Minyak angin, power bank ...
memory card, hard disk ...
Sempak?
Yang terakhir itu jelas tak boleh dilewatkan. Saka sontak terkikik geli sendiri ketika mengingat beberapa daftar barang bawaan yang kembali terulang di otaknya. Mata pemuda itu memperhatikan lagi tumpukan barang-barang lain yang hendak dimasukkan ke dalam koper. Sebagian sandang yang sekiranya diperlukan selama berpergian juga sudah rapi terusun di dalam. Perjalanan Saka dengan beberapa kawan akan dimulai lima hari lagi. Meski masih merasa agak repot mempersiapkan segala sesuatunya, tetapi sudah pasti perasaan gegap gempita itu jelas tak berhenti menghiasi batin.
Sudah satu setengah bulan lamanya semenjak Pak Purba—sang redaktur rubrik Wanderlust—mengumumkan tentang agenda perburuan konten dan liputan ke luar negeri. Setelah semua spekulasi dan "tebak-tebak buah manggis" yang ramai dilontarkan oleh Lutfi dan Acha, akhirnya terjawab sudah, bahwa negara tujuan mereka untuk meliput dan berburu konten adalah Jepang.
Pertumbuhan penikmat konten traveling dan wisata pada media tempatnya bekerja terus mengalami kenaikan yang positif. Pekerjaan mereka meliput kali ini pun tak lepas dari banyak pihak-pihak yang menjalin paid partnership. Saka merasa begitu terberkati ketika tahu bahwa ia pun tak perlu merogoh kocek terlalu dalam untuk beli tiket pesawat karena sebagian sudah ter-cover oleh salah satu perusahaan maskapai ternama asal Negeri Sakura.
Jepang—saat keputusan itu diumumkan, Saka jelas sungguh merasa tak sangka dengan apa yang didengarnya. Bertepatan dengan musim bunga, Jepang memang selalu punya daya tarik tersendiri akan wisata budayanya. Sakura adalah magnet tersendiri bagi pariwisata Negeri Matahari Terbit. Keputusan itu juga diambil lantaran Jepang merupakan salah satu destinasi populer dalam beberapa tahun belakangan.
Di balik semua yang melatar-belakangi, segunung "mungkin" bertunas dalam benak Saka. Mungkin perjalannya kali ini juga akan menghubungkan kembali ikatan yang telah renggang itu. Mungkin kali ini memang sudah menjadi giliran Saka untuk tidak egois dan menyambangi yang terkasih. Mungkin rencana Tuhan kali ini akan membawanya pada satu titik terang. Mungkin pula ia bisa menjeda sejenak bentuk-bentuk afeksi yang selama bertahun-tahun hanya mampu tersampaikan sebatas jarak mata dan sentuhan jemari dengan layar.
Sebuah panggilan video masuk ke gawai ketika Saka sibuk memeriksa beberapa dokumen perjalanan—yang selama satu setengah bulan itu—disiapkannya dengan agak terburu-buru. Tatkala nama itu terlihat tertera di layar, sontak sudut bibir Saka dibuat tertarik ke atas.
"Halo, Far," sapanya riang ketika panggilan video ia terima.
"Halo, Ka." Suara renyah Fara terdengar membalas. Layar gawai Saka penuh dengan wajah jelita yang tampak tersenyum manis di ujung sana.
"Lagi ngapain kamu?"
"Barusan aku masak tempura udang, dong," pamer Fara dengan nada yang terdengar bangga selangit.
Raut lucu gadis itu lantas membuat Saka tertawa. Fara kemudian tampak berjalan ke arah meja makan, menunjukkan piring yang masih bersisa dua potong tempura udang.
"Pasti rasanya nggak enak, deh. Soalnya dimakan sendiri, sih," seloroh Saka cengengesan, membuat Fara tergelak. "Tumben banget masak. Nggak lagi hectic?"
"Untungnya hari ini jadwalnya nggak padat," jelas Fara. "Kamu lagi sibuk, ya, Ka?"
Mendengar pertanyaan itu, Saka buru-buru keluar dari kamar, tak ingin membuat semua kekacauan di sana tetangkap oleh lensa kamera ponselnya. Saka sesungguhnya masih merahasiakan semua rencana perjalanan meliputnya dari Fara. Sederhananya, Saka hanya ingin membuat kejutan untuk gadis itu. Saat sampai di Negeri Matahari Terbit, barulah ia akan memberitahu Fara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soufflé (FIN)
Romance"There's no such a thing as perfect Soufflé, and so are our life." Soufflé, sejenis kudapan manis nan ringan, tetapi penuh intrik dan rawan kegagalan dalam proses pembuatannya. Rentang hidupnya yang hanya sesingkat napas (mungkin napas yang sangat...