15. Petunjuk

177 23 5
                                    

Glodok—Jakarta Barat, terik memayungi langkah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Glodok—Jakarta Barat, terik memayungi langkah. Keluar dari kawasan Vihara Dharma Bakti di Glodok, Saka masih siap sedia dengan kamera dan tripod-nya yang sedari tadi dijinjing-jinjing. Petak Sembilan, ramai menggeliat pada sepanjang jalan yang sisi-sisinya dipenuhi kios-kios dan kedai-kedai kuliner.

"Jelajah Pecinan", adalah tema yang diusung oleh Wandering You dalam liputan rubrik Wanderlust kali itu. Beragam jenis pilihan wisata kuliner serta wisata budaya telah mengisi sederet daftar kunjungan untuk diliput. Sedari menjelang siang, sedikit-sedikit Saka dan tiga orang rekannya—yang bergabung di sesi liputan hari itu—sudah mejejal lambung mereka dengan berbagai penganan khas di daerah Petak Sembilan. Mulai dari cempedak dan sukun goreng, cong fan, mipan, es susu kacang, rujak shanghai encim, sampai kari lam, telah sukses membuat perut-perut mereka berubah buncit.

"Ka?" tegur Dimas, yang hari itu juga ikut pada sesi liputan.

Saka terlihat melamun tidak jelas di belakang kamera yang masih terpasang di atas tripod. Acha yang bertugas menjadi pembawa acara untuk konten video di kanal youtube tampak bingung dengan Saka yang juga belum memberi aba-aba untuk berhenti.

"Woy, Ka?" Dimas kembali menegur, tanganya mengibas-ngibas di depan wajah kawan baiknya itu.

"Eh, i-iya. Gimana, gimana?" Saka mendadak terkesiap, baru saja kembali lagi ke dalam raga setelah asik di awang-awang.

"'Gimana, gimana'. Fokus, Mas."

Dimas dengan santai menoyor kepala Saka. Kawannya itu kemudian hanya tertawa cengengesan.

"Itu udah cut belum? Si Acha udah kelar koar-koar tuh," tanya Dimas memastikan kalau kawannya itu benar-benar sudah merekam dan tidak buang-buang memori kamera.

"Eh, iya. Udah, udah," jawab Saka sekenanya.

"Yang bener lo?" Dimas lagi-lagi memastikan kalau rekannya itu tidak sedang ngawur.

"Gusti, ini udah, Dim. Nih, lihat sendiri."

Saka menyodorkan layar kameranya yang berisi daftar nama video yang telah direkam. Dimas kemudian barulah bisa mengangguk percaya.

"Guys! Kalian pada mau pake susu nggak?" seru Lutfi yang ternyata sudah nangkring di depan kasir untuk memesan es kopi.

"Gue pake susu, Mas," pesan Dimas.

"Saya nggak pake, Mas," timpal Saka.

Sebut saja Kopi Es Kwan Kie, adalah warung kopi paling terkenal di Pancoran Glodok. Untuk menemukan kedai tersebut, dari kawasan Petak Sembilan hanya perlu menyeberang ke sebuah gang bernama gang Gloria. Tempat itu adalah destinasi wisata kuliner kesekian yang sudah mereka jajal di sekitar sana. Acha tadi baru saja rampung cuap-cuap di depan kamera, menjelaskan segala tetek bengek mengenai warung kopi yang sudah tua umurnya itu. Acha bahkan telah menikmati lebih dulu suguhan es kopi ketimbang kawan-kawan lainnya—sebuah keberuntungan yang memang bisa didapat seorang host acara jalan-jalan dan wisata kuliner.

Soufflé (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang