14. Raindrop

277 27 11
                                    

"Kita mau ke mana sebenarnya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita mau ke mana sebenarnya?"

Pertanyaan yang sama untuk kedua kalinya meluncur dari bibir Fara.

"Jangan nyulik saya ke tempat yang aneh-aneh lho, ya."

Mata indah itu tampak memicing, memperingati. Christoff lagi-lagi hanya menanggapi dengan senyum penuh misteri dan kekehan ringan.

Entah sudah masuk akhir pekan ke berapa, keberuntungan lagi-lagi berpihak pada Fara. Ia dengan lega kembali bisa menyebut akhir pekannya, betul-betul akhir pekan. Semenjak pagelaran adibusana tunggal oleh salah satu perancang busana lokal rampung di bulan lalu, jadwal Fara jadi terasa lebih bersahabat.

Dan pada sabtu pagi itu entah mengapa, lagi-lagi dirinya selalu berakhir bersama Christoff yang juga butuh teman untuk mengarungi sabtu-minggunya yang cenderung monoton akhir-akhir ini. Ya, entah sudah yang keberapa kali, mereka kembali menghabiskan waktu bersama, sekadar jalan-jalan di dalam kota. Dan di minggu itu, Christoff yang telah memaksa untuk membuat rencana tamasya kecil mereka. Dia bilang sudah punya rencana khusus yang disiapkan untuk Fara.

Ibu: Selamat ulang tahun, Fara. Semoga sehat dan sukses selalu untuk Fara. Sayang tahun ini, kita belum bisa ketemu lagi, ya. Ibu kangen kamu.

Satu pesan singkat masuk ke gawai Fara. Ibu, lagi-lagi sosok itu tidak bosan-bosan menghubunginya, mengirim pesan-pesan meski jarang sekali Fara balas. Tapi kali ini, ada yang istimewa. Ibu adalah yang pertama mengucapkan selamat ulang tahun untuknya. Dan memang sedari dulu seperti itu, tidak pernah berubah. Ibu selalu jadi yang pertama ingat hari ulang tahun Fara.

Fara: Terima kasih, Bu. Sehat-sehat juga buat Ibu.

Dengan perasaan ragu, Fara akhirnya menekan ikon pesawat kertas di sudut layar, membuat pesan singkat yang sangat sekadarnya itu terkirim. Fara bahkan tidak ada niatan membalas ungkapan rindu Ibunya.

"Yuk," ajak Christoff ketika pengumuman template dari sambungan interkom kereta terdengar. Pandangan Fara otomatis terlepas dari layar ponsel yang masih memajang jendela obrolan antara Ibu dan dirinya.

"Kita turun di sini?" tanya Fara memastikan. Christoff kemudian hanya mengangguk.

Selepas kereta bawah tanah "bongkar-muat" sejenak di Stasiun Asakusa, perjalanan kemudian berlanjut ke Stasiun Honjo Azumabashi. Fara masih terus bertanya-tanya untuk apa Christoff mengajaknya daerah itu pada jam yang terbilang cukup pagi. Sesekali, dia hanya sanggup menerka-nerka, mungkinkah Tokyo Sky Tree yang akan jadi destinasi pilihannya, atau jembatan Azuma?

"Chris, sebenarnya kita mau ke mana, sih? Kok, ngikutin rombongan gini?" tanya Fara dengan mimik keheranan yang tampak jelas.

Semua terkaanya dirasa telah meleset ketika Christoff nyatanya malah membuat Fara bergabung dengan sebuah grup rombongan tur yang bertemu di pintu keluar stasiun. Rombongan tur itu hanyalah rombongan kecil yang memuat sekitar sepuluh orang, di dalamnya termasuk turis domestik serta turis internasional.

Soufflé (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang