37. Cantik

260 21 0
                                    

Christoff masih memandangi seikat bunga aster putih yang lagi-lagi bertengger di nakas sebelah pembaringan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Christoff masih memandangi seikat bunga aster putih yang lagi-lagi bertengger di nakas sebelah pembaringan. Itu sudah menjadi yang kesekian kali baginya, menerima tanda mata yang persis sama dari seseorang yang sedikit pun tidak diketahui identitasnya. Setiap kali jadwal kemoterapinya tiba, Christoff akan menerima seikat bunga indah itu, yang tanpa nama pengirim dan tanpa ucapan apa pun.

"Ners, siapa yang sudah kirim bunga ini? Ners Dira beneran nggak bisa kasih tahu saya?"

Itulah pertanyaan yang selalu dilontarkan Christoff setiap kali Ners Dira—perawat yang sudah cukup ia kenal—memasuki ruang kemoterapi VIP lalu memberikan seikat aster untuk Christoff.

"Mas Christoff punya penggemar rahasia sepertinya."

Begitulah Ners Dira hanya akan menjawab dengan canda, membuat Christoff semakin dihantui penasaran.

Adriana pun tak tahu-menahu tentang orang yang begitu perhatian dan selalu mengirimkan ucapan 'cepat sembuh'-nya yang tersirat dengan seikat aster putih. Meski begitu, ia telah menaruh curiga pada satu nama. Satu nama dari seseorang—yang belakangan ini—tanpa sebab yang jelas, selalu menyempatkan diri bertanya kabar tentang keadaan Christoff.

-:-:-

"Regimen kamu tinggal satu lagi, ya? Sebentar lagi kita ganti."

Sebentuk suara terdengar tenang menyapa dalam ruang kemoterapi VIP yang sempat terasa sepi. Sepasang mata dengan sorot yang terlihat keibuan itu, kemudian memperhatikan kantung bening yang terkait pada tiang infus. Cairan di dalamnya sebentar lagi sudah akan tandas mengalir. Sesekali, dilihatnya lembar catatan harian medis yang terpampang pada sebuah papan di ujung ranjang.

"Umm, maaf, Dok? Dokter Lintang ke mana, ya?"

Mimik Christoff terlihat agak ragu tatkala menyapa seorang dokter wanita yang baru pertama kali ditemuinya itu.

"Mulai sekarang saya gantikan Dokter Lintang, ya. Beliau dari mulai minggu lalu sudah sibuk mengurusi persiapan keberangkatannya untuk pos-doktoral di Belanda. Sudah diberitahu Dokter Lintang, 'kan?" jelas sang Dokter wanita yang tampaknya sudah memasuki kepala lima lebih itu. Christoff kemudian tampak mengangguk setuju.

Wajah sang dokter wanita terlihat ramah. Rambutnya yang panjang ditata dengan gelungan sederhana ke belakang. Kerut-kerut tanda usia lanjut akan tampak di sekitar matanya ketika tersenyum. Senyuman yang terlihat hangat dengan garis-garis sendu yang tampak samar pada rautnya.

"Saya Dokter Kalina, sama-sama rekan Dokter Lintang di onkologi. Mulai hari ini, mohon kerjasamanya, ya, Christoff," sambung Kalina hangat.

"Iya, Dok," Christoff membalas sederhana, diikuti senyuman ramah.

Kalina kemudian memulai penjajakan awal yang santai dan singkat dengan sang pasien baru. Sembari melakukan pemeriksaan, perbincangan ringan di antara mereka pun berlanjut dengan baik.

Soufflé (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang