33. Singgah

253 24 8
                                        

Ka, kalau kamu sudah sampai Tokyo dan ada waktu luang, apa kita bisa ketemu?

Pesan singkat itu diterima Saka ketika Shinkansen membawanya hampir tiba kembali di Tokyo. Pertemuan lain antara dirinya dengan Adriana pun tercipta lagi.

"Kamu mau ngajak saya menggila di mana lagi?" seloroh Saka ketika mereka janjian di pintu keluar stasiun Shinjuku. Adriana terkekeh mendengar ucapan Saka.

"Nggak, kok. Nggak bakal saya suruh makan kue ikan sampai kamu mual lagi," jawab Adriana, yang kemudian membuat Saka mengingat kejadian lucu ketika mereka menggila di Shibuya tempo hari.

"Saya cuma mau ajak kamu ketemu seseorang."

Saka lantas mengerutkan kening. Rautnya dipenuhi tanya. "Ha? Siapa?"

"Ada yang pengin ngobrol sama kamu."

-:-:-

Kala itu, segala anggapan Saka tentang Adriana—yang akan membawanya bersenang-senang lagi di sekitaran Tokyo—justru meleset jauh. Gadis itu malah membawanya ke tempat merana penuh aroma khas desinfektan dengan dinding-dinding putihnya. Rumah sakit, Saka lupa kapan terakhir kali dirinya menyambangi tempat itu. Seingatnya, sudah bertahun-tahun silam ketika sebuah peristiwa—yang sudah tak ingin diingatnya lagi—pernah terjadi.

"Dri, kita mau ngapain ke sini? Kamu sakit?"

Hanya itu yang beberapa kali ditanyakan Saka semenjak mereka memasuki bangunan besar rumah sakit daerah Shinjuku. Untuk sementara, Adriana sempat membiarkan isi kepala Saka dipenuhi tanya. Ia memang belum ingin menjawab sebelum mereka sampai ke tempat tujuan.

"Ka, dia ada di dalam sana. Kamu masuk aja," ucap Adriana ketika akhirnya mereka tiba di depan pintu sebuah kamar rawat inap.

"Siapa, Dri? Siapa yang mau ketemu saya?" tagih Saka, betul-betul tak punya petunjuk yang terpeta dalam pikiran.

Adriana kemudian menggeser daun pintu kamar rawat inap itu. Ketika dipersilakan terlebih dahulu masuk ke dalam, Saka sontak dibuat tak mampu berkata-kata. Didapatinya dengan jelas, seorang dokter dan dua orang perawat sedang menenangkan seorang pasien di pembaringan yang tampak hampir kehilangan kesadaran karena kesulitan bernapas.

Segala bunyi-bunyian dari alat-alat medis bercampur dengan suara aba-aba sang dokter dalam bahasa yang sangat asing. Saka mematung di tempat, melihat wajah yang masih diingatnya dengan saksama tatkala pertemuan aneh di stasiun Iidabashi terjadi. Christoff terbaring di sana, dengan keadaan yang terlihat begitu menyayat batin.

Adriana sungguh tak tahu kalau kondisi Christoff mendadak harus memburuk lagi. Ia pun kemudian buru-buru menjauhkan Saka dari ruangan itu.

"Ka, sori? Kita keluar sebentar ya?" bujuk Adriana begitu canggung.

Saka masih mematung di tempat dengan tatapan penuh ngilu dan kengerian. Ketika lara yang menyelimuti Christoff terbuka di depan matanya, segala pertanyaan pun bertunas dalam benak Saka.

"Ka, maaf, ya? Kita keluar sebentar. Aku nggak tau kalau Kak Chris lagi kayak gini. Sebentar ya, Ka? Biar dokter tangani Kak Chris dulu," desak Adriana. Gadis itu menarik lengan Saka, membawa kesadarannya hadir kembali.

Seolah baru kembali dari awang-awang, Saka pun akhirnya dibuat mengerjabkan mata, melihat lagi wajah Adriana yang dipenuhi kecemasan. Saka sadar jika seutas kenangan hitam—yang pernah mewarnai masa lalunya—telah hadir kembali. Ia pun akhirnya mengikuti langkah Adriana, keluar dari segala pemandangan penuh lara di sana.

-:-:-

"Maaf, ya, jadi bikin kamu kaget. Padahal tadi pagi Kak Chris sudah membaik," ucap Adriana ketika didapatinya wajah Saka masih terlihat pucat. Saka lantas hanya menggeleng singkat seraya tersenyum kikuk.

Soufflé (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang