28

38 5 0
                                    

Halo guys!!!
Ada typo koment ya!

..............

Suasana hari ini di rumah Risa sangat ramai. Banyak sekali orang yang datang untuk melayat. Mulai dari keluarga mamanya, keluarga papanya, bahkan tetangga-tetangga pun datang. Mereka tidak menyangka kalau Farah akan pergi secepat ini. Jenazah Farah akan segera dimakamkan. Sementara Adi hanya menatap kosong tubuh Farah yang sudah terbujur kaku dihadapannya. Banyak sekali wartawan yang datang hanya untuk meliput kematian Farah yang tiba-tiba ini.

Wartawan itu sedari tadi mencoba mewawancai Radit, tapi Radit seolah patung berjalan. Ia tidak ingin menganggapi ribuan pertanyaan-pertanyaan dari wartawan itu. Ia benci dengan situasi ini. siatuasi dimana ia tidak tahu harus mempercayai siapa. Apakah ia harus mempercayai papanya yang mengatakan kalau Risa telah menyewa orang untuk menyelakai mamanya atau harus mempercayai risa adik kesayangannya.

Semua terasa rumit. Kepergian mamanya seolah memberikan masalah yang berat. Apalagi pada Risa, gadis itu hanya menangis dan menangis. Tatapan Risa yang semula hangat berubah menjadi dingin. Senyum yang biasa ia tunjukkan pada semua orang, seolah hilang dalam sekejap.

Adi berdiri dari tempatnya menuju tempat dimana wartawan-wartawan itu berada. Adi mulai diwawancarai oleh mereka.

"Kenapa bisa Bu Farah meninggal Pak?"

"Itu semua gara-gara anak sialan itu!" ujar Adi sambil menunjuk ke arah Risa.

"Gara-gara anak Bapak?"

"Dia bukan anak saya! Tapi dia pembunuh!"

Semua orang mendengar itu tentu saja terkejut. Adi yang selalu memanjakan anak perempuannya sekarang malah memaki-makinya. Apalagi Rian dan teman-teman Risa. Ia tidak percaya. Rian berjalan ke arah Radit, ia ingin menanyakan kebenarannya.

"Bener yang dikatakan Om Adi, Bang?" tanya Rian pada Radit.

"Risa memang bukan adik kandung gue! Tapi untuk Risa yang menyelakai mama, gue gak tahu. Tapi, papa bukan orang yang mudah percaya sama orang. Jadi gue bingung harus percaya sama siapa!" ujar Radit sambil mengacak rambutnya frustasi.

"Tapi, Risa juga gak mungkin sejahat itu, Bang!"

"Gak tahu, orang baik pun bisa jadi jahat Rian."

"Jadi secara gak langsung, lo lebih percaya sama bokap lo?"

"Mungkin. Mama amanahin gue buat jagain Risa. Tapi, kayaknya gue gak bisa. Gue gak bisa jagain orang yang udah bunuh mama gue!" ujar Radit dengan datar.

"Lo ngomong apasih?" tanya Rian mulai emosi.

Radit mengedikkan bahunya. Ia benar-benar percaya pada papanya. Karena menurutnya, papanya bukan orang yang mudah percaya begitu aja sama orang lain. Bisa dibilang papanya itu sangat teliti. Jadi, setiap informasi yang Adi katakan itu bukan berita palsu.

"Bantu dia beresin barang-barangnya. Dia juga bukan anak kandung keluarga ini." ujar Radit lagi. "Gue gak akan ngebiarin dia ikut ke pemakaman mama gue!" lanjut Radit.

Rian menggeram, ia tidak menyangka kalau Radit akan melakukan itu pada orang yang selama ini ia sayang. Ia melirik Fatur yang berusaha menenangkan Risa. Dapat terlihat dari mata Fatur kalau Fatur tidak membenci gadisnya. Rian tersenyum, setidaknya masih ada keluarga yang mau percaya pada Risa.

Rian berjalan mendekati Risa dan Fatur. Ia mengisyaratkan Fatur untuk mengikutinya sebentar. Ia ingin menanyakan soal gadisnya.

"Lo percaya sama Risa, kan?" tanya Rian pada Fatur.

Fatur mengangguk, "Iya, gue percaya sama Risa. Risa bukan orang gila yang akan nyelakain mama yang udah ngerawat dia." Ujar Fatur.

"Bang Radit percaya kalau yang dikatakan Om Adi itu benar!" ujar Rian.

R I S A (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang