan sehari dua hari tapi bertahun-tahun. Hari ini lo beda Ya, lo bukan Ria yang gue kenal." Tutur Risa.

Risa menarik napas panjang, "Gue hamil!" cicit Ria membuat Risa tersentak.

"Si.siapa?" tanya Risa tak percaya.

"Rehan!" kata Ria.

"Rehan temen Rian?" tanya Risa, Ria mengangguk.

"Nyokap lo tahu?' tanya Risa lagi dan lagi-lagi Ria mengangguk.

"Mereka ngusir gue. Mereka malu punya anak kayak gue, bahkan abang gue ngusir gue. Sekarang gue gak tahu harus tinggal dimana!" kata Ria dengan sedikit terisak.

R I S A (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang